Menuju Tujuh Puncak Tertinggi
Film Negeri Dongeng membawa penontonnya bertolak dari empuknya kursi bioskop menuju alam petualangan yang penuh kejutan. Bagi mereka yang belum pernah menapaki puncak gunung, Negeri Dongeng menyuguhkan pengalaman pertama ”merasakan” keajaiban di tujuh puncak gunung di Indonesia. Keajaiban yang memang selalu menjadi candu bagi pendaki untuk tak henti menapakkan kaki di puncak-puncak tertinggi.
Tak hanya sekadar bertualang, film ini sekaligus menjadi dokumentasi perjalanan untuk kembali melihat Indonesia dan berefleksi jauh ke dalam tentang hidup dan kehidupan. Dalam setiap perjalanan pendakian, Negeri Dongeng menampilkan tujuh sineas muda berbekal tujuh kamera yang mendokumentasikan perjalanan mereka dengan gaya dokumenter. Ada beberapa anggota tim yang tak berganti, tetapi selalu ada ”tamu” baru dalam pendakian selanjutnya.
Dari poster hingga pembukaan Negeri Dongeng segera mengingatkan pada film dokumenter serupa berjudul Meru yang berkisah tentang pendakian puncak tersulit dari Pegunungan Himalaya. Meru menyuguhkan perjalanan dokumenter tiga petualang hebat dunia, yakni Conrad Anker, Jimmy Chin, dan Renan Ozturk, sebagai tim pertama yang sanggup menggapai puncak Meru. Sementara, Negeri Dongeng berkisah tentang anak-anak muda yang bersemangat menggapai puncak-puncak tertinggi di negerinya.
Jika poster Meru menampilkan puncak Meru yang berselimut salju dengan dua pendaki berusaha menggapai puncaknya, poster Negeri Dongeng pun menampilkan puncak Ndugu Ndugu di Puncak Jaya, Papua, atau lebih dikenal dengan Carstensz Pyramid yang juga berselimut salju. Meskipun berkisah tentang gunung-gunung di Indonesia, film Negeri Dongeng pun dibuka dengan gambar tentang pendakian Gunung Himalaya dengan suasana peribadatan di Tibet. Adegan ini benar-benar mengingatkan dengan yang ditampilkan di Meru.
Mengantongi nominasi film dokumenter panjang terbaik Festival Film Indonesia 2017, Negeri Dongeng mengawali kisahnya dengan pendakian di Gunung Kerinci yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Sumatera. Pendakian ini tercatat dilakukan pada Desember 2014. Pendakian selanjutnya adalah menapaki gunung tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Semeru; Gunung Rinjani yang adalah gunung tertinggi di gugusan Kepulauan Sunda Kecil, Gunung Bukit Raya di Pulau Kalimantan, Gunung Latimojong di Sulawesi, Gunung Binaiya yang merupakan gunung tertinggi di Kepulauan Maluku, dan Carstenzs Pyramid yang merupakan puncak tertinggi di Indonesia.
Sineas pendaki
Enam sineas pendaki yang hampir selalu ada di tiap pendakian gunung adalah Anggi Frisca yang juga sutradara film ini, Teguh Rahmadi, Rivan Hanggarai, Jogie KM, Nadeak, Yohanes Pattiasina, dan Wihana Erlangga. Di beberapa pendakian, film ini juga menghadirkan bintang tamu, seperti Puteri Indonesia tahun 2005 Nadine Chandrawinata sebagai ekspeditor untuk pendakian Carstenz Pyramid Papua, Aktor Darius Sinathrya yang terlibat dalam pendakian Gunung Binaiya di Ambon, serta Pembawa Acara Petualangan Medina Kamil yang turut mendaki Gunung Bukit Raya Kalimantan.
Anggi telah memenangi beberapa penghargaan di dalam dunia perfilman Indonesia, seperti Best Cinematography untuk film Mata Tertutup pada Apresiasi Film Indonesia, dan masuk ke dalam nominasi Best Cinematography untuk film Tanah Surga, Katanya pada Festival Film Indonesia. Juga menjadi sinematographer pada film Sagarmatha dan Nyanyian Musim Hujan.
Sebagai sutradara Negeri Dongeng, Anggi Frisca menyebut alam sebagai sumber ilmu pengetahuan yang memberi pelajaran tentang arti hidup dan kehidupan. ”Kita percaya bahwa petualangan tak sekadar mengunjungi tempat baru. Ini juga bermakna bertemu orang baru dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik,” kata Anggi dalam catatannya sebagai sutradara.
Dari setiap kisah pendakian tujuh gunung, penonton bisa merasakan bahwa setiap gunung sejatinya punya ”roh” yang unik. Setiap pendakian tak pernah sama dan selalu membawa petualangan yang sama sekali berbeda. Ketika mendaki Gunung Semeru di Jawa Timur, misalnya, para sineas yang kelelahan menggapai puncak berjumpa dengan pendaki cilik bernama Matthew Tandioputra yang merupakan pendaki termuda yang menyelesaikan 7 puncak Indonesia selama 4 tahun. Matthew mendaki sebagai bagian dari proses terapi untuk mengatasi energinya yang berlebih.
Di Gunung Rinjani di Pulau Lombok, tim pendakian ini juga berjumpa dengan Djukardi Adriana yang berusia 67 tahun, tetapi tetap prima ketika mendaki gunung. ”Wa Bongkeng”, panggilan akrabnya, sudah mendaki hampir semua gunung di Indonesia dan beberapa di Eropa. Kehadiran si kakek ini membuat sineas muda kikuk karena kalah kuat dalam hal stamina pendakian gunung.
Proses pendakian yang selalu diiringi dengan jeda istirahat membuat proses pembuatan film ini berjalan cukup panjang selama lebih dari satu tahun. Tak melulu hanya menyuguhkan proses pendakian gunung, Negeri Dongeng juga menampilkan perjalanan darat, udara, dan laut yang ditempuh dari Ibu Kota untuk menjangkau puncak-puncak tertinggi tersebut. Dalam perjalanan naik kapal, misalnya, mereka menyaksikan betapa banyaknya sampah yang dibuang kru kapal dengan sembarangan ke laut.
Tak sekadar menyajikan keindahan gunung-gunung tertinggi di Indonesia, Negeri Dongeng juga menyuarakan keprihatinan tentang kelestarian lingkungan dan kehidupan. Film ini juga dihiasi dengan lagu indah ”Pada Suatu Hari Nanti” dari puisi karya Sapardi Djoko Damono hingga lagu-lagu tradisional dari masyarakat sekitar yang memuja sang gunung, seperti lagu tentang Gunung Binaiya yang tak pernah mendengar deru laut. Jauh di ketinggian puncak-puncak gunung, keindahan Indonesia disuarakan dalam gambar-gambar indah bak negeri dongeng.