Nada dari Balik Penjara
Setelah menelurkan album pertama Saatnya Berubah, Antrabez yang lahir di dalam Lapas Kerobokan, Bali, mulai menyiapkan album kedua No Limit. Penjara tak kuasa mengekang daya cipta dari balik jeruji mereka berkarya.
Kepiawaian personel Antrabez (anak terali besi) bermusik ditumpahkan di atas panggung Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2017, akhir Oktober lalu.
Vokal lantang Febri membelah malam di Ubud, mengalunkan lagu ”Doa” diiringi musik yang rapi berlanggam rock. Sesal bukan waktu yang tepat//Kuterima ini dengan terhormat//Ku tau waktu bergerak cepat//Lalui hari tanpa tersesat//
”Our music is spiritual experience and rock a little bit,” ujar Octav Sicilia, pencipta lagu, pada awal pertunjukan di hadapan penonton yang sebagian besar tamu UWRF dari berbagai negara. Musik dari hati begitu dia menyebutnya. Lagu-lagu Antrabez memang banyak berkisah tentang pergulatan dan jalan hidup, kerinduan akan keluarga, dan juga spiritualitas.
Album pertama Antrabez dimotori oleh Octav (pencipta lagu sekaligus bas), Rifa (gitar), Febri (vokal), Daus (drum), Ronald (kibor), dan Micky (bas). Album itu diluncurkan di dalam lapas tahun lalu.
Malam itu, mereka tampil tanpa pemain bas biasanya. ”Bassist kami sudah bebas dan sekarang tinggal di Sulawesi. Hari ini, kami dibantu pemusik yang juga mantan warga Lapas Kerobokan,” ujar Octav.
Jelas itu bukan pertunjukan biasa, di antara penonton, terdapat beberapa petugas yang mengenakan kaus berkerah dengan tulisan ”Lapas Kerobokan” di bagian belakang. Seorang bertubuh tegap juga kerap mondar-mandir. Dia rupanya Kasubsi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan Tahanan Lapas Kerobokan Putu Arya Subawa.
”Di pojok ada CD (cakram musik) dari album perdana kami dan lukisan-lukisan karya teman-teman di lapas, silakan dilihat,” seru Octav dari atas panggung.
Sebelum tutup blok
Antrabez, kata Putu Arya Subawa, dibentuk sekitar setahun lalu. Di dalam lapas, terdapat penilaian (assessment) untuk mengetahui bakat, keinginan, dan harapan warga lapas. ”Macam-macam kebisaan dan minat mereka, termasuk personel Antrabez yang bisa bermusik,” ujarnya.
Setelah mendapatkan dukungan dari pihak lapas, Octav yang pernah punya sejarah tergabung dalam band mulai mencipta sebagian besar lagu dan lirik untuk grup tersebut. ”Biasanya, nanti kami ngobrol lagi, cocok apa tidak lagu itu. Kami membuat semua lagu sendiri. Band yang membawakan lagu cover sudah banyak. Kami punya banyak waktu di dalam penjara dan mencoba kreatif,” ujarnya.
Demi melahirkan album, mereka berlatih setiap Senin, Rabu, dan Jumat. ”Habis apel, siang hari kami latihan. Sebelum tutup blok, kami kelar dan kembali ke wisma masing-masing. Di studio rekaman biasanya pakai peredam, di penjara, studio kami pakai terali besi he-he-he,” ujar Rifa. Jika harus tampil di luar lapas, mereka melalui proses izin dan sidang, lanjut Rifa.
Kesempatan yang didapat Antrabez itu juga dengan pertimbangan hasil penilaian. ”Walaupun berpotensi, kalau kami tidak memercayai mereka, terutama soal kepribadian saat berada di luar, ya, tidak mungkin (tampil). Antrabez ini orang-orang pilihan,” ujar Putu Arya.
Octav mengatakan, Antrabez ada untuk seluruh penjara di Indonesia. ”Kami berkarya tanpa memandang tempat. Dengan karya, kami bisa dikenang dan punya harapan bisa diterima kembali di tengah masyarakat,” ujarnya.
Jerat narkotika
Seluruh personel Antrabez dari Lapas Kerobokan terjerat kasus narkotika dan telah menjalani sebagian masa hukuman. ”Saya tahun depan keluar, pulang, doakan, ya,” ujar Rifa.
Begitu juga Febri yang akan bebas pada bulan depan. ”Saya ingin balik ke Banyuwangi. Sudah capek. Sekarang kita lawan narkoba,” ujarnya. Sebelum menjadi warga lapas, Febri memang seorang penyanyi yang kerap manggung di kafe.
Sekalipun telah di luar penjara nanti, Febri tetap berkomitmen menyelesaikan album kedua No Limit yang masih menunggu jadwal rekaman dari Antida Recording. No Limit, kata Octav yang menciptakan sebagian besar lagu dalam album itu, akan berkisah tentang cinta. ”Cinta kepada alam, manusia, dan sekeliling.” Cinta dari mereka yang rindu kebebasan.