Menyelamatkan manusia dari ambang kepunahan adalah mulia. Namun, bagaimana jika misi itu dilakukan dengan mengorbankan nyawa manusia lain? Thomas dan kawan-kawan dalam ”Maze Runner: The Death Cure” berusaha melawan pilihan cara itu.
Setelah berhasil menaklukkan labirin Glade dan ladang zombi, Thomas dan kawan-kawan berbalik mengejar WCKD (Wicked). Mereka berpikir, berlari tidak selalu menyelesaikan masalah. Justru sebaliknya, hanya akan menjadikan mereka obyek. Para glader, sebutan untuk mereka yang pernah hidup di labirin Glade, bertekad membebaskan rekan-rekan mereka sekalipun harus menembus jantung kekuatan Wicked.
Film The Death Cure menjadi seri akhir dari trilogi Maze Runner. Thomas (Dylan O’Brien) dan kawan-kawan telah mengetahui bahwa mereka hanya menjadi obyek riset Wicked untuk mencari penawar bagi virus yang memusnahkan tiga perempat warga bumi. Ada sesuatu dalam tubuh Thomas dan kawan-kawan sehingga mereka tidak terinfeksi flare, virus yang mengubah manusia menjadi mayat hidup (zombi). Dengan segala pengalaman mematikan yang telah dialami, tentu saja mereka tidak setuju dengan cara-cara Wicked yang mengorbankan manusia meski dengan alasan menyelamatkan manusia lain.
Film yang disutradarai Wes Ball ini tanpa basa-basi langsung menggedor sejak awal. Menonton dua sekuel sebelumnya, yakni Maze Runner (2014) dan Maze Runner: The Scorch Trials (2015), akan sangat membantu untuk tersambung dengan jalan cerita di film ini. Thomas dan beberapa orang yang selamat dari ladang zombi berusaha membebaskan rekan mereka, Minho (Ki Hong Lee) yang ditawan bersama ratusan anak muda lain. Para tawanan yang akan dijadikan kelinci percobaan ini berada dalam kereta api yang bergerak menuju kota yang dihuni Wicked, satusatunya kota modern yang masih bertahan di muka bumi.
Upaya pembebasan Minho sangat heroik. Kereta berisi tawanan di dalamnya diangkat ke udara oleh pesawat Wicked yang direbut oleh Thomas dan kawan-kawan. Sayang, ternyata Minho tidak berada di dalamnya. Ia berada di kereta lain yang berhasil diloloskan menuju kota Wicked.
Thomas yang muncul sebagai pemimpin para glader harus memilih apakah ia harus terus mengejar untuk menyelamatkan Minho atau mengurus puluhan anak yang telah berhasil diselamatkan. Bukan Thomas jika meninggalkan teman-temannya. Toh, masih ada beberapa orang lain yang bisa membawa anak-anak muda yang selamat menuju daerah harapan baru. Thomas akhirnya berangkat mencari Minho diiringi Newt (Thomas Brodie-Sangster) dan Frypan (Dexter Darden), sesama glader. Belakangan, Brenda (Rosa Salazar) dan Jorge (Giancarlo Esposito), sesama penyintas ladang zombi, menyusul di saat-saat tepat ketika Thomas kewalahan menghadapi sisa-sisa zombi di dalam terowongan menuju kota Wicked.
Salah satu nilai positif dari film ini adalah rasa setia kawan yang diperlihatkan sampai akhir. Tidak ada karakter yang tergoda untuk muncul sebagai satu-satunya pahlawan. Namun, tokoh yang dianggap sebagai pengkhianat tetap ada, yakni Teresa (Kaya Scodelario) yang juga menjadi cinta lama Thomas.
Sementara Gally (Will Poulter), yang dulu tidak sejalan dan dianggap telah mati, ternyata bergabung dengan para pejuang dari kalangan manusia yang terinfeksi untuk melawan supremasi Wicked. Gally bertemu Thomas dan kawan-kawan ketika mereka mencari cara untuk masuk ke kota Wicked. Meski sempat diragukan keberpihakannya, Gally muncul sebagai sosok yang sangat membantu perjuangan Thomas dan kawan-kawan.
Tidak seperti The Hunger Games yang membagi kisah akhir triloginya menjadi dua bagian, Maze Runner memilih menuntaskan bagian akhir menjadi film berdurasi 142 menit. Ritme cerita dan ketegangan yang dipelihara dengan cukup bagus, membantu penonton tidak merasa bosan atau lelah. The Death Cure mampu menuntaskan rasa penasaran penonton, terutama bagi yang tidak membaca bukunya mengingat ketiga film merupakan adaptasi dari novel karya James Dashner. Film ini boleh dibilang yang paling memuaskan dibandingkan dengan dua sekuel sebelumnya.
Penonton yang berada di pihak Thomas kemudian mulai diombang-ambingkan perasaannya ketika melihat sisi lain Wicked lewat Teresa. Glader yang dianggap pengkhianat karena bergabung dengan Wicked ini berusaha keras menemukan formula antivirus guna menyembuhkan manusia-manusia yang terinfeksi. Bagi Teresa, antivirus akan menjadi penyelamat satu-satunya keberlangsungan manusia di muka bumi. Meski demikian, di sisi lain, Teresa juga sering merasa gamang dengan suara hati yang mempertanyakan kontradiksi yang dilakukannya.
Pertentangan batin, persahabatan, dan kisah cinta akan mengiringi film fiksi sains distopia ini. Bagaimana nasib akhir manusia, termasuk para glader, di tengah dunia yang tengah hancur? Sambil menikmati ketegangan demi ketegangan, penonton juga akan disuguhi pertanyaan. Apakah kemanusiaan pantas dikorbankan meski demi alasan menyelamatkan manusia lain?