Bersama pelukis Filipina, Juan Luna, pentingnya tokoh Raden Saleh dalam perkembangan seni di kawasan Asia Tenggara digarisbawahi kembali dalam pameran Between Worlds di National Gallery, Singapura. Tentu banyak di antara puluhan karya Raden Saleh yang dipamerkan memiliki nilai seni dan sejarah yang penting, namun perhatian saya tertuju pada dua lukisan besar yang kemungkinan besar telah menempuh perjalanan penuh mengelilingi bola dunia. Lukisan itu adalah ”Enam Penunggang Kuda Berburu Rusa” dan ”Reruntuhan Candi Jawa” yang menggambarkan Candi Mendut. Keduanya datang dari koleksi Smithsonian American Art Museum.
Memang hampir sepuluh tahun yang lalu mulai terdengar kabar bahwa Institusi Smithsonian yang mengurusi banyak museum di Washington DC memiliki koleksi empat karya Raden Saleh. Semuanya, karya cat minyak pada kanvas berukuran sekitar 105 cm x 187 cm dan diyakini dilukis tahun 1860, rupanya diberikan kepada Institusi Smithsonian oleh seorang bernama Sally Burbank Swart pada tahun 1925. Saya pun mulai menelusuri sejarah lukisan-lukisan itu. Namun, pada saat itu, kurator Smithsonian American Art Museum, yang belakangan mengurus lukisan-lukisan itu, tidak memiliki informasi lebih lanjut tentang karya itu. Tokoh Sally Burbank Swart pun tidak diketahui memiliki hubungan sama sekali dengan Hindia Belanda.
Laporan tentang Kemajuan dan Kondisi Museum Nasional Amerika Serikat, 1925, mencatat pemberian ”empat lukisan cat minyak tentang Jawa karya Raden Saleh dan sebuah foto perupanya” dan menyebutkan bantuan Dr William L Abbott, yang merupakan penjelajah ternama dan naturalis lapangan yang mengumpulkan koleksi artefak etnologis serta spesimen biologis, terutama dari Asia Tenggara bagian kelautan, dan juga pendukung utama dalam upaya pengembangan koleksi Museum Nasional Amerika Serikat.
Informasi berharga datang tahun ini dari Paul M Taylor, seorang kurator di National Museum of Natural History (Museum Nasional Sejarah Alam Amerika Serikat), yang pernah bekerja menggunakan catatan lapangan William Abbot dan membuat transkripsi arsip Abbott. Di antara materi tersebut ada tiga surat yang berkaitan dengan empat lukisan Raden Saleh tersebut. Rupanya Roland Burbank Swart, putra Sally Burbank Swart, tinggal di kediaman kerabat ibunya di London. Lahir Emma Augusta Blackman di Boston, 1847. Emma Fraser sepertinya memiliki hubungan keluarga dengan ibu Sally B Swart, Caroline Blackman.
Setelah Emma meninggal pada 11 Oktober 1924, Roland Swart ditunjuk sebagai juru waris yang bertugas menyampaikan warisan-warisan Emma kepada yang berhak, termasuk keempat lukisan Raden Saleh itu. Tampaknya ia memberi tahu Miss Abbott, adik Dr William L Abbott, tentang lukisan-lukisan itu. Miss Abbot membalas dengan saran agar lukisan-lukisan itu dihibahkan kepada Institusi Smithsonian. Roland Swart menjawab dengan positif. ”Keempat lukisan itu dibuat atas pesanan M Frazer di Jawa, antara tahun 1850 dan 1860, dan ia membayar 1.000 gulden untuk setiap karya itu, tidak termasuk bingkai,” tulis Roland Swart dalam jawabannya kepada Miss Abbott.
William Abbott segera bertindak. Pada tanggal 8 Desember, ia menulis surat kepada Dr Charles D Walcott, Sekretaris Smithsonian, untuk menanyakan apakah institusi tersebut akan menerima keempat lukisan tersebut dan menambahkan rekomendasinya: ”secara pribadi saya pikir karya-karya itu layak diterima, terutama karena menggambarkan sebuah negeri dari peradaban kini mulai hilang bahkan di Jawa” dan menawarkan untuk menutupi biaya pengepakan dan transportasi ke Amerika Serikat. Sebelum malam Natal bulan itu juga, Dr Walcott menulis surat, mendukung akuisisi tersebut. Tahun berikutnya, keempat lukisan Raden Saleh dipersembahkan kepada Institusi Smithsonian sebagai hadiah dari ibu Roland Swart, Sally Burbank Swart. Begitulah lukisan-lukisan itu sampai ke Washington DC. Namun, bagaimana empat karya itu sampai berada di London?
Batu nisan
Jawabannya saya temukan di Museum Taman Prasasti. Tanah Abang, Jakarta. Di museum yang menempati situs pemakaman itu terdapat nisan dua tokoh yang menarik perhatian. Yang pertama, nisan Julia Hermina van Citter di Cikande Udik (Banten) yang wafat pada tanggal 16 Februari 1879. Dia adalah istri dari Alexander Fraser, pengusaha kelahiran Aberdeen tahun 1817, yang mulai memasuki dunia bisnis di Batavia pertama-tama bekerja untuk Maclaine Watson & Co. Walaupun sudah menjadi warga Hindia Belanda, Fraser ditunjuk menjadi Konsul Britania Raya di Jawa. Rupanya, di tahun 1860-an, ia mencapai puncak karier bisnisnya. Selain menikah dengan Julia Hermina yang merupakan anggota keluarga Belanda yang berpengaruh dan memiliki jaringan dagang dan pemerintahan yang luas, ia juga menjadi anggota kamar dagang. Pada saat itu, ia juga terlibat dengan perusahaan asuransi Home and Colonial Assurance Company Limited dan perusahaan kereta api Hindia Belanda. Pada tahun 1866, ia juga menjadi agen kepala dari perusahaan pelayaran Netherlands Indies Steam Navigation Company, dan beberapa tahun kemudian ia pun berupaya memulai jalur pelayaran antara Jawa dan Australia, Namun, pada tahun 1877, ia pensiun. Beberapa minggu setelah kematian istrinya, ia pun pulang ke London, di mana ia memiliki rumah di kawasan Hyde Park.
Yang kedua adalah nisan Pliny Marshall Nickerson, Konsul Amerika di Batavia, yang wafat dua hari setelah Julia Hermina. Janda Nickerson, Emma Augusta Blackman, menikah dengan Alexander Fraser pada 5 Juli 1880 di Worcester, Massachusetts. Mereka kemudian menetap di London. Fraser wafat tahun 1904 dan Emma meninggal 20 tahun kemudian.
Mungkinkah cinta mereka mulai bersemi di pemakaman kaum Eropa di Kebon Jahe, tempat yang kini kita kenal sebagai Museum Taman Prasasti? Kapankah mereka bertemu? Memang kematian pasangan mereka berselisih dua hari, tetapi apakah mungkin penguburannya terjadi pada hari yang sama? Mungkinkah mereka bertemu ketika itu? Ataukah mereka memang sudah saling kenal? Pertanyaan-pertanyaan ini belum tentu dapat kita jawab.
Yang kini dapat kita pastikan adalah bahwa Alexander Fraser itulah sosok M Frazer yang disebut Roland Swart dalam suratnya kepada Miss Abbot, sebagai pemesan lukisan Raden Saleh yang dihibahkan kepada Institusi Smithsonian. Maka, kemungkinan besar dua lukisan besar karya Raden Saleh yang kini dipamerkan di National Gallery, Singapura, telah menempuh perjalanan dari sebuah rumah di Cikande Udik atau Batavia ke London, di mana lukisan itu terpajang di sebuah rumah selama sekitar 44 tahun, kemudian ke Washington DC, di mana lukisan itu digudangkan selama 92 tahun. Tak banyak dihiraukan, bahkan dilihat orang selama hampir seratus tahun, kini adalah saat yang tepat untuk menengoknya. Pameran Between Worlds berlangsung hingga 11 Maret 2018.
Amir Sidharta, Kurator Museum Lippo/ Museum Universitas Pelita Harapan