Mimpi Mendunia Kuo
Denting piano bergantian berbunyi. Not satu dengan yang lain silih berganti dengan cepat. Semuanya mengalun lancar menyatu menjadi sebuah rangkaian. Adalah Jonathan yang tengah memainkan rangkaian nada itu dari piano seri Grand Concert.
Jemari besar dari tubuh Jonathan yang tinggi dan besar itu tidak kesulitan untuk menari-nari di atas tuts. Tangan kiri yang bermain cord dan bass kompak dan sinergis dengan tangan kanan yang memainkan melodi lagu itu. Terkadang, jemarinya ”berlari”, tetapi di lain kesempatan jemarinya hanya ”berjalan” di atas tuts-tuts piano itu. Semua itu untuk menciptakan dinamika dan tempo yang berbeda di setiap bagian lagu itu.
Seakan sudah hafal dengan not yang harus dimainkan, Jonathan sama sekali tidak melihat partitur yang ditaruh di wadah partitur pianonya. Sesekali kepalanya bergeleng dan menunduk. Mata dari balik kacamatanya pun sesekali terpejam. Dia tampak menjiwai lagu itu.
Rabu (7/2) siang, suasana Kota Bandung yang diterpa gerimis itu senada dengan nuansa sejuk dengan intonasi minor dari lagu ”Winter Wind” karya Frédéric Chopin yang tengah dimainkan Jonathan. Setelah lebih dari tiga menit jemari Jonathan membekukan mata dan telinga dengan takjub, rampunglah lagu klasik dengan partitur menjelimet itu.
”Itu salah satu lagu yang paling sulit yang pernah saya mainkan. Berbulan-bulan saya harus latihan lagu ini,” ujar Jonathan yang ditemui di sela-sela latihan piano di rumahnya di bilangan Jalan Trunojoyo, Kota Bandung, Jawa Barat.
Sosok Jonathan yang ”asli” berbeda 180 derajat yang dingin dan tenang saat bermain piano. Sambil tak henti-hentinya mengumbar senyum lebar setiap kali menyelesaikan kalimatnya, dia bercerita berlatih piano 5-6 jam sehari adalah kesehariannya.
Lagu-lagu piano klasik karya komposer dunia, seperti Frédéric Chopin, Pyotr Ilyich Tchaikovsky, Ludwig van Beethoven, dan Wolfgang Amadeus Mozart, jadi menu latihan setiap hari.
Kerja kerasnya terbukti membuahkan hasil. Hanya delapan tahun sejak memulai bermain piano di usia tujuh, Jonathan sudah mengoleksi setidaknya 14 piala dari kejuaraan piano nasional dan internasional.
Piala-piala itu antara lain diraihnya dari Thailand 1st Chopin International Competition (2014) dan 5th ASEAN International Chopin Piano di Kuala Lumpur (2012). Tak hanya itu, belasan piala serta sertifikat keikutersertaan kompetisi lainnya terpajang di sebuah lemari sekitar lima meter dari pianonya. Di kompetisi-kompetisi itu, Jonathan bersaing dengan sesama pianis muda lain dari sejumlah negara, seperti Malaysia, Singapura, Jepang, dan China.
Apresiasi talenta Jonathan juga datang dari negeri sendiri. Akhir bulan lalu, Jonathan didapuk untuk tampil dalam Jakarta Concert Orchestra yang dipimpin oleh pengaba kawakan Avip Priatna, di Gedung Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Pada kesempatan itu, Jonathan mencuri perhatian dengan memainkan lagu ”Totentanz” karya Franz Liszt.
Meski sudah mengantongi sederet prestasi dalam usia muda, Jonathan tetap berlatih keras. Beberapa bulan ke depan, Jonathan berencana mengikuti sejumlah kompetisi piano bertaraf internasional. Namun, pihak tim manajemen Jonathan enggan membeberkan nama kompetisi itu karena khawatir menjadi beban yang mengganggu konsentrasi latihan Jonathan.
”I like piano and music so much,” ujar Jonathan yang mencampuradukkan bahasa Indonesia dan Inggris saat berbicara.
Bakat dan dukungan
Resep kesuksesan Jonathan adalah perpaduan antara bakat dan dukungan yang besar dari keluarga. Bakat musik Jonathan mulai terlihat sejak usia tujuh tahun. Saat itu, guru TK-nya mengatakan, Jonathan dianugerahi bakat mengenali ritme musik dan menembak nada dengan tepat (perfect pitch).
Melihat bakat putra sulungnya itu, orangtua Jonathan, pasangan Linda Kartasasmita dan John Kuo, membelikannya sebuah piano portabel digital dan buku-buku dasar bermain piano. Dalam waktu singkat, Jonathan melahap dengan mudah lagu-lagu dasar seperti ”Twinkle-Twinkle Little Star”.
Sekitar setengah tahun kemudian, orangtua Jonathan memutuskan untuk menggandeng pianis kawakan Iswargia R Sudarno untuk menjadi pelatih Jonathan. Mulailah hari-hari bersama denting piano bagi Jonathan.
Pada usia sembilan atau dua tahun setelah bermain piano, Jonathan sudah memutuskan jalan hidupnya sebagai seorang pianis.
”Papinya pernah bilang begini, ’You love music and piano, but they wouldn’t love you back’. Apakah kamu bisa nanti hidup dari musik? Tapi, dia yakin dengan pilihannya. Jadi, kami sebagai orangtua hanya bisa mendukung,” ujar Linda, ditemui saat menemani Jonathan berlatih piano.
Agar Jonathan bisa hidup dari musik, dia harus lebih hebat dan berbeda dari pianis lain. Itulah yang dipikirkan orangtua Jonathan. Supaya bisa lebih fokus dan memiliki lebih banyak waktu berlatih piano, Jonathan keluar dari sekolahnya di Bandung International School saat naik kelas III SMP dan menjalani homeschooling. Mulai saat itulah waktu berlatih Jonathan yang sebelumnya 1,5 jam-2 jam per hari meningkat tiga kali lipat menjadi 5-6 jam per hari.
Tidak hanya itu, Jonathan juga sering dibawa kedua orangtuanya pergi ke luar negeri untuk menonton permainan pianis dunia, seperti Krystian Zimerman saat pentas di Singapura. Keputusan untuk pergi itu berasal dari rekomendasi Iswargia agar Jonathan kaya referensi musik dan belajar dari pianis dunia. Beruntung, Jonathan dilahirkan dari keluarga berkecukupan, hasil kerja keras ayah dan ibu Jonathan yang sehari-hari bekerja sebagai wiraswasta di bidang kimia plastik ini.
Keterampilan dan wawasan Jonathan pun diperkaya dengan mengikuti pelajaran tambahan dari master atau master class dari belasan pianis dan guru musik andal, baik dari dalam maupun luar negeri. Mereka antara lain Ananda Sukarlan, Profesor Thomas Hecht dari Yong Siew Toh Conservatory Singapura, dan Profesor Josef Anton Scherrer dari Cologne University of Music Jerman.
Terlepas dari impian besarnya, Jonathan sejatinya tetap merupakan remaja. Dia mengakui, adakalanya bosan dengan latihan rutin yang ia jalani. Di waktu senggang, penggemar klub sepak bola Manchester City dan Persib Bandung ini kerap bermain gim di tablet layar sentuhnya.
Namun, kecintaannya terhadap piano tidak akan usang.