”Milestone” Tohpati
Secara bergiliran mereka tampil di atas panggung dan bersama membawakan lagu-lagu yang kebanyakan ciptaan Tohpati. Kesempatan konser akustik itu juga dimanfaatkan Tohpati sebagai momen peluncuran album terbarunya yang ke-12, Bias, sekaligus juga sebagai penanda kiprah Tohpati selama tiga dekade terakhir.
”Buat saya sebuah konser tunggal itu ibarat sebuah momen yang sangat sakral bagi seorang musisi. Sebuah konser tunggal juga bisa menjadi semacam rapor untuk bisa menilai sejauh mana seorang musisi telah berkarya dan telah melakukan pencapaian,” ujar Tohpati.
Konser akustik Tohpati dibuka dengan lagu dari album terbarunya, yang juga diberi judul sama, ”Bias”. Pada lima lagu awal Tohpati tampil secara solo hanya dengan gitar akustik. Walau bermain sendiri, petikan gitar Tohpati terdengar semarak, tegas, dan nyaris sempurna.
Semisal di lagu ketiga berjudul ”Meili”, gitaris ini tampak menunjukkan kelasnya. Lewat teknik permainan gitarnya yang mumpuni, Tohpati tampil memukau. Hal itu bisa didengar saat ia memainkan dawai gitarnya seolah terdengar bak petikan senar kecapi China. Terdengar mengalun dan bahkan bergetar di bagian ujung nada-nadanya.
Selain permainannya yang cantik, penampilan solo Tohpati juga dibantu ilustrasi tayangan video pada layar di belakangnya. Di layar itu tampak seorang gadis tengah asyik melukis gambar perempuan berpakaian China, dengan menggunakan kuas dan cat air. Warna demi warna tampak dengan lincah disapukan di atas kertas.
Dari atas panggung Tohpati lantas memperkenalkan sang gadis sebagai putrinya, Saskia Gita Sakanti (18). Kanti, begitu Tohpati akrab memanggilnya, selama ini memang dikenal telah menggarap sejumlah ilustrasi sampul beberapa album sang ayah, seperti ”Ethnomission”, ”Guitar Fantasy”, ”Tribal Dance”, hingga ke album terbarunya kali ini.
Kolaborasi musisi
Setelah puas bersolo akustik, pada dua lagu berikutnya, ”Ksatria” dan ”Janger”, Tohpati juga berduet instrumen dengan Endang Ramadhan. Endang adalah pemain gendang tradisional Sunda, yang telah beberapa kali berkolaborasi dengan Tohpati. Perpaduan dua instrumen musik modern dan tradisional itu menghadirkan pertunjukan yang harmonis, dinamis, bertenaga, dan kompak mengentak.
Selain Endang, Tohpati juga menggandeng sejumlah musisi pendukung pada konsernya kali ini. Mereka antara lain Indro Hardjodikoro (bass), Adrian Muhammad (perkusi), Ricad Hutapea (tenor saksofon), dan Marthin Siahaan (keyboard). Bersama, sejumlah lagu instrumental bergenre jazz mengalir dan menghibur dari atas panggung.
Seusai jeda sejenak, Tohpati kembali tampil di atas panggung bersama penyanyi Marcell. Mereka membawakan beberapa tembang ciptaan Tohpati, yang selama ini juga dikenal menjadi hits dan mengangkat nama Marcel. Dua lagu ”Pantaskah” dan ”Semusim”, dibawakan dengan pendekatan yang jazzy.
”Lagu ’Semusim’ memang menjadi semacam highlight bagi karier bernyanyiku,” ujar Marcell seusai konser.
Selain dua lagu yang membawanya ke puncak ketenaran, Marcell bersama Tohpati juga memainkan dua lagu sebagai penghargaan atas mendiang musisi, Chrisye. Lagu berjudul ”Gelapkan Sirna” dan ”Panah Asmara” memang identik dengan Chrisye. Tohpati bahkan mengaku sangat bangga lantaran Chrisye sangat menyukai lagu-lagu ciptaannya itu.
Pada pementasannya kali ini Tohpati juga mengundang gitaris rock kawakan, Ian Antono, naik ke atas panggung. Dari deret kursi penonton Ian tampil ke atas panggung dan ber-jamsession bersama Tohpati. Keduanya membawa karya masterpiece sang maestro, yang juga motor penggerak Godbless, berjudul ”Panggung Sandiwara”.
Selepas tampil bersama Ian, Tohpati kembali menggiring memori para penonton yang hadir ke masa lalu, dengan tampil bersama penyanyi mungil asal Malaysia, Sheila Madjid. Keduanya membawakan tembang-tembang hits Sheila seperti ”Antara Anyer dan Jakarta”, ”Sinaran”, dan ”Selamanya”. Selain itu, Sheila juga membawakan satu lagu Tohpati, yang menjadi salah satu andalan di album terbarunya, ”Kunanti”.
”Lagu itu (Kunanti) adalah salah satu dari 10 lagu yang ada di album terbaru saya, Boneka. Delapan lagu diciptakan Tohpati. Saya memang sudah lama bekerja sama dengannya, bahkan sejak tahun 1990-an. Dia sudah tahu Sheila Madjid itu bagaimana, di mana kekuatannya, dan seperti apa selera musiknya. Saya ini fans berat mas Tohpati,” ujar Sheila.
Dalam konsernya kali ini Tohpati sepertinya memang tak mau tanggung-tanggung dan bahkan bisa dibilang ”royal”. Pasalnya ada lebih dari 20 lagu dia bawakan, seolah ingin memuaskan keinginan para penggemarnya yang datang.
Pada awalnya Tohpati mengaku sempat ragu konsernya itu bakal ditonton banyak orang lantaran harga tiket dinilainya lumayan mahal. Namun, lagu-lagu yang dibawakannya Minggu malam itu boleh jadi jauh lebih bernilai ketimbang harga tiket. Pengalaman dan kepuasan batin dalam menikmati karya-karya seorang musisi, yang telah matang berkiprah selama tiga dekade dan terus produktif.