Penonton muda semakin banyak ditemui di ajang Jakarta International BNI Java Jazz Festival 2018. Mereka memburu para penampil yang rata-rata juga berusia muda, tak peduli dengan musik yang mereka usung, pop, hiphop, atau jazz, asal sedikit saja, itu tak mengapa.
Hari kedua perhelatan Jakarta International BNI Java Jazz Festival (JJF) 2018, Sabtu (3/3), meriah dengan kehadiran penonton muda. Mereka rupanya antusias ingin menonton penampilan Daniel Caesar, penyanyi dan penulis lagu pop, R & B, dan soul asal Kanada.
Sebagaimana dikabarkan di akun Instagram Java Jazz Festival, tiket special show Daniel Caesar, yang antara lain dikenal dengan lagu ”Get You” bersama Kali Uchis, ini sudah terjual habis. Caesar tampil di panggung BNI Hall pada pukul 20.45-pukul 20.00.
Tak hanya memburu Caesar, para penonton muda juga memburu penampil muda lainnya seperti JP Cooper, penyanyi dan penulis asal Manchester, Inggris, yang beken dengan lagu ”September Song”. Cooper tampil di Tebs Hall pada pukul 22.00. Sejumlah penonton lainnya juga siap menonton Tompi, Yura Yunita, Petra Sihombing, dan Endah N Rhesa.
Dari Depok, kakak beradik Azahra Khairunnisa (16) dan Dzaky Mufazzal (14) sengaja datang untuk menonton penyanyi idola mereka yang justru bukan penampil bergenre jazz, di antaranya Tompi, Petra Sihombing, Sandhy Sandoro, dan Danilla. Mungkin juga mereka akan menonton Fariz RM dan band Java Jazz.
”Ini yang kedua kali datang tanpa ditemani orangtua. Kalau dahulu, beberapa tahun lalu, kami sering datang dan menonton Java Jazz ikut ayah yang kebetulan sangat menyukai lagu-lagu jazz, terutama artis luar negeri. Sekarang ayah sudah enggak mau lagi nonton karena katanya sekarang sudah campur-campur artisnya. Enggak pure jazz lagi yang manggung,” ujar Azahra.
Hal itu dibenarkan oleh sang adik. Akan tetapi, bagi keduanya perubahan seperti itu tak masalah. Mereka datang ke ajang JJF sepenuhnya untuk menikmati musik, apa pun jenis genrenya sepanjang mereka suka.
Anissa (20), yang sejak tiga tahun terakhir juga menjadi penonton tetap JJF, kemarin, menonton Petra dan Endah N Rhesa. Dia justru tak memburu penampil yang sangat nge-jazz. Sedikit nge-jazz masih tak apa.
”Seperti Tohpati atau Dewa Budjana yang menurut saya jazznya ringan. Kalau terlalu berat saya enggak ngerti. Dari dulu saya lebih senang musik pop,” katanya.
Gayung bersambut
Gayung tampaknya bersambut. Antusias penonton muda itu juga ditangkap oleh para penampil muda dengan lebih santai. Penyanyi hiphop soul dan R&B, Bryan James Sledge atau lebih dikenal dengan nama BJ The Chicago Kid, misalnya, merasa sangat menikmati kehadiran dan penampilan pertamanya di JJF.
Dia mengaku tak terlalu mempersoalkan jika genre musik yang dibawakannya selama ini berbeda sama sekali dengan pergelaran kali ini. Buat dia, pengalaman seperti itu adalah sesuatu yang sangat menyenangkan dan mengasyikkan. Keragaman genre seperti itu dinilainya justru sebagai bentuk apresiasi terhadap musik secara universal.
”Akan tetapi, banyak orang yang enggak tahu juga,lho, kalau justru di awal karier bermusik, saya pernah memainkan karya seorang artis jazz besar, Ramsey Lewis, dalam proyek musik bernama Urban Knights,” ujar BJ. Hal serupa diungkapkan JP Cooper dalam wawancara dengan Kompas di Hotel Borobudur.
Penyanyi pop Petra Sihombing juga mengaku menikmati dan tak mempermasalahkan apakah dia tampil di ajang jazz atau sesuai genrenya. Malah dia menilai tampil di panggung jazz seperti itu jauh lebih tertib dan tenang suasananya. Audiensnya berbeda, menurut Petra.
Terkait jazz, Petra beranggapan dirinya lebih bersikap pragmatis. ”Cuek saja. Yang penting main bagus. You can’t choose your audiences, kan,” ujarnya.