Jurus Hip Hop Lupe Fiasco
Pada 2008, Fiasco menyabet penghargaan musik bergengsi dunia Grammy Awards. Dia juga pernah dinominasikan sebanyak 12 kali. Ada banyak lagi penghargaan di bidang musik yang dia kantongi. Kepiawaian bernyanyi dan mencipta lagu membuatnya mampu menjual tiga juta kopi album rekaman.
Fiasco yang lahir dan besar di Chicago, Amerika Serikat, sudah berkarier 15 tahun di bidang musik. Saat ini, dia juga berperan sebagai seorang produser rekaman. Namun, musik bukanlah bakat satu-satunya. Dia juga berbakat di dunia bisnis. Beberapa usaha juga dia dirikan, mulai dari bisnis makanan dan minuman, seperti ”Lupe Fiasco’s Food & Liquor and The Cool” hingga fashion, seperti ”Righteous Kung- Fu”, dan ”Trilly & Truly”.
Akan tetapi, masih ada satu lagi kelebihan lain Fiasco yang menjadikannya unik. Dia juga dikenal memiliki gairah lain, mempelajari dan mendalami ilmu beladiri asal Negeri Tirai Bambu, China, Kungfu. Dia belajar ilmu beladiri bahkan sejak masih berusia di bawah 5 tahun. Minat dan bakat itu muncul berkat peran besar mendiang sang ayah, yang juga pengajar serta pemilik dojo karate di kotanya.
Bakat dan kemampuan beladiri itu lah yang kemudian mengilhami Fiasco menggagas acara serial dokumenter Beat and Path. Bekerja sama dengan operator kanal televisi berbayar Celestial Tiger Entertainment (CTE), Fiasco berkeliling Negeri Tirai Bambu China mendatangi daerah asal beragam aliran beladiri China yang ada di sana.
Selain mendatangi dan merasakan langsung pengalaman mempelajari jurus-jurus beragam seni beladiri itu, Fiasco juga mencari tahu dan melihat perkembangan musik hip hop di China. Perjalanan lintas budaya itu menghasilkan tiga episode tayangan untuk musim awal kali ini, yang secara perdana bisa mulai disaksikan pada Kamis (8/3) pukul 20.00 di kanal hiburan KIX dan KIX HD.
”Beat and Path”
Dalam kesempatan wawancara jarak jauh dengan Fiasco, Rabu (14/2), dia mengisahkan pengalaman dan perjalanannya selama proses pengambilan gambar program dokumenter televisi berseri Beat and Path. Fiasco mendatangi beberapa perguruan sejumlah aliran beladiri China terkenal, seperti kungfu Shaolin, Taichi, Wushu, dan seorang ahli pedang.
Fiasco mengakui ada banyak hal membuatnya mengagumi China, terutama sebagai sebuah negara besar dengan beragam keanekaragaman budaya. Dia juga mengaku takjub dengan betapa luas wilayah dan besarnya jumlah penduduk negeri tersebut. Bahkan, saking luas dan beragamnya, ada satu pengalaman yang menurut Fiasco sangat unik.
”Ada sejumlah kru lokal mengaku baru tahu salah satu tempat pengambilan gambar. Mereka belum pernah mendengar nama daerah itu sebelumnya. Padahal, lokasinya hanya beberapa jam saja dari tempat mereka tinggal,” ujar Fiasco.
Selain itu, Fiasco juga mengaku mendapatkan pengalaman sangat mengesankan saat mendatangi salah satu tempat berlatih kungfu, yang menurut dia punya suasana dan atmosfer serupa dengan sasana tempatnya berlatih di Amerika Serikat, yang juga dibangun mendiang sang ayah.
Walau terpisah jarak ribuan kilometer dan berada di belahan lain dunia, dia merasa suasana dan tempat berlatih di China sangat akrab dengan apa yang selama ini dia rasakan saat belajar kungfu, bahkan ketika dia masih berusia muda. Semangat dan keteguhan sama juga diajarkan oleh mendiang ayahnya.
Kesamaan cara, tradisi, dan semangat berlatih seperti itu menurut Fiasco membuatnya merasa sangat familier dan seolah tidak berada di tempat asing saat mengunjungi tempat-tempat asal aliran beladiri di China itu.
Alat komunikasi
Seperti juga musik, kungfu bisa menjadi alat berkomunikasi alternatif di tengah kendala bahasa dan budaya, yang ada dan dialaminya. Bagi Fiasco, tak perlu menguasai bahasa China terlebih dahulu untuk bisa mempelajari kungfu. Untuk belajar, seseorang bisa langsung mengikuti gerakan yang diajarkan walau tanpa memahami percakapan dan perintahnya.
”Hip hop dan kungfu adalah cara saya untuk bisa berkomunikasi. Jika tak bisa terhubung dengan kamu lantaran kendala bahasa, pastinya saya akan coba (berhubungan) lewat hip hop. Jika masih belum bisa, saya akan berupaya terhubung dengan kamu lewat beladiri. Ada banyak ilmu beladiri di China dan kamu enggak perlu menguasai bahasanya untuk belajar dan tahu gerakannya,” ujarnya.
Terkait musik hip hop sendiri, Fiasco mengaku banyak belajar dari lagu-lagu dan artis hip hop di Negeri Tirai Bambu tersebut, terutama yang banyak dia temui berada di ibu kota Beijing. Dari sejumlah lirik lagu hip hop yang telah diterjemahkan, dia mengaku banyak memahami kalau ada banyak hal juga diangkat oleh para artis hip hop di China, yang menjadi tema karya-karya mereka.
Seperti halnya yang terjadi di tempat lain, lagu-lagu hip hop di China juga mengangkat beragam isu, mulai dari kondisi sosial, berbicara tentang aspirasi untuk lingkungan, dan keinginan untuk kondisi lebih baik. Hal itu dinilai Fiasco menjadi menarik mengingat kondisi dan kebijakan politik pemerintahan Negeri Tirai Bambu itu yang pastinya berbeda dengan negaranya.
Namun, papar Fiasco, pada akhirnya pemerintah juga tetap harus mendengarkan keinginan rakyat. Dia mengaku mendapat kesan kalau masyarakat masih bisa dengan bebas menyampaikan apa yang mereka rasakan dan inginkan sehari-hari.
”Baik kungfu maupun hip hop, keduanya buat saya sama-sama bentuk seni (art). Keduanya sama-sama cara berkomunikasi, melindungi diri dan orang lain, dengan cara membangun kesadaran, dan untuk membela orang lain. Saya seolah bisa menjadi fusi dari keduanya. Orang bisa melihat kedua hal itu dari seorang Lupe Fiasco,” ujarnya.
Tertarik pencak silat
Fiasco mengaku kagum dan tertarik untuk juga dapat menggarap serial dokumenter yang sama, terutama terkait beladiri khas Indonesia, pencak silat. Olahraga beladiri yang juga banyak dipelajari dan berkembang di sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara.
Fiasco mengaku tahu sedikit banyak tentang pencak silat, terutama soal perpaduan antara gerakan olahraga dan seni beladiri, musik, serta filosofi yang terkandung di dalamnya, terutama terkait agama Islam. Perpaduan sejenis menurut dia juga bisa ditemukan dalam bela diri di negara lain, termasuk China.
”Saya pastinya tertarik datang ke Indonesia dan mempelajari pencak silat dengan beragam jurusnya yang berbeda. Saya tertarik karena pencak silat mengandung perpaduan banyak unsur, seperti gerakan beladiri, aspek spiritual, dalam hal ini terkait agama Islam, budaya, aspek sosial, dan soal kesehatan. Saya harap musim mendatang bisa ke Indonesia,” ujarnya.