Cerita percintaan yang digambarkan dalam film ini terbilang ganjil lantaran melibatkan dua makhluk berbeda spesies, seorang gadis bisu, Elisa Esposito (Sally Hawkins), dan sesosok monster berbentuk manusia (humanoid) amfibi separuh ikan (Doug James).
Kisahnya sendiri mengambil latar waktu 1960-an saat dua negara adidaya ketika itu, Amerika Serikat dan Uni Soviet, mulai memasuki era Perang Dingin, saling berebut pengaruh dan keunggulan dalam peta geopolitik dunia di masanya. Tak heran jika film ini juga dibumbui kisah spionase dan aksi saling sabotase.
Elisa adalah seorang petugas kebersihan yang bekerja setiap malam di sebuah fasilitas militer rahasia di Baltimore, AS. Kisah hidup gadis bisu tetapi bisa mendengar itu tadinya biasa-biasa saja dan malah cenderung monoton. Bahkan, mimpinya pun selalu berulang, tertidur di dalam kamar apartemennya yang dipenuhi air seolah sedang berada di bawah laut atau sungai.
Mimpi ganjil itu selalu berakhir dengan Elisa terbangun dan memulai rutinitas malamnya menjelang bekerja, mulai dari memasak telur rebus, mempersiapkan diri, lalu mandi berendam di bak rendam besar. Elisa sendiri digambarkan juga sangat nyaman dan bahkan terobsesi dengan air.
Di tempatnya bekerja, Elisa punya seorang rekan setia, Zelda Fuller (Octavia Spencer), seorang wanita kulit hitam yang sangat baik dan selalu menjaganya. Zelda digambarkan suka membantu Elisa agar lebih dulu mengabsen di mesin absen layaknya masuk pabrik.
Pada satu saat, fasilitas rahasia tempat mereka bekerja kedatangan tamu sesosok makhluk berbentuk manusia (humanoid), tetapi berpenampilan dan memiliki kemampuan seperti ikan, hidup dan bernapas di dalam air. Makhluk amfibi itu memang dibawa untuk diteliti. Di tempat asalnya makhluk tadi dianggap dewa oleh masyarakat setempat.
Makhluk misterius tersebut tak hanya memiliki sisik dan sirip layaknya hewan air, dia juga memiliki bentuk kepala, mata, dan wajah seperti ikan, lengkap dengan insang. Selain itu, makhluk misterius tersebut juga memiliki gigi geligi dan kuku yang runcing dan tajam sebagai senjata. Dia ditempatkan di kolam dan dalam penanganan khusus.
Sayang, alih-alih dipelajari dan diteliti, kepala fasilitas laboratorium sekaligus penanggung jawab proyek penelitian makhluk setengah manusia setengah ikan tadi, Kolonel Richard Strickland (Michael Shannon), justru malah memperlakukan makhluk itu dengan buruk. Dia beranggapan makhluk liar harus dijinakkan.
Konflik pun mulai terjadi lantaran tak hanya Elisa yang mengetahui dan tak setuju dengan perbuatan Richard tadi. Kepala tim peneliti yang bekerja di bawah Richard, seorang dokter bernama Robert Hoffstetler (Michael Stuhlbarg), menentang keras perbuatan Richard.
Saling jatuh cinta
Hubungan Elisa dan makhluk misterius tadi juga sebetulnya terbilang unik. Sejak pertama kali melihat dan mengetahui keberadaannya di laboratorium rahasia itu, Elisa yang berkunjung setiap malam ke kandang makhluk manusia ikan berhasil membangun komunikasi lewat bahasa isyarat yang diajarkannya.
Layaknya berkencan pada akhir pekan, Elisa juga membawa dan memainkan alat pemutar piringan hitam portabelnya untuk didengarkan bersama ketika situasi laboratorium penelitian itu sudah sepi. Sang makhluk separuh ikan setengah manusia itu sangat menikmati dan bahkan marah jika piringan hitam dimatikan. Lama-kelamaan Elisa jatuh cinta pada makhluk manusia ikan berjenis kelamin jantan tersebut.
Sutradara Guilermo del Toro bisa dipastikan memang bekerja dengan sangat total. Alur cerita yang dibangun lumayan mengalir dan bahkan semakin meningkat ketegangannya mendekati bagian akhir. Selain itu, teknik efek spesial yang digunakan, baik dalam bentuk computer generated image (CGI) maupun efek spesial kostum dan tata rias, juga tampak didesain dengan sangat rinci dan meyakinkan.
Sosok makhluk amfibi dalam film ini sekilas memicu ingatan pada sosok manusia amfibi serupa yang ada dalam film Hellboy. Film tersebut juga disutradarai oleh del Toro. Dalam film yang sudah dibuat berseri dua kali itu, sosok manusia amfibi diberi nama Abe Sapien, yang juga diperankan Doug James, dan sama-sama diceritakan suka makan telur ayam.
Walau secara selintas postur, kostum, dan efek spesial yang digunakan nyaris mirip, sosok Abe Sapien dalam film Hellboy jauh lebih tak menyeramkan, dalam artian tidak memiliki kuku, taring, dan sirip tajam sebagai senjata. Abe juga digambarkan ramah dan bisa berkomunikasi secara lisan
Saking total dan seriusnya del Toro dalam menggarap karyanya kali ini, film The Shape of Water diganjar beragam penghargaan bergengsi di Academy Award Ke-90 dan Golden Globe Ke-75. Untuk penghargaan pertama, film ini berhasil memenangi beberapa kategori, seperti gambar terbaik, penyutradaraan terbaik, dan produksi desain terbaik. Pada Golden Globe Awards, film ini meraih penghargaan kategori penyutradaraan terbaik dan best original score.