Industri musik saat ini menawarkan beragam jenis musik baru. Mereka berupaya untuk merebut hati penikmat musik dengan memproduksi gaya lagu baru yang disukai oleh berbagai kalangan. Musik pop, rap, dan electronic dance music (EDM) adalah sebagian contoh yang terus berkembang mengikuti zaman. Genre musik ini sampai saat ini masih diterima luas.
Lalu, bagaimana dengan musik heavy metal? Setelah melewati era keemasan pada 1980-an hingga 1990-an, metal kini harus berjuang, bersanding dengan ragam musik cadas yang lebih ramah dengar, yaitu rock. Memasuki era tahun 2000-an, kian banyak grup rock muncul dan menjadi besar, sementara grup musik heavy metal memudar, nyaris tidak terdengar. Yang ada hanya kisah dari para legenda heavy metal yang berupaya menyapa pendengar lawas mereka.
Adalah Judas Priest, salah satu grup musik heavy metal asal Inggris yang tidak lelah melintasi masa. Judas Priest yang digawangi oleh Rob Halford (vokal), Glenn Tipton (gitar), Ian Hill (bas), Scott Travis (drum), dan Ritchie Faulkner (gitar) membakar gelora heavy metal dengan album terbaru mereka, Firepower. Album ke-18 Judas Priest ini dirilis pada 9 Maret 2018. Firepower adalah pernyataan sikap Judas Priest yang menolak untuk berhenti berkarya. Sejak dibentuk pada 1969 (49 tahun yang lalu!) mereka sekarang bisa saja memilih untuk pensiun dengan segala kemasyhuran dan warisan musik yang ditinggalkan. Akan tetapi, mereka memilih membakar piston mesin dan memacu laju mereka, tidak pernah berhenti.
Revolusi
Sejak merilis album pertama mereka, Rocka Rolla (1974), Judas Priest telah menciptakan revolusi. Mereka membangun kemegahan musik heavy metal dan menginvasi dunia dengan musik kencang mereka. Gaya busana mereka menjadi panutan. Jaket kulit ketat, ornamen logam tajam berlapis krom yang menjadi aksesori pakaian, sepatu bot kulit tinggi, semua serba hitam. Garang dan cadas! Roh musik Judas Priest adalah harmonisasi tim. Mereka bermain musik dengan cantik dan menciptakan lagu-lagu yang berirama cepat dan rapi. Bisa jadi, lagu-lagu Judas Priest menjadi panduan bagi mereka yang ingin bermusik heavy metal dengan baik dan benar.
Sang vokalis, Rob Halford, adalah ikon. Lewat karakter suaranya yang mampu mendaki hingga beberapa oktaf, Judas Priest kian menanjak. Lengkingan suaranya adalah salah satu yang terbaik hingga mungkin saja membuat teriakan Axl Rose, vokalis band Guns N’ Roses, terdengar seperti teriakan pemula. Saat merilis album British Steel (1980), Judas Priest telah menjelma menjadi band yang kokoh dan kuat seperti baja produksi Inggris Raya yang dipakai di seluruh penjuru dunia. Lagu ”Breaking The Law”, ”Turbo Lover”, ”Ram It Down”, dan ”Paintkiller” adalah beberapa yang bisa disebut dari puluhan lagu populer mereka.
Formasi klasik Judas Priest yaitu Halford, Hill, Tipton, K.K Downing (gitar), dan Dave Holland (drum) adalah salah satu yang paling solid. Dua gitaris, Tipton/Downing, menjadi idola metal mania. Mereka seperti orang kembar yang membuat harmonisasi dalam berbagai hal, kecepatan bermain, bentuk gitar, hingga gaya busana. Poster mereka berdua saat manggung banyak menjadi koleksi dan dipasang di kamar para penggemar Judas Priest.
Memasuki era tahun 2000-an, kilauan Judas Priest mulai pudar. Tidak ada yang salah dengan Judas Priest karena mereka tetap membuat album dengan kualitas musik yang bagus. Hanya saja pendengar mulai bosan dengan yang itu-itu saja. Menyadari hal itu, Judas Priest berkolaborasi dengan dua produser musik, Tom Allow yang merupakan kenalan lama dan membantu produksi album Judas Priest di era keemasan mereka serta produser pemenang penghargaan musik Grammy Award, Andy Sneap.
”Tom punya segala hal tentang musik metal, sementara Andy mengenal industri musik terbaru. Saya pikir untuk menghasilkan album metal klasik yang modern, perlu koalisi keduanya,” ujar Rob Halford yang dikutip situs resmi www.judaspriest. com.
Hasilnya, album Firepower tampil keren dan segar. Di album ini para penikmat musik heavy metal bakalan lebih mencintai Judas Priest. Ke-14 lagu di album Firepower adalah sebuah narasi perjalanan baru dunia heavy metal. Sound yang tercipta tidak lagi kaku, tetapi lentur mengimbangi bunyi album musik modern. Karakter garang tetap menjadi andalan meski kini dipoles sedikit penyajiannya. Sang produser juga sukses mengerem gaya musik Judas Priest tidak terlalu kencang. Boleh dibilang, irama musik di album Firepower adalah yang paling cocok untuk Judas Priest.
Layaknya sebuah plot film, Firepower sukses membangun emosi pendengarnya. Sajian lagu berirama kencang dan lagu balada yang dicampur aduk membuat pendengar seolah tidak mau berhenti menyimak hingga ke lagu terakhir. Pilih salah satu lagu di album tersebut, para penggemar musik heavy metal tidak akan butuh waktu lama untuk suka. Semua yang tersaji di album Firepower terasa pas. Ibarat hidangan pasta, hasilnya tidak keras dan tidak lembek, al dente. Sejumlah media pengulas musik, salah satunya dari laman www.loudwire.com, menilai bahwa Firepower sementara ini adalah album heavy metal terbaik pada 2018.
Melalui Firepower, Judas Priest berusaha merawat musik metal agar tidak berkarat, memoles dan melapisinya agar kilaunya bertahan lama. Suatu saat, mungkin saja zaman akan berterima kasih kepada Judas Priest yang menyelamatkan heavy metal. (YUNIADHI AGUNG)