Tarung Kuliner Chef Pesohor
Insiden diawali tereliminasinya satu kontestan asal negeri jiran Malaysia setelah menyajikan menu andalannya, nasi lemak dan rendang ayam. Sang kontestan tersingkir lantaran menu rendang ayamnya dinilai tidak crispy alias garing kering dan berpenampilan tak menarik.
Alasan itu tak bisa diterima lantaran rendang ayam memang tak pernah disajikan dengan cara seperti itu. Kedua juri chef dinilai tak punya pengetahuan memadai tentang masakan Asia, terutama asal kawasan Asia Tenggara. Reaksi pedas pun bermunculan, bukan hanya di media massa arus utama, melainkan juga di media-media sosial. Warganet Malaysia dan Indonesia kali ini bersatu untuk urusan yang satu ini.
Seorang pejabat puncak Malaysia pun tak mau kalah ikut bereaksi lewat akun media sosialnya. Namun sayang, respons balik lanjutan dari salah seorang juri chef justru terkesan ingin memicu polemik dan kontroversi baru, terutama terkait asal muasal makanan rendang.
Saling menginterpretasi
Di tengah kebisingan tadi, konsep acara Celebrity Chef: East vs West justru terkesan jauh lebih matang. Di acara ini dua tradisi kuliner dari kubu peradaban berbeda tak sekadar dikontestasikan atau diadu.
Keduanya disandingkan dalam konteks untuk menginterpretasi dan merekreasikan ulang satu menu konvensional khas satu tempat. Hal itu tampak pada penugasan utama yang diberikan kepada setiap chef di setiap episode.
Seorang chef setempat menyajikan satu menu hidangan lokal terkenal dan kedua chef harus bisa membuat menu baru terinspirasi dari sajian itu, tentunya dengan latar kekhasan Timur atau Barat. Kedua chef yang bertanding adalah aktor laga Hong Kong yang juga memiliki passion memasak, Nicholas Tse, mewakili kubu Timur.
Sementara dari kubu Barat diwakili chef tenar asal Kanada keturunan Italia, David Rocco. Acara pertarungan memasak Timur vs Barat itu ditayangkan perdana 25 Maret lalu. Mengambil latar tempat dan budaya perpaduan Timur dan Barat, Makau. Tradisi Timur yang diwakili China serta Barat yang diwakili Portugis dan Eropa lain berpadu di sana sejak lama.
Acara Celebrity Chef: East VS West sendiri diproduksi Fox Network Group Asia (FNGA) yang akan dibagi dalam lima bagian atau episode. Hingga pertengahan tahun 2018, kedua chef dijadwalkan melakukan pengambilan gambar di sejumlah kota di beberapa negara Asia, seperti Taiwan, Malaysia, dan Filipina.
”Kelima episode itu berlokasi di Makau, Manila, dan tiga kota di Malaysia, seperti Shunde, Ipoh, dan Kuala Lumpur,” ujar Lesley Simpson, Marketing Manager FOX Network Group Indonesia, lewat siaran persnya beberapa waktu lalu.
Menurut Simpson, ide awal acara ini muncul setelah kunjungan Nicholas Tse ke Bali, April 2017. Aktor Hong Kong yang beberapa tahun belakangan serius menggeluti bidang kuliner dan masak-memasak itu mengambil gambar sejumlah makanan lokal di Bali, mulai dari restoran, kafe, hingga warung makanan lokal dan bakso (foodstreet)
Walau bertema persaingan, acara ini sendiri justru sebenarnya terkesan mencoba ”merukunkan” tradisi kuliner dari kedua kubu. Hal itu tampak dari aturan main yang membebaskan setiap chef petarung berkreasi dan menginterpretasi hidangan lokal tadi menjadi hidangan baru di setiap babak.
Konkretnya, di setiap episode, kedua chef diminta mencicipi satu menu hidangan lokal pilihan dengan mata tertutup kain. Hanya dengan mengandalkan empat macam indera, mereka lantas diharuskan menebak dan memperkirakan bahan baku dan bumbu apa saja yang diperlukan serta bagaimana cara memasaknya.
Interaksi jenaka
Selama 30 menit para penonton akan disuguhi bukan hanya keterampilan dan keahlian memasak kedua chef pesohor, melainkan juga pengalaman visual lain, seperti pemandangan lokal setempat, pasar tradisional, serta ketegangan yang terasa dan muncul saat kedua chef berkompetisi. Walau bersaing, keduanya tetap saling berinteraksi dengan akrab dan kadang lucu.
Salah satu adegan lucu di episode perdana ketika Chef Nic dengan sengaja mengajarkan arti kata yang salah dalam bahasa Kanton ke Chef David. Chef Nic menyebut kata gau berarti ’ayam’, padahal sebenarnya berarti ’anjing’. Walhasil, salah seorang penjual ayam di pasar tradisional kebingungan ketika Chef David menunjuk barang dagangannya dan menyebut gau, padahal maksudnya dia ingin membeli daging ayam.
Namun, keuntungan menguasai latar bahasa dan budaya China tak lantas juga membuat Chef Nic bisa leluasa memimpin dan mengendalikan situasi. Pada satu adegan, dia bahkan justru kerepotan lantaran statusnya yang pesohor terkenal sehingga banyak orang yang ditemuinya di pasar ingin mendekat dan berswafoto atau menyalaminya. Tentu hal itu menyulitkannya bergerak bebas.
Dalam setiap penugasan, kedua chef sama-sama diberi waktu tiga jam untuk berbelanja serta mempersiapkan bahan-bahan baku dan bumbu. Waktu tiga jam itu juga termasuk waktu memasak dan menghidangkan. Semakin cepat mereka berbelanja, semakin panjang waktu yang dimiliki untuk memasak.
Setelah masakan jadi, setiap chef diminta menyajikan dan mempresentasikan apa yang dimasaknya. Masakan itu kemudian dicicipi dan dinilai tiga juri yang terdiri dari chef tuan rumah sebagai pemberi penugasan, chef juri, dan juri tamu yang juga pesohor asal negara tempat episode itu digelar.
Chef lokal yang dilibatkan sebagai chef tuan rumah di antaranya David Wong (Makau), Steven Liu (Shunde), Bruce Lin (Manila), Chef Wan (Ipoh), dan Bobby Chinn (Kuala Lumpur). Sementara untuk juri pesohor yang dilibatkan di antaranya Maureen Wroblewitz, pemenang Asia’s Next Top Model musim ke-5 (2017), dan Bruce Ricketts dari Manila. Setiap juri memberi nilai angka yang kemudian diakumulasikan untuk menentukan pemenang di setiap episode.