Musik Terus Berdenyut
Festival musik makin marak di Tanah Air. Tak sekadar mengusung keriaan dan kemeriahan, keberadaan festival musik, secara terus-menerus akan memperbaiki sekaligus menguatkan iklim dan mutu permusikan negeri.
Pencinta musik senantiasa mengingat Maret sebagai jazz. Tak lain, karena hajatan besar dari ranah musik jazz, Java Jazz Festival (JJF), selalu digelar hampir saban Maret. Tahun 2018 ini, JJF digelar pada 2-4 Maret di tempat yang selalu sama sejak beberapa tahun terakhir, yaitu Jakarta International Expo di Kemayoran.
Sejumlah penampil terbaik dari dalam negeri turut ambil bagian di JJF 2018 seperti tahun-tahun sebelumnya. Sebutlah di antaranya Syaharani and Queenfireworks, Dira Sugandi, Tohpati, Dewa Budjana, dan Aksan Sjuman Trio.
Begitu juga dengan nama-nama beken dari dunia internasional. Tahun ini, penyelenggara mengundang Harvey Mason, Lee Ritenour, Maysa Leak and The Brian Simpson Band, Ron King Big Band, sampai New York Voices. Begitu juga dengan Daniel Caesar, JP Cooper, dan Goo Goo Dolls yang berada di luar kategori jazz.
Setelah JJF, bulan Juli ini akan hadir festival musik keras Hammersonic di Carnaval Beach Ancol. Akan tampil di antaranya Sepultura, H2O, dan InFlames serta beberapa penampil lainnya.
Ada juga We The Fest yang juga digelar di JIExpo. Tahun ini, festival musik musim panas yang digelar Ismaya Live ini akan menghadirkan nama-nama besar dari dunia internasional, seperti Lorde, James Bay, Odesza, alt-J, Nick Murphy FKA Chet Faker, hingga Albert Hammond Jr. Dari dalam negeri ada Efek Rumah Kaca, GAC, White Shoes and The Couples Company, dan lain sebagainya.
Setelah itu hadir Jazz Gunung yang digelar di Amfiteater Terbuka, Jiwa Jawa Resort, Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, pada bulan September. Beberapa nama yang dijadwalkan tampil adalah Tohpati Bertiga, Bara Suara, serta Dira Sugandi dan Sri Hanuraga. Jazz Gunung adalah festival musik yang menampilkan komposisi jazz bernuansa etnik.
Di belakangnya sudah bersiap Ijen Summer Jazz 2018 yang digelar di lokasi yang sama dengan Jazz Gunung pada September. Juga Soundrenaline pada bulan yang sama di kawasan Garuda Wisnu Kencana Bali. Sebelumnya ada Prambanan Jazz Festival 2018 yang digelar pada Agustus di kawasan Candi Prambanan, Yogyakarta, menghadirkan Boyzone Reunion, Diana Krall, dan masih banyak lagi.
Tertua
Jika ditarik ke belakang, festival musik paling tua adalah Jazz Goes To Campus. Festival yang diadakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia ini sudah diadakan sejak 1976. Meski sempat menarik perhatian publik musik, dalam perkembangannya Jazz Goes To Campus tetaplah menjadi macan kampus, sulit berkembang dan menjadi benar-benar besar.
Di posisi kedua, ada Festival Rock Indonesia yang digagas oleh Ong Oen Log atau yang lebih dikenal dengan nama Log Zhelebour. Festival Rock Indonesia sukses digelar sebanyak 11 kali dari tahun 1984 sampai tahun 2007.
Dalam sebuah wawancara, Log menuturkan, dia ingin musik rock tetap hidup dan terus berkembang. Salah satu caranya adalah dengan mengadakan ajang seperti festival rock. Sayang, festival yang di masanya cukup bertaji ini tak panjang umur.
Tahun 1988, lahir Jak Jazz yang digagas musisi Ireng Maulana. Baru setelah itu, agak jauh di belakang, lahir JJF yang kesuksesannya mengilhami lahirnya banyak festival jazz di hampir seluruh pelosok Tanah Air.
Terkait maraknya festival musik yang digelar di Tanah Air, Manager artis Andi Wintha dari Andi Wintha Promotion menuturkan, festival musik penting tidak hanya dari nilai hiburan saja, namun juga karena ada nilai edukasinya. Selain sebagai wadah untuk para musisi menunjukkan karya mereka, para musisi yang tampil di festival musik sebenarnya juga telah berbagi ilmu ke penikmat musik yang menonton. ”Karena tiap musisi yang tampil punya keterampilan dan teknik bermain atau bernyanyi yang berbeda-beda,” kata Wintha.
Di sisi lain, festival musik juga menjadi wadah yang mempersatukan atau mempertemukan musisi- musisi dari berbagai genre atau umur, bahkan antar-negara. ”Senang aja gitu lihat kalau festival musik ramai didatangi orang. Berarti, kan, apresiasi masyarakat akan musik besar banget,” katanya.
Bagi artis atau musisi, tampil di acara festival musik juga penting dan dibutuhkan. Sebagai manajer artis, Wintha pun sebisa mungkin mengikutsertakan artis-artisnya untuk main di festival musik.
Dengan kondisi seperti itu, musisi yang tampil pasti lebih ekstra stamina dan konsentrasi saat tampil di festival. Persiapan mental saat tampil juga sangat penting saat pentas karena apa aja bisa terjadi di panggung.
Pasangan musisi Endah N Rhesa yang kerap wara-wiri di sejumlah festival musik menuturkan, festival musik adalah sarana promosi sekaligus portofolio bagi musisi yang tampil seperti mereka. Festival umumnya juga menjadi ajang silaturahim berjumpa dengan sesama musisi sehingga mereka pun bisa mendapatkan referensi dari musisi-musisi yang tampil.
”Festival juga memberi kesempatan kepada para musisi untuk mengeksplorasi konsep-konsep tertentu. Di sisi lain, juga akan terjadi cross-audiens di mana penampilan kami juga akan disaksikan oleh massa dari band-band lain,” papar Endah.
Secara umum, festival musik menurut mereka bermanfaat untuk menggerakkan gairah industri musik dan pertunjukan di Tanah Air. Bahkan, untuk festival yang kelasnya internasional, bisa mendatangkan devisa dan meningkatkan pariwisata.
Petrus Briyanto Adi alias Adoy dari Bonita and The Hus Band yang dalam waktu dekat, 17-19 Agustus, akan menggelar Festival Musik Rumah 2018 menuturkan, festival musik merupakan cara mudah untuk menikmati banyak musik secara langsung dalam kurun waktu tertentu, bersama-sama. Fitur musik sebagai alat komunikasi massa dan berbagi pengalaman kebersamaan terfasilitasi oleh format festival.