Kasih Putih untuk Semua
Cinta mampu menyatukan segala rasa. Kasih putih menyayangi setulus hati dan memberi sepenuh jiwa terhadap semua saudara korban bencana di Palu dan Donggala. Itulah pesan yang disampaikan dalam Konser Tanda Mata Glenn Fredly untuk penyanyi sekaligus pencipta lagu bernuansa cinta tiga dekade Yovie Widianto.
Tepuk tangan dan teriakan penonton riuh membahana saat lagu ”Kasih Putih” yang dilantunkan Glenn Fredly berakhir. Alih-alih beranjak pulang, mereka malah berteriak ”lagi... lagi... lagi...”. Berat rasanya meninggalkan panggung Ciputra Artpreneur, Jakarta, Minggu (30/9/2018) malam itu.
Selama hampir 3,5 jam, lebih dari 22 lagu ciptaan ”Raja Cinta” Yovie Widianto mengaduk-aduk perasaan, menyelam hingga relung hati terdalam para penikmatnya. Dilantunkan oleh belasan musisi lintas generasi, lagu yang sarat lika-liku kisah percintaan itu menyelusup ke dalam jiwa menerbangkan imajinasi melintasi batas dimensi ruang dan waktu.
”Berawal dari mata/ indahnya senyuman/ mengapa harus resah// Berawal tatap mata/ hangatnya sapamu/ mengapa jadi gundah...”.
”Cerita Cinta” menjadi lagu pertama yang mengalun dari bibir Glenn Fredly. Lagu yang dipopulerkan oleh band Kahitna pada era 1990-an itu seperti mantra yang menyihir ratusan penggemarnya. Mereka pun menjadi tak kuasa untuk tidak bernyanyi dan hanyut dalam lantunan merdu suara Glenn.
Meski ini bukan konser Tanda Mata pertama, namun tetap terasa istimewa. Konser garapan Miraj Live dan Bumi Entertainment ini merupakan kali ketiga setelah sukses menggelar konser Tanda Mata untuk Ruth Sahanaya pada 2016 dan Slank pada 2017.
Menjadi istimewa karena konser ini khusus didedikasikan bagi musisi inspiratif, yang tidak saja produktif menciptakan karya seni, tetapi banyak memberikan sumbangsih terhadap pengembangan industri musik Tanah Air. Yovie banyak membidani lahirnya generasi baru musisi dan mengharumkan nama bangsa lewat beragam prestasi internasional yang ditorehkannya.
Suami Dewayani ini banyak menciptakan lagu untuk penyanyi muda dan pada akhirnya lagu itu menjadi hits. Glenn Fredly merupakan salah satu musisi yang berkesempatan menyanyikan lagu karya Yovie. Lagu berjudul ”Kasih Putih” itu pun menjadi hits dan melambungkan nama Glenn.
Kiprah Yovie di kancah musik semakin menancap kuat dengan banyaknya penghargaan yang diperoleh di ajang kompetisi nasional maupun global. Sepanjang perjalanan kariernya sebagai musisi, dia berhasil mengantongi lebih dari 25 platinum award. Itu belum termasuk penghargaan yang tidak terpublikasi.
”Saat itu ikut kompetisi komposisi musik tingkat dunia di Taipei dan menjadi juara pertama The Best Composition Award. Alhamdulillah saat pulang ke Indonesia tidak ada yang tahu. Ibu menjadi orang pertama yang memberikan apresiasi,” ujar Yovie tertawa.
Selain dibawakan sendiri oleh Glenn, lagu-lagu karya Yovie yang beraliran musik pop juga dibawakan oleh penyanyi-penyanyi yang sebelumnya tak pernah bersinggungan. Glenn dan para musisi itu mengaransemen ulang karya Yovie menjadi beragam genre musik. Ada jazz, rock, blues, hingga rap atau hip hop.
”Ini adalah ’pembantaian’ habis-habisan bagi (karya) Om Yovie,” kata Glenn Fredly yang berulang tahun ke-42 tepat pada 30 September 2018.
”Pembantaian” G 30 S (Glenn 30 September) itu melibatkan musisi-musisi andal yang punya nama besar, seperti Harvey Malaiholo dan Grace Simon. Selain itu ada penyanyi rock Ikang Fawzi, rapper Iwa K, penyanyi jazz Eva Celia, penyanyi blues Marcello Tahitoe dan Gugun Blues Shelter, hingga pemain film Iqbaal Ramadhan. Band asal Bali, The Hydrant, dan band asal Indonesia timur, Kak5, turut menggetarkan panggung.
Harmoni
Kak5 tampil membawakan lagu-lagu hits Yovie secara medley dalam harmoni musik yang penuh tenaga, bergairah, dan mengentak. Lagu berjudul ”Dirantau”, ”Tak Sebebas Merpati”, ”Menanti”, ”Cinta Sudah Lewat”, ”Enggak Ngerti”, ”Soulmate”, ”Seandainya Aku Bisa Terbang”, dan ”Takkan Terganti” dilantunkan dengan suara menggelegar seperti karakter khas Figgy Papilaya dan kawan-kawan ini.
Terbayang betapa keren aransemen musik yang ditampilkan selama konser. Pernyataan Glenn tentang ”pembantaian” karya Yovie Widianto benar-benar dia buktikan sejak awal hingga akhir. Syair lagu karya Yovie yang cenderung puitis dan romantis dibawakan dengan aransemen yang tidak biasa menjadi sebuah karya yang benar-benar segar untuk dinikmati.
Penampilan Woro Mustiko dan Kafin Sultan Reviera yang membawakan lagu ”Lajeungan” merupakan salah satu segmen yang memukau. Lagu berbahasa ”Madura” yang artinya layang-layang ini terinspirasi dari secuil kisah kehidupan masyarakat Kota Surabaya. Lagu ini menjadi penanda kepedulian Yovie terhadap budaya tradisional.
Dengan beragamnya karya Yovie yang mengulas banyak tema dari cerita cinta, kehilangan, perempuan cantik, hingga budaya, pastinya bukan perkara mudah bagi Glenn Fredly untuk merangkainya menjadi sebuah pertunjukan yang spektakuler. Dari proses awal pemilihan lagu sudah diperlukan usaha yang luar biasa.
Setali tiga uang dengan pemilihan para musisi pengisi acara. Di tengah kesibukan luar biasa para musisi ini setiap hari, sangat sulit meminta kesediaan untuk mengisi acara, apalagi mempertemukan mereka dalam satu panggung latihan. Namun, lagi-lagi karena kasih yang putih, semua bisa bersatu.
”Uniknya, para musisi yang tampil belum pernah bersinggungan langsung dengan Yovie maupun karya-karyanya,” ujar Glenn yang malam itu tampil kasual mengenakan celana panjang, dipadu jas bermotif kotak-kotak, sepatu sport, serta topi fedora.
”Pembantaian” yang dilakukan Glenn malam itu menuai apresiasi dari berbagai pihak. Vokalis band D’Masiv, Rian Ekky Pradipta, mengatakan, baik Glenn maupun Yovie merupakan musisi hebat yang sama-sama peduli dengan nasib musisi dan kemajuan industri musik di Indonesia. Dia berharap kelak bisa mengestafetkan perjuangan Glenn kepada musisi-musisi muda.
Hal senada disampaikan komedian Arie Kriting. Di matanya, Glenn merupakan musisi hebat yang tengah berjuang mendukung pemerintah membangun Kota Musik Dunia di Ambon. Dunia musik tidak hanya milik musisi yang ada di Jakarta, melainkan musisi seluruh Nusantara. Ambon dipilih karena menyimpan banyak musisi berbakat dan telah melahirkan banyak musisi besar seperti Harvey Malaiholo, Utha Likumahuwa, dan Bram Aceh (Abraham Titeley).
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid Setiadi menambahkan, musik memiliki peran yang sangat luas dalam kehidupan berbangsa. Selain sarana hiburan, musik juga bisa digunakan sebagai media terapi atau penyembuhan serta sarana berbagi kasih terhadap sesama manusia. (Runik Sri Astuti)