Energi Musisi Lintas Generasi
Konser musisi lintas generasi kerap menjadi titik temu musik nostalgia dan terkini. Perpaduan itu membuat konser lebih berwarna, sekaligus menjadi energi bagi penonton untuk larut menikmati variasi musiknya.
Langit Kota Bandung, Jawa Barat, belum sepenuhnya gelap saat puluhan pemuda mengantre memasuki Southbank Club, Sabtu (20/10/2018). Penonton sudah memadati area sekitar panggung. Padahal, konser The Gentleman’s 2018 baru dimulai dua jam lagi.
Musisi lintas generasi, seperti Bilal Indrajaya, Rendy Pandugo, Rizky Febian, Marcell Siahaan, Afgan, dan Naif, menghangatkan suasana malam itu. Selain di Bandung, konser bertajuk serupa digelar di Jakarta sehari berselang.
Konser dibuka dengan penampilan Bilal Indrajaya. Selain membawakan lagu-lagu pop yang menjadi ciri khasnya, Bilal juga menyanyikan lagu ”Don’t Let Me Down” dari grup musik legendaris The Beatles.
Suara berkarakter Rendy Pandugo melanjutkan suguhan berkelas di atas panggung. Dibarengi merdu petikan gitarnya, penampilan Rendy membuat penonton hanyut dalam lantunan musiknya.
Setelah dibuai penampilan elegan Bilal dan Rendy, penonton dihibur aksi energik penyanyi muda Rizky Febian. Lewat lagu bernuansa pop, jazz, dan R&B, Rizky membuat penonton, terutama remaja perempuan, histeris.
Lagu ”Kesempurnaan Cinta” menjadi penampilan paling sempurna Rizky malam itu. Dia memberikan kesempatan kepada penonton untuk menyanyikan beberapa bagian lirik lagu itu.
Kesempatan tersebut disambut penonton dengan kemampuan olah vokal masing-masing sambil meresapinya. Di atas panggung, Rizky mengayunkan tangannya sebagai isyarat mengajak semua penonton ikut bernyanyi.
Tak hanya bernyanyi, Rizky juga memberikan penjelasan singkat tentang makna lagu-lagunya. Sebelum membawakan lagu ”Indah Pada Waktunya”, misalnya, dia bertanya kepada penonton tentang jalinan kasih jarak jauh.
”Ada yang LDR-an (pacaran jarak jauh) di sini? Jangan khawatir. Pada intinya, hubungan itu harus saling berkomitmen dan menghargai. Jika itu dilakukan, semua akan indah pada waktunya,” ujar Rizky, disambut riuh penonton.
Setelah dihibur dengan lagu-lagu hit saat ini, giliran Marcell membawa penonton bernostalgia dengan lagu-lagu lawas. Salah satunya lewat lagu ”Jangan Pernah Berubah” yang dirilis pada 2003.
Malam itu, lagu tersebut seperti belum kehilangan popularitasnya. Meskipun sudah dirilis 15 tahun lalu, masih banyak penonton hafal liriknya dan ikut menyanyikannya.
Jam terbang manggung membuat Marcell sangat menguasai suasana penonton. Setelah disuguhi banyak lagu dengan tempo relatif pelan, penonton dibawa sedikit berjingkat lewat lagu ”Hanya Memuji” yang bertempo lebih cepat.
Walaupun cenderung kalem dalam bernyanyi, aksi Marcell selalu dibarengi dengan teriakan merdu pada beberapa lirik yang menjadi bukti kualitas vokalnya. Meski terdengar kuat, suara penyanyi berusia 41 tahun itu tak kehilangan sisi kelembutannya dan tidak goyang.
Kualitas itu disuguhkan Marcell saat membawakan lagu ”Tak Kan Terganti”. Dengan nada relatif datar di awal, lagu ini bernada tinggi di bagian akhir ref-nya. Sedikit aransemen musik juga menjadi kesempatan bagi penyanyi Bandung itu untuk ”beratraksi” dengan kemampuan vokalnya.
Selain kejernihan vokal, Marcell juga menunjukkan kemahiran teknik menggunakan mikrofon. Caranya mengatur jarak mikrofon dengan mulut memproduksi suara dengan nada-nada yang tepat.
Saat penonton semakin terbuai dengan suara merdunya, Marcell mengajak penonton untuk menemaninya bernyanyi di atas panggung. Banyak perempuan penonton mengacungkan tangan, tetapi hanya tiga orang yang terpilih untuk naik ke panggung secara bergantian.
Marcell menyadari bahwa lagu-lagunya cukup berumur, padahal banyak penonton yang masih remaja. Dia memaklumi jika sebagian penonton tidak memiliki memori pada lagu-lagunya.
”Mungkin beberapa orang di sini belum lahir atau masih sangat kecil saat lagu saya dirilis. Namun, karena malam ini penuh rasa cinta, semoga kita semua bisa menikmatinya,” ujarnya.
Marcell membawakan beberapa lagu lainnya, antara lain ”Peri Cintaku”, ”Semusim”, dan ”Firasat”.
Tak cukup menyanyikan lagunya sendiri, Marcell juga membawakan lagu hit grup band Armada berjudul ”Mau Dibawa Kemana”. Marcell telah merilis ulang lagu ini dalam versi jazz pada 2011.
Saat penonton belum benar-benar terlepas dari nostalgia lantunan lagu-lagu Marcell, Afgan naik ke panggung dan kembali membuat penonton histeris. Ia mencoba mengatur emosi dan energi penonton.
Afgan mengambil mikrofon, tetapi tidak langsung bernyanyi. Penyanyi 29 tahun tersebut berkomentar sedikit tentang konsep konser malam itu.
”Konser dengan musisi lintas generasi seperti ini sangat seru. Tahun ini hanya di dua kota. Semoga tahun-tahun berikutnya diadakan di lebih banyak kota,” ujarnya.
Penampilan Afgan terbilang komplet. Dengan suara tebal yang menjadi ciri khasnya, Afgan membawakan lagu-lagu lama dan baru. Bahkan, dia juga meng-cover lagu Ed Sheeran berjudul ”Perfect”.
Sejumlah lagu hit, seperti ”Jodoh Pasti Bertemu”, ”Dia Dia Dia”, dan ”Sadis”, menjadi senjata pemungkas untuk menghibur penonton. Afgan menutup penampilannya dengan membawakan lagu ”Panah Asmara” yang berlirik kebahagian karena menceritakan seseorang yang sedang jatuh cinta.
Malam semakin larut. Namun, konser tidak kehilangan energi dari keterlibatan penonton. Penyebabnya, ada band Naif yang disiapkan di akhir konser.
Tak sampai lima menit setelah Afgan turun dari panggung, vokalis Naif, David Bayu, memimpin personel band lainnya naik ke panggung.
”Enggak pakai lama. Enggak perlu daftar lagu. Kami langsung aja, ya. Yang tahu lagunya boleh nyanyi bareng,” ucap David, disambut sorak penonton.
Naif mengawali penampilannya dengan lagu ”Jikalau”. Dilanjutkan dengan lagu-lagu lawas lainnya, antara lain ”Piknik 72”, ”Benci untuk Mencinta”, ”Posesif”, dan ”Aku Rela”. Walaupun menyanyikan lagu lawas, penampilan Naif tetap berkelas.
Setelah membawakan lagu ”Aku Rela”, semua personel band Naif menanggalkan alat musik mereka. Namun, sepertinya David melihat masih ada energi penonton yang tersisa. Dia pun kembali mengambil mikrofon.
”Kelihatannya energinya masih oke. Kami lanjut satu lagu, ya,” kata David. ”Setuju!” penonton menjawab kompak.
Lagu ”Mobil Balap” menggenapi 10 lagu yang dibawakan Naif malam itu. Dugaan David terbukti. Penonton masih sangat bersemangat.
David pun turun dari panggung untuk bernyanyi sambil berlompatan bersama penonton. Naif menutup konser istimewa itu dengan sangat berkesan.
Tanpa terasa, Sabtu malam telah beranjak ke Minggu dini hari. Itu artinya telah lebih dari empat jam konser berlangsung. Aksi musisi lintas generasi menjalarkan spirit kepada penonton dalam menyaksikan konser dengan penuh energi.