Rumitnya Cinta ala Jepang
Kisah cinta di belahan dunia mana pun ceritanya pasti punya kemiripan satu sama lain. Sepasang remaja yang sering bertemu lalu muncul rasa cinta. Cerita lainnya, jatuh cinta pada pandangan pertama. Cerita cinta yang dituangkan dalam film pun tak jauh berbeda. Film cinta yang selalu enak dan renyah dinikmati kaum milenial.
Dua film remaja Jepang yang diputar di ajang Tokyo International Film Festival (TIFF) 2018 juga punya kemiripan dengan film bertema cinta yang ada di Indonesia. Film Rent a Friend bersaing dengan film lainnya di Japanese Cinema Splash, salah satu kategori di TIFF 2018.
Film Just Only Love bersaing dengan film-film dari sejumlah negara di kategori Competition. TIFF 2018 berlangsung sepekan, 25 Oktober hingga 3 November 2018. Festival ini memutar 181 film dengan sebagian besar mengangkat tema musik.
Kedua film tersebut mengangkat tema kisah cinta remaja masa kini. Film Rent a Friend yang disutradarai Mayu Akiyama mengisahkan seorang penulis novel dan bloger menulis tentang fenomena menyewa teman untuk menemani berbagai kegiatan. Untuk bisa menjiwai tulisannya, dia pun berpura-pura menyewa seorang laki-laki yang dijadikan teman dekat.
Cerita dimulai dengan novelis Nasa Mochizuki (diperankan Eri Tokunaga) yang bertemu dengan laki-laki ganteng sekaligus musisi Sota Yanase (Atsushi Hashimoto) di sebuah bar.
Di kantornya, Nasa disuruh sang bos untuk mencari ide tulisan yang menarik. Salah satu ide yang disampaikan adalah seorang perempuan yang kesepian lalu menyewa laki-laki untuk dijadikan teman.
Atasan Nasa memaksanya. Supaya cerita menarik, dibikinlah cerita hubungan pertemanan bisa menjadi hubungan kekasih yang saling mencintai. Untuk membuktikannya, Nasa harus menjalankannya sendiri.
Setelah pertemuan di bar, tebersit niat Nasa untuk menjadikan Sota sebagai obyek tulisannya. Dia pun mendekati Sota dengan berbagai cara. Sayangnya, teman sekamar Nasa, Tamaki, yang menciptakan lagu, juga mendekati Sota untuk membantunya menyelesaikan lagu.
Cerita pun bergulir dengan hubungan mereka yang terasa canggung. Pembuktian teori mengenai pasangan laki-laki dan perempuan yang berteman kemudian jatuh cinta pun semakin berliku.
Fenomena menyewa teman ataupun keluarga sudah berlangsung sejak lama di Jepang. Bukan hanya di Jepang, di beberapa negara lainnya, seperti Amerika Serikat dan Inggris, pun sudah ada perusahaan yang menawarkan menyewakan teman atau keluarga.
Di Jepang, ada perusahaan Client Partners yang bisa menyewakan teman untuk berbagai keperluan. Misalnya, jika membutuhkan teman untuk mendampingi dalam urusan bisnis atau sekadar jalan-jalan, kita bisa menghubungi mereka.
Selain itu, ada juga Family Romance. Apabila membutuhkan figur orangtua, saudara, ataupun kakek-nenek, kita bisa menyewa mereka. Semuanya berlangsung seperti kehidupan nyata, tanpa perlu berakting. Kalau ada penyewaan teman, kamu tak pernah kesepian.
Mayu Akiyama mengatakan, keinginan untuk memiliki teman merupakan kebutuhan mendasar seorang manusia.
”Saya membaca sebuah artikel tentang bagaimana menyewa teman untuk meluaskan jaringan sosialnya. Saya kira itu kebutuhan dasar manusia supaya terlihat memiliki banyak teman.
Dan, saya pun selalu bertanya-tanya, apakah laki-laki ataupun perempuan bisa bertahap dalam hubungan pertemanan seperti itu,” ujar Akiyama.
Untuk membuat film ini, Akiyama pun melakukan hal yang sama dengan Nasa. Dia menyewa seorang teman untuk mengetahui bagaimana rasanya menyewa teman untuk menepis kesepian. Nah, siapa yang menyewa teman buat pergi menonton film atau makan?
Melulu cinta
Cerita romantis lainnya bisa dinikmati dari film Just Only Love. Sesuai dengan judulnya, semua hal melulu tentang cinta, tidak ada yang lain. Sepasang kekasih yang tanpa mengucapkan kata cinta, tetapi menjalin cerita sampai kemudian kandas tanpa sebab yang jelas. Yah, bisa disebut seperti cinta sesaat.
Film yang diarahkan oleh Rikiya Imaizumi ini menceritakan tentang seorang perempuan muda berumur 20 tahun, Teruko, yang bertemu dengan seorang laki-laki yang membuatnya jatuh cinta. Pujaan hatinya itu bernama Mamoru. Tak berselang lama, keduanya berpacaran, tanpa kata-kata cinta yang bertebaran.
Untuk mengejar cintanya, Teruko tak mau berpura-pura. Dia rela melepaskan pekerjaannya supaya bisa selalu bersama Mamoru. Sayangnya, keindahan cinta tak berlangsung lama. Hubungan mereka putus. Teruko merasa kesepian, apalagi saat Mamoru sudah menemukan kekasih lain.
Film tersebut tidak hanya mengisahkan hubungan Teruko dan Mamoru. Diceritakan juga pasangan lain yang terlihat serasi, tetapi ternyata banyak masalah. Takut sendiri, kesepian, dan kesetiaan menjadi inti cerita film itu.
Kerumitan kisah cinta beberapa pasangan ini diangkat dari novel dengan judul sama yang ditulis Mitsuyo Kakuta. Penulis mengembangkan cerita tentang bagaimana generasi muda mengatasi kesepiannya di zaman modern ini.
”Produser memberikan novel itu. Setelah membaca, saya langsung melontarkan ide-ide untuk bagaimana mengangkatnya ke layar lebar. Saya sekarang sudah menikah, tetapi saat masih singel, sering merasa kesepian dan cemburu.
Namun, saya juga menikmati saat berpacaran,” ujar Imaizumi. Semua cerita dalam kedua film itu memang fiktif. Sebagai sebuah tontonan, keduanya menarik. Selain itu, banyak pelajaran yang bisa diambil dari cerita tersebut. (SIE)