Tuhan Berkati Badut-badut Jakarta
Sebuah mobil mewah klasik merah darah jenis Mercedes-Benz 350 SL Cabrio tak beratap (convertible) tiba-tiba menyeruak masuk, nongol ke atas panggung Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat.
Sejurus kemudian aula teater gedung bersejarah, yang kembali menjadi lokasi Konser Musik Tanah Air untuk kelima kalinya, itu mendadak ingar-bingar dengan dentuman musik dari penampilan tunggal grup band rock legendaris Tanah Air, God Bless.
Sesuai tema konser, God Bless memulai penampilannya dengan lagu lawas, ”Badut-Badut Jakarta”, diambil dari album kedua mereka, Semut Hitam (1988). Di atas panggung, dua perempuan ikut meliuk-liuk mengikuti alunan lagu.
Raungan gitar Ian Antono, cabikan bas Donny Fattah, serta tabuhan drum personel termuda, Fajar Satritama, terdengar lumayan garang. Ditambah lagi lengkingan nada-nada tinggi, yang keluar dari tuts-tuts kibor Abadi Soesman, mengiringi suara khas sang vokalis, Ahmad Albar.
God Bless, Senin (12/11/2018) malam itu, seolah mencoba memperlihatkan taji-tajinya sebagai sebuah band yang ”tua-tua keladi”. Namun, usia memang tak selalu bisa dibohongi. Sempat sedikit lambat ”panas” pada beberapa lagu awal, kelima personel band yang baru saja merayakan hari jadi ke-45 itu tampak sedikit terengah.
Pada nada tinggi di beberapa lagu, Iyek, begitu panggilan akrab Ahmad Albar, terdengar tak lagi seprima dahulu. Namun, saat mereka mulai ”panas”, terutama saat God Bless mengeluarkan beberapa lagu hit andalan dalam format penampilan akustik, ”marwah” dan ”karisma” mereka kembali terasa, bahkan membuat bulu kuduk merinding.
Apalagi ketika para penonton, yang malam itu memenuhi semua kursi di GKJ, ikut menyanyikan beberapa lagu syahdu macam ”Huma di Atas Bukit”, ”Rumah Kita”, ”Syair Kehidupan”, dan ”Panggung Sandiwara”. Kemegahan lagu-lagu serta keberadaan God Bless sebagai band besar Tanah Air menjadi sangat terasa pada momen-momen tadi.
Menikmati band-band senior macam God Bless, atau bahkan band sekaliber Guns N Roses yang baru saja juga manggung di Jakarta, memang tak lagi cukup dengan menonton penampilan live mereka di atas panggung.
Kenikmatan justru terasa saat sambil bernyanyi para penggemar diajak sedikit berfantasi atau bahkan bernostalgia dengan mengingat-ingat beragam kisah dan kenangan lama, yang mengiringi setiap lagu itu.
”Tetapi, memang di awal-awal tadi sepertinya belum bisa langsung panas, he-he-he. Soalnya ada beberapa lagu, yang tadi kami bawakan, sebetulnya belum pernah dibawakan secara live. Beberapa lagu seperti ’Badut-Badut Jakarta’, ’Damai Yang Hilang’, dan ’Orang Dalam Kaca’,” ujar Ahmad Albar dalam jumpa pers seusai konser.
”Beatboxing”
Pada kesempatan konser tunggal itu God Bless membawakan 17 lagu. Mereka menampilkannya dalam beberapa babak. Pada beberapa lagu, mereka mengundang sejumlah musisi untuk ikut berkolaborasi. Para seniman jalanan yang tergabung dalam Institut Musik Jakarta (IMJ), misalnya, ikut tampil pada lagu ”Syair Kehidupan”.
Para pemusik jalanan IMJ ini membawakan instrumen musik gesek, tiga biola dan satu cello, mengiringi vokal Ahmad Albar. Kolaborasi dengan para musisi IMJ memang menjadi salah satu syarat dan bagian dari penampilan band-band di Konser Musik Tanah Air di GKJ ini.
Pertunjukan juga diramaikan dengan atraksi sejumlah badut, dua di antara mereka memakai egrang sehingga tampak berjalan tinggi menjulang dari arah kursi penonton dan tampil di depan panggung. Para badut tersebut beratraksi memainkan juggling di lagu pembuka.
Selain itu, Iyek tampil berduet dengan Tantri, vokalis band rock Kotak, di lagu ”Panggung Sandiwara”. Tampilan kolaborasi yang tak kalah mengejutkan adalah saat artis beatboxing, Billy Beatbox, muncul dan mengiringi Iyek di atas panggung, membawakan lagu ”Orang Dalam Kaca”.
Ridho Hafiedz, penggagas Liztomania, yang juga gitaris band rock papan atas Slank, menyebut ide kolaborasi dengan pemain beatboxing seperti itu memang punya tujuan. Dengan sedikit melibatkan musisi milenial, Ridho berharap lagu-lagu God Bless bisa abadi dan dinikmati generasi saat ini.
Kolaborasi dahsyat juga ditampilkan di atas panggung saat mantan gitaris God Bless, Eet Sjahranie, secara mengejutkan muncul dari arah barisan penonton menuju atas panggung sambil memainkan gitarnya.
Dua lagu dibawakan Eet sambil berduet gitar bersama Ian Antono, ”Serigala Jalanan” dan ”Bis Kota”. Penampilan dan aksi panggung Eet yang atraktif dan energik lumayan mengangkat suasana. Apalagi ketika di akhir pertunjukan, Eet kembali muncul dan bahkan tak lagi ”berduet” gitar bersama seniornya, Ian Antono, tetapi juga bermain trio bersama Ridho, yang ikut ”nimbrung” unjuk kebolehan di lagu ”Ogut Suping”.
Ridho sendiri mengaku memang mengidolakan God Bless, bahkan saat dirinya masih sangat belia dan mulai senang bermain musik. Pada saat remaja, dia bahkan bertekad memiliki gitar listrik merek luar negeri warna putih berkepala gitar runcing, seperti tampak dibawa Ian Antono di sampul album Semut Hitam.
(Wisnu Dewabrata)