Tak Sekadar Rupawan
Pada dua tahun pertama kariernya di dunia musik, Charlie Puth (27) telah mencatatkan namanya di jajaran nomine peraih Grammy Award. Tiga nominasi Grammy disabetnya untuk singel ”See You Again”. Singel yang didedikasikan untuk almarhum aktor Paul Walker ini juga menumbangkan popularitas ”Gangnam Style” milik PSY yang telah mendominasi kanal Youtube selama lima tahun terakhir.
Konser Charlie Puth di ICE-BSD City, Tangerang, Banten, Jumat (16/11/2018), pun menjadi konser paling diincar tahun ini.
Charlie Puth, penyanyi, musisi, sekaligus produser muda asal New Jersey, Amerika Serikat, ini memulai kariernya dari media sosial. Puth adalah Youtuber. Dia mengisi kanal Youtube-nya dengan unjuk suara menyanyikan lagu-lagu milik penyanyi populer.
Lagu milik Adele, ”Someone Like You”, yang dinyanyikan Puth bersama Emily Luther menarik perhatian label rekaman milik Ellen Degeneres. Segera setelah menandatangani kontrak, langkah Puth pun melaju. Berbagai singel yang dirilisnya dengan cepat menarik perhatian.
Debut album pertamanya, Nine Track Mind, dengan singel ”One Call Away” meroket di jajaran Billboard 200. Namanya makin kokoh melalui singel ”Attention” di album kedua, Voicenotes. Berikutnya, Puth merebut perhatian dunia melalui singel ”How Long” yang dinamis.
Kehadiran Puth di Indonesia merupakan salah satu rangkaian tur album keduanya, Voicenotes, yang dirilis tahun ini. Konsernya, yang dipromotori Full Color Entertainment, dijejali anak-anak muda. Banyak juga penonton berusia paruh baya.
Tak buka baju
Selain memiliki banyak lagu hit, sosok Puth yang rupawan juga jadi daya tarik. Tak hanya di Indonesia, konser-konsernya di negara lain pun diwarnai histeria penonton. Apalagi di panggung, Puth kerap ”menggoda” penonton dengan membuka kaus yang dikenakannya sambil menyanyi.
Tak heran, saat di Indonesia Puth absen melakukan atraksi populernya itu, banyak penonton kecewa. ”Kok, dia enggak buka baju, sih. Aku kan nungguin,” ujar Felicia (26) seraya tertawa begitu konser Puth usai.
Felicia hanya bergurau. Malam itu Felicia tak ”kecewa-kecewa amat”. Bahkan, merasa puas setelah menantikan kehadiran Puth ke Indonesia sejak lama. ”Aku ngefans sejak Charlie Puth duet sama Selena Gomez di ’We Don’t Talk Anymore’,” ujarnya.
Nadia (24) juga begitu. Charlie Puth, ujarnya, sangat menarik justru bukan karena fisiknya. ”Suaranya yang tinggi itu yang justru keren banget,” katanya.
Di panggung megah yang menampilkan empat layar besar dengan permainan tata lampu yang dinamis, malam itu Puth tampil maksimal. Dia membawakan nyaris semua lagu hitnya, dibuka dengan entakan ”The Way I Am”.
Di panggung, Puth juga tak pelit bicara. Dia aktif berinteraksi dengan penonton. ”Hallo Jakarta. Biasanya kita hanya berjumpa di Instagram. Sekarang aku di sini. Aku senang sekali di sini meskipun macet,” katanya membuka konser.
Penonton tentu saja menyambut sapaannya dengan histeria yang menggemuruh. Setiap memasuki intro lagu baru, Puth juga hampir selalu mengawali dengan obrolan-obrolan kecil. Ini membuatnya tak berjarak dengan penonton.
Alhasil, setiap lagu yang dibawakannya selalu berhasil menyulut gelora penonton. Apalagi saat lagu-lagu yang dikenal baik dinyanyikan. ”How Long” mendapat sambutan paling meriah, lalu ”Marvin Gaye” yang dimainkan dengan sentuhan jazz.
Berikutnya, ”Patient” yang sedikit mengerem laju histeria penonton, ”We Don’t Talk Anymore”, ”One Call Away” yang disebut Puth sebagai lagu favoritnya, ”Attention”, dan ”Boy”. Akhirnya, ia menutup penampilan dengan ”See You Again” yang tersimak sendu.
Tak main-main
Semua lagu Puth ditulisnya sendiri. Kemampuannya dalam bermusik muncul sejak dini, berkat dukungan sang ibu. Ibunyalah yang membuat Puth belajar memainkan piano di usia empat tahun. Ibunya juga memperkenalkan lagu-lagu klasik kepada Puth sehingga ia memiliki pitch suara yang tinggi.
Di awal kemunculannya, pitch suaranya yang tinggi itu tersimak aneh, tidak biasa, dan acap kali terdengar mengganggu. Namun, jika terus-menerus disimak, pitch suara tinggi itulah yang kemudian jadi daya tarik dan kekuatan lagu-lagu Puth. Lagu-lagunya tersimak tak biasa, ada tenaga pada lagu-lagu itu, meski dikemas dalam balutan pop yang enak didengar telinga.
Puth yang lulusan dan peraih beasiswa penuh di Berklee College of Music ini menunjukkan komitmen serius dalam bermusik.
Pengaruh dan pengetahuan musiknya yang luas terlihat pada kolaborasinya dalam lagu ”Change” bersama James Taylor yang langganan Grammy kategori vokalis terbaik. Begitu juga saat menyanyikan ”If You Leave Me Now” bersama Boyz II Men.
Di kedua lagu itu, Puth memasukkan unsur jazz, rock and roll dari tahun 1980-an, serta R & B dari tahun 1990-an. Ini jelas menunjukkan betapa tak main-mainnya Puth dalam bermusik.
Baginya, setelah obrolan tentang fisiknya usai, maka harus ada hal lain yang menunjukkan kemampuan sesungguhnya sebagai penyanyi dan musisi. Puth, tak sekadar wajah rupawan.
DWI AS SETIANINGSIH