Seusai Misi Kemanusiaan
Dalam khazanah musik, banyak komposer yang menggubah karya sebagai dedikasi untuk perjuangan, untuk kemenangan dalam pertempuran, dan juga untuk penghargaan secara umum kepada militer, perwira dan prajurit yang unggul atau gugur di medan
juang.
Bagi Twilite Orchestra (TO) di bawah konduktor Addie MS, menggelar musik bernuansa militer bukan hal baru. Dalam satu konsernya pada 21 Agustus 1999, Addie MS memainkan Simfoni Nomor 3 karya Ludwig van Beethoven ”Eroica” dalam Es Mayor Opus 55. Karya ini semula akan didedikasikan kepada pahlawan Perancis, Napoleon Bonaparte, tetapi urung karena Napoleon lalu mengangkat dirinya sendiri sebagai kaisar.
Addie dan TO juga cukup sering memainkan Mars Radetzky, yang ditulis oleh Johann Strauss Senior sebagai penghormatan kepada Marsekal Joseph Radetzky yang memenangi pertempuran Custoza. Boleh jadi mars termasyhur ini merupakan karya bernuansa perayaan di mana hadirin diajak untuk bertepuk tangan mengikuti irama mars (imslps.org)
Komponis lain, yakni Franz Schubert, juga menulis Marche Militaire D 733 (tiga buah, dengan yang pertama dalam D Mayor sebagai yang paling populer). Meski gagah, gubahan ini juga mengandung elemen romantik selaras dengan zaman itu. Sementara dari khazanah opera, ada juga Mars Kemenangan (Triumphal March) dari opera ”Aida” karya Giuseppe Verdi, yang digambarkan dengan hadirnya kuda dan satwa lain selain prajurit yang gagah di panggung. Musik berlatar belakang dedikasi untuk prajurit juga kita temukan dalam film bergenre perang.
Salah satu album menarik untuk ini adalah yang dimainkan oleh Geoff Love dan orkestranya. Di dalam album Big War Theme ini ada, antara lain, musik dari The Guns of Navarone, Battle of Britain, dan The Longest Day, ketiganya termasuk film-film legendaris tentang episode Perang Dunia II. Satu lagi musik yang tak dapat dilupakan adalah dari film The Deer Hunter, yakni ”Cavatina” ciptaan Stanley Myers (1979).
Untuk TNI
Sabtu (24/11/2018) malam, Addie melupakan semua repertoar tentang kegagahan prajurit asing dan sepenuhnya mendedikasikan musik kepada TNI dan ketiga angkatan yang dinaunginya,
yakni TNI AD, TNI AL, dan TNI AU.
Setelah memainkan Mars Kartika Eka Paksi TNI AD, Mars Jalesveva Jayamahe TNI AL, dan Mars Swa Bhuana Paksa TNI AU, Addie MS lalu menggelar karyanya sendiri, yakni Himne dan Mars TNI. Boleh jadi baru kali inilah mars-mars TNI dan mars tiga angkatan dimainkan oleh orkestra. Di era Youtube, tiap-tiap mars juga dapat dinikmati di kanal ini.
Berbeda dengan musik-musik militer yang diulas di awal tulisan ini, Mars TNI dan Angkatan menegaskan amanat untuk membela dan mempertahankan negara. Lirik-liriknya menjunjung Sapta Marga dan Pancasila, tentu dengan kekhasan fungsi masing-masing, di darat, laut, dan udara.
Berbeda pula pesan yang disampaikan antara musik-musik di atas dan musik yang dipergelarkan oleh Addie MS. The Guns of Navarone melukiskan keberhasilan tim Inggris yang ditugaskan untuk menghancurkan jajaran meriam Jerman dan Battle of Britain menggambarkan keberhasilan AU Inggris (RAF) menahan gempuran AU Jerman (Luftwaffe) pada tahun 1940 yang membuat Jerman gagal meraih keunggulan udara (air superiority) di wilayah udara Inggris. Addie MS menggelar musik militer Indonesia untuk menghormati jasa TNI di luar medan tempur, yakni di medan kemanusiaan.
Dalam menanggulangi bencana gempa dan tsunami di Lombok, Palu, dan Dongggala, prajurit TNI bahu-membahu memberikan pertolongan bersama Tim Basarnas, Polri, serta sukarelawan.
Seperti disampaikan oleh Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang hadir malam itu, prajurit TNI hadir di medan bencana dalam tempo kurang dari 12 jam setelah terjadinya bencana, baik dari darat, laut, maupun udara. Pesawat angkut Hercules C-130 dan kapal rumah sakit menjadi sarana pelaksanaan tugas kemanusiaan.
Konser ”Simfoni Negeri untuk TNI Patriot Kita” yang diprakarsai oleh Badan Ekonomi Kreatif berdasarkan inisiatif Ketua Umum Dharma Pertiwi Nyonya Nani Hadi Tjahjanto ini diawali dengan musik terompet Fanfare TNI yang gagah dimainkan oleh Korps Musik TNI.
Konser ini tidak saja menghadirkan musik-musik TNI yang menggugah karena dihadirkan di ranah publik sementara biasanya hanya dimainkan di acara khusus TNI dan Angkatan.
Lebih dari musiknya, pesan yang disampaikan pun kuat terpancar, ditandai dengan ikut hadirnya prajurit TNI yang sesaat setelah bencana tiba di medan nontempur dengan kecakapan dan mental perjuangan. Kali ini tidak untuk mengalahkan musuh, tetapi untuk menolong saudara sebangsa yang tertimpa bencana.
Tampilnya penyanyi Dira Sugandi dan Daniel Christanto serta paduan suara sejumlah universitas dengan lagu-lagu patriotik menggenapi pesan cinta Tanah Air yang bergaung dari gedung Aula Simfonia Jakarta yang megah.