Bangkit dari Teater Lomba
Festival Teater Jakarta 2018 menjadi festival perlombaan teater tahunan ke-46 di Jakarta sejak diadakan pada 1973. Tak sedikit peserta yang tumbuh sekadar demi mengikuti lomba, tetapi ada pula berniat bangkit untuk lebih profesional.
”Setelah dipentaskan untuk FTJ (Festival Teater Jakarta), kami akan mementaskan di Tegal, Jawa Tengah, 1 Desember 2018. Kemudian mementaskan lagi di Universitas Jember di Jember, Jawa Timur, 25 Desember 2018. Kami ingin menjadikan kelompok teater kami bagian dari industri,” ujar sutradara Teater Nusantara, Mohammad Hidayat, yang akrab disapa Ayak MH, Selasa (27/12/2018) di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
FTJ 2018 diselenggarakan pada 19-27 November. Teater Nusantara merupakan satu di antara 15 peserta lomba FTJ tahun ini. Kelompok teater ini mementaskan naskah Amangkurat Amangkurat karya Goenawan Mohamad. Teater Nusantara yang didirikan pada 2010 ini menyabet penghargaan untuk Pemeran Pembantu Wanita Terbaik melalui tokoh Sahoyi yang dimainkan Fitri Wulandari.
Ayak bercerita tentang asal mula kelompok teaternya sebagai binaan Karang Taruna Roa Malaka, Tambora, Jakarta Barat. Komunitas ini dibentuk untuk mengikuti FTJ setiap tahunnya. ”Kami juga membuat pementasan setiap hari ulang tahun kelompok teater kami. Di Jakarta masih kurang event untuk pementasan teater,” kata Ayak.
Sebetulnya, bukan hanya event atau kegiatan yang dirasakan masih kurang memberi peluang bagi kelompok-kelompok teater di Jakarta. Untuk latihan saja, mereka masih kerap kesulitan mendapatkan tempat.
Tempat latihan
”Selama ini kami masih kesulitan mendapatkan tempat latihan. Akhirnya, karena saya bekerja di kantor Wali Kota Jakarta Timur, kami latihan di salah satu ruang kantor tersebut,” ujar Ragilbiru, sutradara Sanggar Teater Biru dari Jakarta Timur.
Ragilbiru selama ini bekerja sebagai anggota Satuan Petugas Pengamanan Dalam Kantor Wali Kota Jakarta Timur. Ia mendirikan Sanggar Teater Biru sejak 2006. ”Kami pernah mengajukan untuk latihan di RPTRA (ruang publik terpadu ramah anak), tetapi tidak pernah diizinkan,” ujar Ragilbiru, yang lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Iptek Jaya Jurusan Listrik di Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur.
Kesulitan mendapatkan tempat latihan teater juga dirasakan kelompok Teater Jannien dari Tambora, Jakarta Barat. Komunitas ini tergolong paling anyar, dibentuk 11 Maret 2018.
Sutradara Teater Jannien, Herry Jambul, bertutur tentang pengalaman latihan yang berpindah-pindah. Pertama kali untuk mengikut FTJ tingkat wilayah Jakarta Barat, Agustus-September 2018.
”Kelompok kami pecahan dari kelompok teater Karang Taruna Tambora. Kami latihan pertama kali di balai Kelurahan Tambora, kemudian ada konflik dan kami berpindah-pindah,” kata Herry.
Mereka kemudian berlatih di pos-pos RW. Hingga terakhir kali berpindah ke pos RW Kali Krukut. ”Di kampung kami sering ada tawuran. Saya ajak anak-anak nongkrong ikut teater, juga supaya semakin belajar tentang tata krama dan tidak ikut tawuran,” ujar Herry.
Teater kampus
Namun, tidak selamanya tempat latihan jadi kendala bagi kelompok-kelompok teater di Jakarta. Sutradara Teater Semut Unsada, Kukuh Santosa, bercerita, kepindahan lokasi latihan di pinggir Kanal Timur bukan karena sulitnya mencari tempat berlatih. ”Kami, teater kampus Universitas Darma Persada di Jakarta Timur, sebenarnya punya tempat berlatih di kampus itu,” ujarnya.
Meski begitu, Kukuh kerap memindahkan lokasi berlatih ke pinggir Kanal Timur di dekat kampus Unsada pada sore hingga larut malam. Hal itu karena lokasi Kanal Timur yang sudah dibangun kini kerap digunakan untuk pacaran. Sampai-sampai di antara pasangan muda-mudi itu tidak lagi peduli dengan lingkungan di sekitar.
”Kami latihan di pinggir Kanal Timur untuk mengganggu mereka,” kata Kukuh.
Selain Teater Semut Unsada, ada kelompok teater kampus lain yang turut dalam FTJ, di antaranya Teater Hijrah Uhamka dari Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka Jakarta dan Teater Tema Gunadarma yang berasal dari komunitas mahasiswa Universitas Gunadarma.
FTJ 2018 kali ini diikuti 15 peserta kelompok teater. Ragam komunitasnya dari teater kampus, teater binaan karang taruna, hingga komunitas teater mandiri.
Untuk ikut serta di FTJ tingkat provinsi, peserta diharuskan lolos sebagai pemenang tiga besar di tingkat wilayah Jakarta Pusat, Utara, Barat,
Selatan, dan Timur. Ini sekaligus seleksi peserta FTJ di tingkat wilayah. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan dana produksi Rp 20 juta untuk setiap peserta FTJ tingkat provinsi. Pemenang FTJ ditentukan sebanyak 10 kategori.
Untuk kategori grup terbaik pertama FTJ 2018, dewan juri yang diketuai Benny Yohanes Timmerman menetapkan Sanggar Teater Jerit sebagai pemenang. Sanggar Teater Jerit yang berdiri pada 2006 di Jakarta Timur ini membawakan naskah Sementara Menunggu Godot karya Samuel Becket.
Untuk FTJ tingkat wilayah Jakarta Timur 2018, kelompok ini menyabet enam penghargaan, meliputi penata artistik terbaik, penata rias terbaik, aktor utama terbaik, aktor pembantu terbaik, sutradara terbaik, dan grup terbaik.
Grup terbaik kedua disabet kelompok Teater Sindikat Aktor Jakarta dengan naskah End Game karya Samuel Becket pula. Grup terbaik ketiga diraih Kelompok Teater Hijrah Uhamka dengan naskah Bulan dan Kerupuk karya Yusef Muldiyana.
FTJ diselenggarakan oleh Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) yang didukung Dinas Pariwisata dan Budaya Provinsi DKI Jakarta. Ketua Komite Teater DKJ Afrizal Malna mengatakan, kelompok teater peserta FTJ ini masih kurang akrab bagi publik Jakarta.
Waktu akan membuktikan, apakah kelompok teater peserta FTJ ada untuk sekadar mengikuti festival perlombaan yang berhadiah ataukah mereka ada untuk memberi kontribusi kepada masyarakat.
(VIDEL JEMALI/NAWA TUNGGAL)