”CLBK” Pewarta Serampangan
Kisah penulis sembrono dan menteri negara adikuasa yang necis dengan bumbu-bumbu konflik politik diketengahkan dalam film Long Shot. Romantisme diramu dengan kejenakaan melalui plot manis yang dibalut benturan antara ambisi dan kasih sayang.
Fred Flarsky (Seth Rogen), jurnalis yang tengah melakukan liputan investigatif, tergagap di tengah pekikan bergelora di markas Neo Nazi. Tak urung, Flarsky pun kikuk saat diminta memberikan salut kepada kelompok antisemit itu. Misi ”bunuh diri” sebenarnya karena Flarsky seorang Yahudi.
Spontan, saat penyamaran Flarsky terbongkar, murkalah gerombolan berkepala plontos dan bertato swastika itu. Beruntung, Flarsky berhasil meloloskan diri meski terbentur mobil setelah melompat dari jendela lantai dua. Sambil meringis nyeri, masih sempat juga Flarsky mengolok-olok mereka.
Adegan pembuka dalam film garapan sutradara Jonathan Levine itu mendeskripsikan Flarsky sebagai karakter yang gigih, tetapi juga ceroboh. Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, Flarsky terpaksa menganggur. Dia jengkel lantaran media tempatnya bekerja dibeli konglomerat Parker Wembley (Andy Serkis) untuk dijadikan mesin propaganda.
Di dunia berbeda, Charlotte Field (Charlize Theron) sibuk mewujudkan impiannya. Cerdas, berkuasa, dengan karier cemerlang pula. Tak ada yang kurang, hanya saja Field belum punya pasangan gara-gara gila kerja. Sambil berolahraga, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat itu lewat ponselnya melobi presiden Brasil, memenuhi permintaan wawancara, dan membahas kerja sama dengan perdana menteri India.
Ditahbiskan sebagai perempuan paling kuat di dunia rupanya belum cukup memuaskan Field. Dia berhasrat menjadi calon presiden pada pemilu tahun 2020.
Flarsky diajak Lance (O’Shea Jackson Jr) ke pesta untuk menghalau kegalauan sobatnya itu. Tak dinyana, tatapan Flarsky bersirobok dengan Field di perjamuan tersebut. Adu pandang itu menghadirkan kilas balik dalam benak Flarsky sebab Field adalah bekas pengasuhnya. Field ternyata masih ingat Flarsky.
Inti cerita mulai terangkai ketika Flarsky dan Field berjumpa untuk pertama kali setelah hampir tiga dasawarsa. Dilandasi iba sekaligus kagum setelah membaca artikel Flarksy yang blakblakan, Field malah tertarik merekrutnya sebagai penulis naskah pidato. Jadilah Flarsky yang norak itu ikut pesawat dinas mentereng untuk melanglang buana.
Jagat yang bertolak belakang jelas membuat beberapa acara kenegaraan jadi awut-awutan. Field juga bermasalah karena konsep pidatonya berseberangan dengan gagasan Flarsky yang keras kepala dan impulsif. Flarsky pun lantas mendalami kepribadian Field untuk memperkaya naskah pidato.
Memori
Cinta lama bersemi kembali alias ”CLBK” ketika Flarsky menemukan kembali kepingan-kepingan memori tentang pengasuh cantik yang dia kagumi sejak berusia 12 tahun itu. Alur film selanjutnya menyajikan rentetan kelucuan. Hubungan spesial menteri elegan dan penulis yang berantakan tak pelak bikin geregetan staf-staf lainnya dan memancing tawa.
Menyandingkan Field dan Flarsky ibarat menjodohkan putri Kerajaan Inggris, Kate Middleton, dengan aktor gaek Danny DeVito. Atau, Lady Diana dengan Guy Fieri, pembawa acara nyentrik. Bolehlah pakai perumpamaan film Pretty Woman, tetapi dengan posisi terbalik: Field adalah Richard Gere dan Flarsky sebagai Julia Roberts.
Kilau Theron sebagai penggondol Piala Oscar dalam film Monster masih bersinar. Aktris asal Afrika Selatan itu berhasil menunjukkan evolusi dengan peran kocak dibandingkan kebanyakan film aksi atau serius terdahulu seperti The Italian Job, atau Mad Max: Fury Road. Bagi penggemar Theron, Long Shot juga menjadi pengobat kekecewaan setelah film komedi sebelumnya, Gringo, gagal di pasaran.
Sementara akting Rogen meski menghibur masih paralel dengan sejumlah karakter yang ia mainkan dalam film-film sebelumnya, antara lain The 40-Year Old Virgin, Knocked Up, atau Neighbors. Ekspresi, intonasi, hingga peran Rogen bahkan tak banyak berbeda dari The Interview, film tentang produser acara televisi yang mewawancarai Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
Nostalgia
Meski dibumbui kisah politik dan intrik-intriknya, Long Shot dapat dinikmati penonton tanpa perlu mengernyitkan dahi. Bagi penonton seusia Theron dan Rogen, Long Shot menjadi perekat pecahan-pecahan nostalgia dengan sejumlah lagu lawas seperti ”Motownphilly” (Boyz II Men), ”Word Up!” (Cameo), dan ”One Way or Another” (Blondie).
Tak bisa dimungkiri, penonton bakal membandingkan Long Shot dengan Pretty Woman (1990). Selain sama-sama bertema komedi romantis, lagu kesukaan Field dalam film ini, ”It Must Have Been Love” (Roxette), juga salah satu lagu latar Pretty Woman.
Klimaksnya, jatuh bangun Field menggapai mimpi menjadi pemimpin negara adidaya berbenturan dengan pendirian Flarsky yang teguh. Perlu diperhatikan bahwa Long Shot memang dikemas lucu, tetapi juga bermuatan konten dewasa. Karena itu, batasan usia menonton perlu diperhatikan.
(Dwi Bayu Radius)