Terserah Atiek...
Atiek CB ”pulang kampung” dan menggelar Konser 40th Meretas Jejak. Tak cuma membawa pulang suaranya yang selalu seksi menggoda, Atiek juga membawa pulang gayanya yang lucu, cuek, dan apa adanya itu ke atas panggung, seperti dulu. Terserah Atiek, karena semua kangen!
Konser Atiek CB 40th Tahun Meretas Jejak berlangsung Kamis (2/5/2019) di Soehanna Hall, Energy Building SCBD, Jakarta. Konser ini menjadi penanda perjalanan bermusik Atiek CB, penyanyi asal Kediri, Jawa Timur, yang kini bermukim di Amerika Serikat dan vakum dari dunia musik Tanah Air.
Tiket yang dibanderol mulai Rp 350.000 hingga Rp 1 juta itu ludes. Soehanna Hall yang setidaknya berkapasitas hingga 300 orang itu penuh. Penontonnya imbang, laki-laki dan perempuan. Rata-rata berada di kisaran usia setengah abad.
Bagi penikmat musik di Tanah Air, Atiek CB yang kini berusia 55 tahun memang bukan nama asing. Penyanyi yang identik dengan kacamata hitamnya itu adalah salah satu ”ratu” di dunia musik pop Tanah Air di era 1980-1990-an. Dari panggung-panggung musik di Jawa Timur, nama Atiek semakin populer hingga berhasil masuk industri musik Tanah Air dan bekerja sama dengan banyak musisi dan komposer.
Selama kariernya, Atiek sangat produktif. Lagu-lagunya banyak, hingga Atiek CB disebut-sebut sebagai salah satu penyanyi pencetak hit terbanyak di Tanah Air. Tak hanya bernyanyi solo, Atiek pun banyak terlibat dengan sejumlah kolaborasi musik dan sejumlah penyanyi di Tanah Air sehingga makin memperluas jejaknya di dunia musik Tanah Air.
Tahun 2002, Atiek pindah ke Amerika Serikat karena menikah dengan Laurance Smith dan kini menetap di Delaware, sekitar dua jam dari Washington DC, di kawasan pantai timur AS. Atiek hanya pulang kampung sesekali, untuk menengok keluarga.
Kali ini, Atiek pulang kampung dan menggelar konser intim dengan penggemar garis kerasnya. Tahun ini, genap 40 tahun jejak Atiek menandai dunia musik Tanah Air meski sebenarnya ia telah vakum dari dunia musik yang membesarkan namanya itu.
Rindu membuncah
Kerinduan yang membuncah pada sosok Atiek tampak menggelora malam itu. Meski sebelum konser sudah digelar meet and greet yang diserbu penggemar, begitu Atiek muncul di panggung, bergaun ungu lengkap dengan kacamata hitam dan lipstik merah menyala di bibir, tepuk tangan riuh menyambutnya. ”Selamat malam semuanya. Langsung nyanyi dulu, ya,” sapa Atiek.
”Benci Sendiri” mengantarkan suara Atiek yang seksi menggoda penuh desah diiringi musik yang didominasi alat tiup, dikomandani Richard Hutapea. Penonton diam, mendengarkan.
Rasanya seperti diajak kembali ke masa lalu, menyimak suara dan gaya ”urakan” Atiek yang khas. Menjelang lagu berakhir, Atiek rupanya salah masuk hingga vokalnya pun tertinggal oleh musik yang mengiringinya.
”Lagu pertama wis langsung salah,” kata Atiek dengan tawa lebar setelah menyelesaikan ”Benci Sendiri”. ”Keliru masuk. Aku enggak biasa pake alat yang disebul-sebul (ditiup). Ini terlalu keren buat Atiek CB. Aku nervous, lho,” kata Atiek dengan logat medok Jawa Timur-nya dari atas panggung. Penonton menjawab, ”Enggak papa, enggak papa” dengan riuh.
Di lagu kedua, ”Akh”, kegugupan Atiek tampaknya belum berkurang. Suaranya belum terdengar total. Atiek juga masih sedikit salah masuk. ”Duh tenan aku enggak biasa pakai ini semua. Kapok aku. Maaf ya, padahal tadi latihan bener, lho,” kata Atiek meminta pemakluman. Reaksi penonton sama,”Enggak papa, Tiek....”
Di lagu ketiga, ”Magis”, suasana makin cair. Sambil menyanyi, Atiek turun panggung menuju kursi-kursi penonton. Tak ayal, hujan selfie (swafoto) menyerbunya. Semua berebut berfoto bersama Atiek.
Namun, lagi-lagi Atiek minta maaf. ”Duh kasihan suaranya pas-pasan, nunggu kapan masuknya terus. Nervous. Keliru, salah terus. Konser ini konser pertama dan terakhir, deh. Lha keliru terus,” katanya. Penonton tertawa, tak terlalu peduli dengan kekeliruan Atiek.
Selain rindu menyimak kembali lagu-lagu Atiek, sosoknya yang khas apa adanya itulah yang juga dirindukan penonton. Sepanjang konser selama lebih kurang dua jam, penonton terhibur dan menikmati aksi Atiek. Tak peduli salah, tak peduli keliru. Gambaran tentang konser yang sempurna tanpa ”cacat” lenyap. Konser 40th Meretas Jejak adalah konser yang sangat Atiek, lugas dan apa adanya.
Penonton yang duduk di bagian paling depan panggung nyaris sepanjang konser berjoget dan meminta dirinya difoto dan divideokan dengan latar belakang Atiek yang tengah menyanyi. Penonton di bagian belakang pun tak sekali pun berhenti mengentakkan kaki mengikuti lagu.
”Atiek ya begitu itu. Enggak papa. Yang penting kangennya terobati,” kata Susi, penonton di bangku belakang.
Di lagu-lagu yang liriknya hafal di luar kepala, beberapa ikut menyanyi. Sisanya sibuk mengambil video, memotret, dan tertawa hingga terpingkal-pingkal mendengar guyonan Atiek.
Di antara jeda lagu, dari layar besar di atas panggung, sejumlah sosok yang dekat dengan Atiek dihadirkan dalam format wawancara, berbicara tentang sosok Atiek dan kiprahnya di dunia musik Tanah Air. Ada Seno M Hardjo, Erwin Gutawa, dan Yongky Suwarno.
”Saya pertama nyanyi lagu-lagu Jamal Mirdad. Baru abis itu di album Transisi bekerja sama dengan Erwin Gutawa. Setelah itu, saya enggak mau balik lagi ke pop mainstream,” kata Atiek. Selain Erwin, sejumlah musisi seperti Indra Lesmana, Thomas Ramdhan, dan Yongky Suwarno ikut mewarnai karier Atiek.
Terpingkal-pingkal
Tak hanya tampil solo, malam itu Atiek juga menggandeng sejumlah penyanyi yang pernah jadi bagian perjalanan musiknya. Vina Panduwinata, Ronny Sianturi yang juga mantan suami pertama Atiek, dan Edwin Manansang, mantan personel Trio Libels. Kehadiran mereka turut menambah gempita dari kursi-kursi penonton.
Atiek lalu bercerita tentang kepindahannya ke AS dan masa-masa sulitnya beradaptasi karena bahasa Inggris-nya yang jelek. ”Lha akutahunya bahasa Inggris cuma Final Countdown,” lontar Atiek yang membuat penonton gergeran. ”The Final Countdown” adalah lagu populer milik band rock asal Swedia, Europe.
Di lagu ”Risau”, Atiek menghampiri penyanyi Hedi Yunus yang duduk di antara penonton untuk turut menyanyi. Begitu juga dengan gitaris Tohpati yang duduk tak jauh dari Hedi. Di lagu-lagu terakhir itu, suara Atiek makin enak disimak, makin bertenaga.
Lagu ”Terserah Boy” yang diciptakan Yongky Suwarno menutup konser malam itu. Lagu ini adalah soundtrack film populer, Catatan Si Boy. Konon, menurut Yongky, lirik lagu itu terinspirasi dari kalimat yang kerap diucapkan Atiek. Ya sudahlah, terserah. Terserah Atiek, kangen sudah terobati.
(Dwi As Setianingsih)