Film Disney terbaru Aladdin bisa menjadi pilihan tepat menonton bioskop di bulan Ramadhan. Keindahan atmosfer Timur Tengah ditonjolkan dalam film musikal yang disutradarai Guy Ritchie. Meskipun alur cerita klasiknya tentang pencuri Aladdin sudah melekat di kepala, Aladdin tetap mampu menghadirkan pesona sebagai tontonan keluarga.
Kota khayalan Agrabah yang menjadi latar kisah Aladdin terinspirasi dari arsitektur Maroko, Persia, dan Turki dengan elemen budaya dari Arab, India, dan Asia Selatan. Pohon zaitun berusia 1.000 tahun hingga suasana pasar yang menjual beragam makanan khas Turki, lampu-lampunya, hingga kain tradisionalnya pun dihadirkan.
Keindahan pelabuhannya yang hiruk-pikuk dengan perdagangan jalur sutra segera disuguhkan. Sebagai pelabuhan internasional yang menghubungkan timur dan barat, kota Agrabah kental dengan kebudayaan Arab.
Untuk keperluan pembuatan film ini, kota Agrabah diciptakan seluas dua lapangan bola selama 15 minggu. Set raksasa Agrabah ini diproduksi production designer yang memenangi Emmy Award untuk karyanya di Game of Thrones, Gemma Jackson. Kerja keras itu terbukti mampu menghadirkan tampilan negeri 1.001 malam yang menakjubkan.
Ditambah dengan keajaiban efek visual yang menghadirkan binatang raksasa seperti harimau atau gajah, rancangan kostum tradisional Arab, hingga lagu-lagu ikonik khas Aladdin, Film yang dibuat ulang dari versi kartunnya ini mampu melambungkan angan kembali ke fantasi masa kanak-kanak.
Aktor Mena Massoud yang berdarah Mesir benar-benar mampu menjadi perwujudan hidup dari tokoh Aladdin yang selama ini hanya ada di kartun. Demikian pula kekasihnya, Putri Jasmine (Naomi Scott), yang merupakan keturunan asal Asia Selatan. Di film ini pun dikisahkan Jasmine memiliki ibu dari Asia Selatan. Film Aladdin semakin hidup dengan kehadiran Genie, si jin yang diperankan Will Smith.
Jika Agrabah merupakan kota damai yang menjadi tempat tinggal Aladdin dan kekasihnya, Putri Jasmine, kengerian kemudian dimunculkan dari hadirnya goa raksasa di tengah padang pasir. Goa keajaiban merupakan tempat Genie terkurung dalam lampu ajaib selama ribuan tahun. Mulut goa saja sudah menyiratkan petualangan dengan bentuknya yang serupa kepala singa raksasa.
Memasuki lorong goa, setiap jengkalnya dihiasi dengan perhiasan ala Asia Selatan. Beberapa dari perhiasan sengaja dibungkus dengan karet agar Aladdin bisa berjalan dengan nyaman di set tersebut. Di goa di tengah padang pasir itulah si pencuri jalanan Aladdin untuk pertama kali bertemu dengan Genie.
Pangeran Ali
Sama seperti alur cerita 1.001 malam yang berkisah tentang Aladdin yang biasa diceritakan sebagai pengantar tidur, gambaran kisah dalam film ini pun lebih kurang sama. Kisah berawal dari kehidupan seorang pencuri baik hati Aladdin dengan sahabat keranya yang bernama Abu. Setelah menggosok lampu ajaib, Aladdin kemudian hidup dalam dunia fantasi karena tiga permintaannya akan segera dikabulkan oleh sang jin.
Permintaan pertama membuat Aladdin bertransformasi menjadi Pangeran Ali. Adegan ketika Pangeran Ali memasuki kota Agrabah dengan diiringi pengawal dan kemegahannya menjadi salah satu adegan yang sulit terlupakan. Parade kedatangan Pangeran Ali sangat mewah. Dibutuhkan tujuh kamera berbeda untuk merekam seluruh kemewahan parade dengan lebih dari 250 penari dan 200 figuran.
Puncak kemegahan itu berupa kehadiran unta berhias bunga seukuran 9 meter yang ditunggangi Pangeran Ali. Unta tersebut didekorasi oleh 15 orang dengan 37.000 tangkai bunga dan tiga minggu proses pembuatan. Sambil membagikan koin emas dari atas unta ke penduduk Agrabah, kehadiran Pangeran Ali lantas disambut oleh Sultan, ayahanda Putri Jasmine.
Tari-tarian khas Timur Tengah hingga musik-musik yang indah menjadi pesona tersendiri dari kehadiran parade tersebut. Anak-anak bakal menyukai kilauan kembang api yang membelah angkasa. Lagu ikonik seperti ”Prince Ali” pun membangun nuansa yang melulu ceria.
Lagu ikonik lainnya yang pasti segera dikenali oleh para pencinta Aladdin adalah ”A Whole New World” . Lagu tersebut dibawakan ketika Aladdin dan Pangeran Ali melayang dengan karpet terbang ajaib di atas langit Agrabah.
Produser Jonathan Eirich mengaku sangat mencintai kisah klasik Disney dari sejak kecil. Hal ini pula yang kemudian mendorongnya membuat versi nyata dari film kartun Aladdin yang ditayangkan di layar lebar pada 1992.
Persahabatan
Musuh dalam film Aladdin tetap sama, yaitu penasihat kerajaan, Jafar, yang ingin merebut kursi Sultan. Jafar yang selalu ditemani burung beo peliharaannya ini terobsesi memperoleh lampu ajaib demi memuaskan nafsu berkuasanya.
Tak hanya kisah cinta antara Aladdin dan Putri Jasmine, film Aladdin sangat kental dengan nilai persahabatan. Tali persahabatan itu muncul dari relasi pertemanan antara Aladdin dan Genie. Kehadiran Smith memang memperkaya film ini dengan kemampuan aktingnya yang mumpuni dalam bermain drama sekaligus kocak.
Sebagai Genie, Smith berdandan seperti layaknya jin dengan tubuh berwarna biru muda dan sesekali berubah rupa menjadi manusia. Aktor yang dinominasikan untuk lima Golden Globe, memenangi dua Oscars, dan memenangi empat Grammy Award ini mampu menghadirkan kebaruan tokoh Genie.
”Genie adalah penipu sekaligus mentor. Dia berusaha membimbing Aladdin untuk memunculkan jiwa besar yang sebenarnya sudah ada dalam diri Aladdin. Aku menyukai ide untuk menjadi diri sendiri. Aku suka memainkan karakter yang berusaha membantu anak laki-laki menjadi seorang pria,” kata Smith.