Bak Menjadi Pemain Film di Siaran Radio
Sekali lagi, selamat untuk kawan-kawan di Polres Sidoarjo, Polsek Taman, dan juga anda, pendengar Suara Surabaya,” kata penyiar radio Suara Surabaya, Restu Indah pada Minggu (9/6/2019) mengakhiri siaran pengejaran pelaku pencurian mobil Kia Picanto yang dilaporkan hilang sehari sebelumnya.
”Sekali lagi, selamat untuk kawan-kawan di Polres Sidoarjo, Polsek Taman, dan juga anda, pendengar Suara Surabaya,” kata penyiar radio Suara Surabaya, Restu Indah pada Minggu (9/6/2019) mengakhiri siaran pengejaran pelaku pencurian mobil Kia Picanto yang dilaporkan hilang sehari sebelumnya.
Pada Minggu pagi itu, pendengar radio Suara Surabaya seperti mendengarkan film aksi. Drama pengejaran selama sekitar 10 menit yang melibatkan pendengar radio disiarkan secara langsung di frekuensi 100.0 FM.
Kurang dari 12 jam setelah melapor ke radio Suara Surabaya, Sabtu malam, mobil berplat nomor L 1903 CL kembali kepada pemiliknya.
Penemuan itu tak bisa dilepaskan dari peran pendengar radio yang secara tidak sengara menemukan mobil tersebut saat berkendara di jalan.
”Waktu itu saya sedang mendengarkan ada pengejaran pencuri mobil di radio Suara Surabaya saat mengendarai sepeda motor. Saya langsung ikuti dan mengabarkan ke Suara Surabaya,” ujar Mulyono yang sehari-hari bekerja sebagai sopir ojek daring.
Dua bulan berselang, Senin (12/8/2019), drama pengejaran pencuri mobil kembali berulang. Pendengar radio Suara Surabaya, Rendy Dior, melaporkan kehilangan mobil Honda BRV ke radio kesayangannya tersebut.
Delapan menit seusai laporan masuk, sejumlah pendengar melaporkan keberadaan mobil yang dilaporkan hilang tersebut. Penyiar yang langsung berkoordinasi dengan kepolisian akhirnya berhasil meringkus pelaku pencurian.
Kali ini pengejaran tidak sedramatis saat membekuk pencuri Kia Picanto karena kepolisian saat itu juga memantau perkembangan di radio Suara Surabaya.
Waktu itu saya sedang mendengarkan ada pengejaran pencuri mobil di radio Suara Surabaya saat mengendarai sepeda motor. Saya langsung ikuti dan mengabarkan ke Suara Surabaya
Pendengar militan bahkan bisa berinteraksi dengan penyiar hampir setiap hari. Bagi Agustinus (65), pendengar radio Suara Surabaya sangat jarang absen untuk mengudara. Hampir setiap pagi dia berbagi pengalaman dengan pendengar lain. Materi yang dibagikan seputar kemacetan lalu lintas dan keselamatan berlalu lintas.
”Saya hanya ingin berbagi pengalaman, informasi yang saya bagikan demi keselamatan pendengar,” ujar Agustinus yang sejak 20 tahun lalu rutin menyapa Suara Surabaya.
Radio Suara Surabaya dipilih karena menurut Agustinus hanya mereka yang bisa menyalurkan hasratnya berbagi. Tidak ada radio lain yang bisa menyediakan tempat berbagi dan memiliki pengaruh kuat terhadap warga Surabaya.
Saya hanya ingin berbagi pengalaman, informasi yang saya bagikan demi keselamatan pendengar.
”Saat berada di mobil, tidak ada radio lain yang didengar, kecuali Suara Surabaya. Hanya Suara Surabaya dan tidak bisa tergantikan,” kata pria yang setiap hari mendengarkan radio saat perjalanan Surabaya-Malang.
Direktur Utama Radio Suara Surabaya Errol Jonathans, Rabu (14/8/2019), di Surabaya mengatakan, salah satu keunggulan radio yakni interaksi antara penyiar dan pendengar. Setiap hari penyiar selalu berinteraksi dengan pendengar sehingga terjadi komunikasi dua arah.
Dalam sehari, interaksi antara pendengar dengan penyiar bisa mencapai lebih dari 800 panggilan. Mereka bertukar informasi kepada sesama pendengar, dengan mayoritas topik adalah kondisi lalu lintas. Terkadang pendengar juga menginformasikan mengenai kehilangan kendaraan dan orang hilang.
”Telepon dari pendengar pernah mencapai 2.000 panggilan per hari, ketika peristiwa teror bom Surabaya. Itu pun masih banyak yang gagal tersambung karena riset kami menunjukkan ada 60 persen panggilan gagal,” kata Errol.
Ia menuturkan, interaksi kepada pendengar merupakan hal yang amat penting untuk menjaga kedekatan dengan pendengar. Tidak hanya sekadar untuk merawat pendengar, Suara Surabaya menjadi medium bagi pendengar yang ingin berkontribusi membantu sesama. Tukar menukar informasi menjadi hal yang amat sering dijumpai jika mendengar siaran radio ini.
”Suara yang didengarkan pendengar akan menggerakkan emosi, rasa, dan logika. Kekuatan Suara Surabaya adalah menggerakkan masyarakat, bukan sekadar mengabarkan informasi,” ujarnya.
Informasi tak hanya masuk melalui sambungan telepon. Suara Surabaya memanfaatkan media sosial dan portal Suarasurabaya.net untuk terus dekat dengan pendengar.
Kanal-kanal baru ini dijadikan penguat karena setiap kanal memiliki kekuatan dan kelemahan.
Pada era perkembangan teknologi, Suara Surabaya membentuk portal Suarasurabaya.net pada 1999. Pada awalnya, laman ini hanya digunakan untuk kebutuhan pamasaran. Sebab, saat itu, pengiriman paket iklan ke daerah lain, seperti Jakarta sangat mahal.
Portal berita
Seiring perkembangan teknologi, Suarasurabaya.net dikembangkan menjadi portal berita. Pada 2000, laman tersebut diisi informasi-informasi untuk pendengar yang berasal dari reporter-reporter di lapangan. Keberadaan portal berita dimanfaatkan untuk melengkapi kelemahan radia karena bisa memunculkan teks, foto, dan video. ”Apa yang ada di Suarasurabaya.net bisa menjadi bahan siaran, begitu pula sebaliknya,” kata Errol.
Suara Surabaya yang lahir pada 1983 tak hanya terus merawat pendengar yang sasarannya pada kelompok umur 25-45 tahun. Mereka melakukan perombakan struktur pada 2013 dan menambah satu divisi baru, yakni divisi new media.
Pembentukan divisi baru ini untuk menguatkan media sosial yang kala itu naik daun. Mereka ingin menyiapkan calon pendengar usia muda. ”Pendengar boleh menua, tetapi Suarasurabaya tidak bisa ikut menua. Konten-konten tetap menyesuaikan pendengar usia 25-45 tahun,” ucap Errol.
Baca juga : Suara Surabaya Terus Berbenah
Semenjak saat itu, interaksi pembaca kepada Suarasurabaya semakin meningkat. Tak hanya berasal dari sambungan telepon, pendengar juga menyapa Suarasurabaya melalui akun media sosial Twitter dan Facebook yang pengikutnya kini mencapai lebih dari 1 juta orang.
”Setiap hari kami harus memantau unggahan di media sosial karena tidak ingin media sosial Suarasurabaya menjadi sampah. Informasi yang masuk disaring, jangan sampai ada hoaks,” ujar Iping Supingah, Supervisor Divisi New Media Suara Surabaya.
Pendengar boleh menua, tetapi Suarasurabaya tidak bisa ikut menua. Konten-konten tetap menyesuaikan pendengar usia 25-45 tahun.
Menurut Errol, Suara Surabaya harus selalu memperhatikan akurasi dibandingkan dengan kecepatan. Prinsip jurnalisme harus selalu dipegang penuh oleh semua.
Sebab, sulit untuk melakukan ralat di radio. Pendengar belum tentu mendengarkan ralat yang disampaikan beberapa saat kemudian.
Meskipun Suarasurabaya memiliki saluran lain, seperti Twitter, Facebook, dan portal Suarasurabaya.net, pendengar radio tidak menurun. Mereka yang berinteraksi di media sosial ataupun mengikuti perkembangan di Suarasurabaya.net tetap mendengarkan radio.
Dari hasil riset yang dilakukan oleh internal, sebanyak 89 persen pengikut di Facebook tetap mendengarkan radio. Sementara di Twitter, sebanyak 91 persen pengikutnya juga selalu mendengarkan radio Suarasurabaya.
”Kekhawatiran bahwa pendengar akan beralih ke media sosial tidak terjadi. Justru penyiar bisa mendapatkan informasi lebih lengkap dari interaksi pendengar di media sosial karena mereka mengirim foto dan video,” ujar Errol.
Baca juga: MARI Kembangkan Aplikasi Radio ”Streaming”
Beragamnya saluran tersebut membuat semua divisi di Suarasurabaya harus terus satu suara. Komunikasi antardivisi menjadi salah satu tantangan terberat untuk menyamakan konten yang akan diberikan kepada pendengar. Mereka harus bisa bekerja cepat dan saling mendukung satu sama lain.
Radio tetap memiliki pendengar setia, meskipun usianya tak lagi muda. Saluran ini bagi beberapa orang masih menjadi lahan untuk berbagi, menawarkan solusi, serta bertukar informasi. ”Bagi sebagian besar pendengar Suarasurabaya, mereka beranggapan bahwa apabila saya bisa menolong orang lain, pasti suatu saat saya akan mendapat pertolongan saat kesulitan,” kata Errol.