Dibuka dengan lagu ”Keroncong Kemayoran”, sekelompok pemain musik berjumlah 20 orang duduk rapi menampilkan lagu-lagu tradisional. Mereka yang tergabung dalam Komunitas Biola Tangerang ini memainkan biola, cajon, ”cello”, ukulele, dan gitar di sebuah mal di Tangerang Selatan, Minggu (8/9/2019).
Komunitas itu menjadi wadah untuk mengajarkan dan berdiskusi tentang cara bermain violin bagi warga Tangerang. Menariknya, komunitas musik ini tidak memainkan lagu terbaru. Mereka memainkan lagu lama atau lagu daerah, seperti ”Rayuan Pulau Kelapa” dan ”Sirih Kuning”. Siapa pun, tanpa batasan usia, boleh bergabung di komunitas ini asalkan memiliki minat bermain biola.
”Kami terbuka bagi siapa pun untuk bergabung. Sekitar 80 persen anggota komunitas kami mulai dari nol dan tidak paham cara bermain biola,” ujar Ketua Komunitas Biola Tangerang Suprapto.
Suprapto yang juga salah satu pendiri komunitas itu memberikan penjelasan kepada pengunjung yang menyaksikan penampilan mereka. Dia mengatakan, Komunitas Biola Tangerang terbentuk tahun 2013, diinisiasi tujuh pemain biola di Tangerang yang berkenalan lewat media sosial. Kecintaan terhadap alat musik bersenar empat ini membawa mereka rutin latihan setiap akhir pekan.
Latihan dilakukan setiap Sabtu dan Minggu di lapangan Ahmad Yani, atau biasa disebut Alun-alun Kota Tangerang. Berdampingan dengan perkumpulan komunitas lainnya, latihan rutin Komunitas Biola Tangerang turut menghibur pengunjung yang berolahraga pada sore hari.
”Di lapangan Ahmad Yani, biasanya banyak orang berolahraga. Jadi, kalau ada yang lelah setelah olahraga, mereka bisa menikmati penampilan kami di lapangan,” tutur lelaki berusia 37 tahun itu.
Berbagi ilmu
Didominasi anggota yang belum bisa memainkan biola, mereka saling berbagi ilmu dan informasi. Sistem ini membuat anggota terbuka melakukan diskusi tanpa pandang usia.
”Ketika kami belajar, tidak semua materi harus datang dari instruktur. Misalnya, ketika melihat sebuah teknik di televisi, kami bisa membuka diskusi bagaimana cara memainkan teknik tersebut,” ujar Suprapto, yang juga guru musik.
Komunitas memberikan pelatihan secara bertahap kepada anggotanya. Dimulai dari pengenalan teknik dasar bermain biola hingga akhirnya mulai mahir dan ikut dalam pementasan. Tidak terbatas pada alat musik biola, komunitas ini juga melibatkan pemain gitar, cello, dan cajon. Kombinasi antar-alat musik dilakukan agar penampilan terlihat utuh, seperti sebuah ensambel.
Selain musik klasik, Suprapto juga mengajarkan musik keroncong. Ia prihatin terhadap generasi muda yang tidak tahu banyak tentang budaya Indonesia. Dengan mengajarkan lagu tradisional, ia berharap nama keroncong bisa bangkit lagi dan lestari.
”Di komunitas ini, selain bermain biola, anggota juga belajar keroncong karena keroncong adalah budaya Indonesia yang perlu dilestarikan. Kami mengajarkan anak-anak muda bagaimana memainkan musik keroncong,” terang Suprapto.
Latihan rutin di ruang publik membuat cukup banyak orang tertarik bergabung dengan komunitas itu. Salah satunya adalah Bagong Rismono (55).
Awalnya ia membawa anaknya untuk bergabung dan belajar bermain biola. Namun, akhirnya ia ikut terlibat menjadi pemain gitar dan mengiringi penampilan komunitas tersebut.
”Awalnya, saya ingin anak saya memiliki kegiatan di luar sekolah. Daripada nganggur, kami juga ikut terjun mendampingi,” ujar Bagong, yang mengenakan blangkon.
Di samping mengajarkan musik, Bagong juga mengajarkan disiplin khususnya kepada anak-anak yang menjadi anggota. Disiplin diajarkannya agar anak-anak bisa terus termotivasi serta semakin percaya diri.
Perubahan karakter setelah bergabung menjadi anggota Komunitas Biola Tangerang dirasakan Tiara Khalisa, pelajar SMAN 7 Tangerang. Tiara yang bergabung sejak 2015 merasa karakter dirinya berubah sejak bermain bersama komunitas ini. Ia merasa semakin percaya diri dan berani untuk berbicara di depan banyak orang setelah tampil bersama Komunitas Biola Tangerang.
Awalnya tidak bisa bermain biola sama sekali, Tiara akhirnya memahami biola hingga mahir lewat diskusi di komunitas tanpa kursus tambahan. Karena belum banyak pemain biola di lingkungannya, Tiara pun sering dipanggil untuk bermain di acara sekolah atau pernikahan saudaranya.
”Jadi, sering dipanggil untuk acara sekolah atau pernikahan saudara. Saya mendapat banyak banget pengalaman, jadi bisa ngomong di depan orang banyak,” tutur siswa berusia 15 tahun itu.
Komunitas Biola Tangerang terus memfasilitasi masyarakat belajar bermain biola, sekaligus memberikan edukasi tentang musik keroncong. Mereka berharap bisa terus berkembang menjadi sebuah kelompok orkestra yang mengharumkan nama Kota Tangerang. (SIE)