Ternyata tidak gampang mengelola tim ”e-sport”. Manager tim ”e-sport” harus memenuhi kebutuhan setiap atlet yang berbeda-beda. Ada yang perlu HP baru, internet cepat, tempat tinggal, sampai urusan asisten rumah tangga.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
Ada sosok penting di balik kelihaian para atlet e-sports ketika bertanding, yakni manajer. Menjadi manajer bukanlah profesi yang mudah, mereka mengalami berbagai suka dan duka ketika menempa para atlet.
CEO Rex Regum Qeon (RRQ), sebuah tim e-sports, Andrian Pauline menceritakan, menjadi manajer adalah pengalaman yang menantang. Selain harus jeli memilih dan menyusun talenta, mereka juga harus mampu pintar mengakomodasi kebutuhan para atlet tersebut.
”Setiap pemain memiliki kebutuhan khusus yang harus kami akomodasi. Kami menyediakan banyak hal, seperti HP baru, internet cepat, gaji, tempat tinggal, dan makanan agar mereka fokus berlatih. Kami juga menyediakan semacam rumah dan asisten rumah tangga,” tutur Andrian dalam konferensi pers ”Esports King” di Jakarta, Selasa (25/2/2020).
RRQ adalah tim e-sports yang berdiri pada 2013. Dalam situs RRQ, tim ini memiliki 82 pemain dan 12 tim dari Indonesia dan Thailand. Satu tim bisa terdiri dari pemain tunggal atau lebih dari empat pemain.
CEO Evos Esports, tim e-sports lainnya, Hartman Harris menambahkan, para manajer juga bertugas menjaga sikap optimistis dan memberikan motivasi para atlet ketika bertanding. Para atlet Indonesia kerap masih memiliki rasa percaya diri yang rendah.
”Atlet e-sports Indonesia masih memiliki perspektif bahwa mereka kalah bersaing. Mereka perlu dimotivasi untuk bekerja lebih keras karena di beberapa turnamen terbukti bahwa tim Indonesia bisa,” ujarnya.
Berdiri pada 2016, Evos Esports adalah sebuah tim e-sports yang berasal dari Jakarta. Tim ini memiliki sekitar 10 tim yang terdiri atas sekitar 70 atlet asal Indonesia dan Thailand, dikutip dari situs resmi.
Meskipun menghadapi berbagai dinamika, mengelola sebuah tim e-sports juga memiliki kebanggaan tersendiri. ”Sekarang kami bisa menghidupi diri sendiri dan orangtua. Para atlet juga bisa masuk tim nasional dan ikut dalam ajang Asian Games dan SEA Games,” kata Hartman.
Tugas lain
Andrian, yang juga Ketua Umum Federasi Esports Indonesia (FEI), melanjutkan, seorang manajer tim e-sports juga memiliki tugas lain dalam menangani atlet. Beberapa atlet sayangnya masih memiliki rasa tanggung jawab dan profesionalisme atas profesi yang rendah ketika berlatih.
Pelatihan atlet e-sports pada dasarnya mirip dengan cabang olahraga lainnya. Di RRQ, misalnya, atlet berlatih selama delapan jam dalam sehari. Mereka memperoleh dua hari libur dalam sepekan ketika tidak ada turnamen. Mereka baru mendapatkan satu hari libur dalam sepekan ketika ada turnamen.
”Tidak gampang mengatur atlet e-sports anak-anak ABG (anak baru gede) usia 17-19 tahun. Ada atlet yang rajin. Tapi, dalam beberapa kasus, ada atlet yang terlambat hadir, bahkan membolos latihan,” tuturnya.
Menurut dia, hal ini terjadi karena atlet e-sports bukanlah atlet seperti cabang olahraga lainnya. Atlet sepak bola, misalnya, telah berlatih sejak usia 7 tahun dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk piawai dalam bidang itu. Sementara atlet e-sports bisa menjadi atlet pada usia 16 tahun dan cakap dalam e-sports dalam rentang waktu hanya 6-9 bulan.
”Ini membuat mereka memiliki sikap profesionalisme dan disiplin yang berbeda. Jadi, kualitas yang diperlukan oleh seorang manajer adalah kesabaran. Kami perlu mengajari para atlet untuk menjadi lebih profesional,” kata Andrian.
Dalam menghadapi para atlet yang sulit, manajer perlu pandai dalam berkomunikasi dengan atlet. Namun, dalam beberapa kasus, ada kalanya strategi itu gagal. Andrian menuturkan, dalam beberapa kasus, atlet akan dihukum jika tidak menepati perjanjian kontrak. Apabila sudah tidak bisa, kontrak mereka akan diputus.
Gim manajemen
Manajer tim e-sports adalah sebuah profesi penting, tetapi kurang diketahui publik. Menanggapi fenomena tersebut, muncul peluang untuk membuat gim manajemen e-sports.
CEO PT Agate International Arief Widhiyasa mengatakan, Agate akan meluncurkan gim pertama buatan lokal mengenai manajemen tim e-sports bernama Esports King pada 28 Februari 2020. Gim ini akan diluncurkan di Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Filipina.
”Gim ini merupakan salah satu bentuk edukasi bagi para peminat gim e-sports bahwa masih ada profesi lain yang tidak kalah penting dari pemain gim e-sports, yaitu manajer yang membuat suatu tim memenangi kompetisi. Selain itu, gim ini dapat melengkapi ekosistem gim e-sports buatan lokal di Indonesia,” kata Arief.
Indonesia Game Association (AGI) mencatat, pasar gim di Indonesia terus berkembang. Diperkirakan, Indonesia akan menduduki peringkat kelima terbesar sebagai pangsa pasar film dunia dengan pendapatan sebesar 4,3 miliar dollar AS pada 2030.