Intimasi Para Pencinta Musik di Tengah Rintik Hujan
Sal Priadi berhasil menyajikan konser yang keren di tengah rintik hujan. Basah? Sudah pasti.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
Rintik halus mulai membasahi tanah tempat penyelenggaraan Jakarta International BNI Java Jazz Festival (JJF) 2020 di JIExpo, Jakarta, Minggu (1/3/2020). Hari terakhir festival musik ini tak lama diwarnai dengan hujan deras dan gelegar kilat. Namun, ada cerita hangat di balik dinginnya malam itu.
Cerita berawal satu dari 11 panggung JJF, MLD Spot Stage Bus. Panggung ini tidak megah karena hanya terbuat dari sebuah bus kecil dan terletak di pojok tempat makan untuk para pengunjung festival. Tidak sampai 500 orang sedang makan di situ.
Namun, puluhan penggemar setia penyanyi pop Sal Priadi telah duduk di depan panggung yang masih kosong itu. Sal yang berambut ikal kemudian muncul dengan baju kemeja biru muda, celana kain hitam, dan sepatu pantofel hitam.
Dengan syahdu, Sal yang terkenal puitis membuka penampilannya dengan lagu ”Nyala”. Lagu itu pun menjerat minat para pengunjung lainnya untuk mendatangi panggung itu. ”Halo teman-teman. Ini panggung Java Jazz Festival pertama saya. Menyenangkan sekali,” kata Sal kepada penonton.
Penampilan Sal pada malam itu terkesan seperti penampilan teatrikal. Banyak aksi panggung yang tidak lazim, seperti ketika Sal berdiri cukup lama di belakang dan memandangi dengan intens penyanyi latar perempuan yang tengah menyanyikan bagiannya.
Sal kemudian berbicara mengenai rasa cemburu dan sakit hati sebelum menyanyikan ”Ikat Aku di Tulang Belikatmu”. Penyanyi kelahiran Malang, Jawa Timur, ini kemudian membuai penonton dengan lagu ”Dalam Diam” dan ”1-2-Cha-Cha”. Penonton dihibur dengan dansa lenggak-lenggok khas Sal yang mengundang senyum.
Rintik mulai turun. Sebagian penonton mulai menengadahkan kepala mereka ke atas langit, tetapi mengurungkan niat untuk beranjak. Sal pun mulai menyanyikan lagu ”Melebur Semesta”.
Di luar hujan turun, dengan deras/Malam ini, kita buat cinta/Kurebahkan kamu/Kau merebahkanku/Dalam semestamu yang begitu cantik, begitu romantis/Di luar hujan turun, dengan deras
Tepat ketika Sal menyelesaikan lagu itu, hujan deras pun turun membasahi festival JJF di Kemayoran. Penonton berteriak dan bertepuk tangan atas momen kebetulan yang langka itu. ”Keren, keren!” teriak mereka.
Sebagian penonton bubar, tetapi ada yang bertahan. Untungnya, beberapa orang membawa payung sehingga mereka tetap berdiri di depan panggung sambil bernyanyi ”Jangan Bertengkar Lagi Ya? OK? OK!”. Tersentuh dengan pemandangan itu, Sal akhirnya turun menghampiri penggemarnya.
Sal menari-menari di depan mereka dan memeluk beberapa penggemarnya. Bersama-sama, mereka menyanyikan lagu ”Amin Paling Serius” dengan penuh senyuman.
Siapa sangka, hujan yang awalnya dikira sebagai bencana bagi pertunjukan Sal bisa berubah 180 derajat. Pertunjukan perdana Sal di JJF justru berakhir manis baginya karena dia bisa melihat langsung bagaimana karyanya dapat menyentuh orang lain.
”Konsernya Sal, menurut saya, sukses walaupun hujan deras. Konsernya keren banget dan kalau dia perform selalu ada ilustrasi. Sal selalu bisa membawa kita ke lagunya dengan liriknya yang keren,” kata Jeje (23), salah satu penonton.
Memulihkan diri
Intimasi antara penyanyi dan penonton juga terjadi di panggung kecil lainnya di dalam sebuah restoran, Demajors Stage. Penyanyi pop Adhitia Sofyan tampil di panggung itu dengan lagu pembuka ”Let\'s All Pretend to be Happy” dan melanjutkannya dengan ”Forget Jakarta”.
”Ini adalah keempat kalinya kami tampil di Java Jazz Festival dan untuk kedua kalinya tampil di Demajors Stage. It’s a very chill stage,” ujar Adhitia yang tampil bersama band-nya.
Adhitia pun menceritakan, dia termasuk pada golongan penyanyi yang suka menulis dan menyanyikan lagu sedih. Dia pun menunjukkannya melalui lagu ”Blue Sky Collapse”.
”Tema Java Jazz Festival tahun ini adalah redeem yourself through music. Kalian bisa memulihkan diri sendiri dengan musik. Saya sendiri menganggap rutinitas ini seperti tempat meditasi dan menjadi diri sendiri. Saya harap, pada hari terakhir JJF ini, semua bisa menyembuhkan diri dengan musik,” ujarnya.
Adhitia kemudian melanjutkan penampilannya dengan lagu ”8 Tahun” dan ”Adelaide Sky” sembari menyerukan rasa terima kasih kepada para penonton yang telah datang melihatnya. Ia pun menutup penampilannya dengan lagu ”Sesuatu di Jogja” dan membiarkan penonton menyanyikan lagu itu pada bagian refrein.
Selesai tampil, Adhitia turun dari panggung dan lari menghampiri penonton yang berdiri di luar restoran. Ia melambaikan tangan untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada mereka. Penonton pun bersorak dan bertepuk tangan atas penampilannya yang santai dan menenangkan itu.
Anditha Laili (25), salah satu penonton, mengatakan, dirinya menikmati pertunjukan Adhitia yang singkat itu. ”Panggung yang kecil justru membuatnya lebih dekat dengan penonton. Saya suka lagunya yang berjudul ’Sesuatu Di Jogja’, lagu ini seperti kenangan terhadap sesuatu yang istimewa,” katanya.
Panggung-panggung kecil JJF rupanya bukan sekadar panggung tempat penyanyi tampil menunjukkan keahlian bermusik. Di festival musik itu, penyanyi dan penonton bisa sama-sama belajar bagaimana musik dan keberadaan mereka dapat memengaruhi kebahagiaan satu sama lain.