Kekuatan Album K-Pop dan Produk-produk Turunannya (Bagian 1)
Pembahasan mengenai demam K-Pop dan industri musik Korea Selatan seolah tidak ada habisnya. Ada saja hal menarik untuk dibahas, tak terkecuali mengenai tren album dan ”merchandise” dari para artis K-Pop.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
Pada umumnya, album artis di negara lain hanya berisi CD, foto atau poster, dan booklet lagu. Namun, album musik K-Pop biasanya menawarkan sensasi lebih bagi penggemar.
Album-album artis K-Pop biasanya didesain semenarik mungkin dengan berbagai konsep. Penyanyi rap G-Dragon pernah merilis album Heartbreaker dengan gambar wajah 3D pada 2009 dan Grup musik f(x) mengeluarkan album Pink Tape yang menyerupai kaset VHS pada 2013.
Selain itu, album K-Pop pasti dilengkapi dengan merchandise atau barang-barang menarik. Tak hanya cakram padat (CD), album biasanya juga berisi buku foto setebal majalah, kartu foto beserta tanda tangan artis, dan poster. Ada juga pernak-pernik lucu, seperti stiker, gantungan kunci, pin, dan kalau beruntung, tiket untuk fan meeting.
”Merchandise K-Pop sangat dramatis. Anda membeli album dan itu hampir seperti tas hadiah,” kata Ahomari T (28), seorang penggemar SHINee dari South Carolina, Amerika Serikat, dikutip dari Billboard dalam artikel For the K-Pop Industry, Merch Is As Important As the Music, di Jakarta, Jumat (27/3/2020).
Kecintaan penggemar K-Pop terhadap artisnya pun meluas ke produk lain, tak hanya album. Mereka berminat untuk membeli baju, boneka, light stick atau tongkat lampu, kipas, handuk, spanduk, makanan, perawatan kecantikan, bahkan stiker pesan teks, asalkan bertema idola kesayangan.
Perusahaan tempat artis bernaung kemudian meluncurkan toko fisik dan daring sebagai tempat penjualan album dan merchandise resmi. Ambil contoh SM Entertainment memiliki toko fisik dan daring lewat smtownandstore.com serta YG Entertainment menjual barang melalui ygselect.com.
Animo penggemar yang terus meningkat juga melahirkan sejumlah situs-situs penjualan barang K-Pop, seperti kpopshop.com, ktown4u.com, kpoptown.com, cokodive.com, synnara.co.kr, dan yes24.com. Berbagai jasa titip (jastip) pun bermunculan, menawarkan layanan kepada pencinta K-Pop di media sosial.
Strategi penjualan
Perusahaan-perusahaan hiburan di Korsel biasanya menutup mulut rapat mengenai strategi penjualan album K-Pop dan merchandise. Namun, tak jarang, beberapa perusahaan mulai meluncurkan satu album dalam beberapa versi, sebuah tren yang terlihat sejak tahun 2010-an.
SM Entertainment, contohnya, kerap meluncurkan album dan album versi repackaged dalam jangka waktu pendek. Artis mereka, EXO, merilis album XOXO pada Juni 2013. Album ini memiliki dua versi, yakni versi Korea berjudul Kiss dan versi China berjudul Hug pada 2013. Setiap versi berisi 12 lagu dan ada satu lagu berjudul sama dalam tiga versi.
Dua bulan kemudian, EXO kembali merilis album repackagedGrowl dengan tampilan baru yang juga memiliki versi Korea berjudul Kiss dan versi China berjudul Hug. Setiap versi album Growl ini berisi 10 lagu yang sama dengan album XOXO ditambah tiga lagu baru, yaitu ”Growl”, ”XOXO”, dan ”Lucky”. Tak ketinggalan, mereka juga menambah versi lain ”Growl” sehingga total menjadi 14 lagu.
”Setiap album keluar dengan merchandise yang berbeda dan kami menganggap ini sebagai kesempatan bagi kami untuk mengekspresikan cerita yang tidak bisa kami sertakan dalam musik atau video musik,” kata Chris Lee, CEO SM Entertainment.
Perusahaan-perusahaan hiburan juga menggunakan strategi pemasaran bergaya lotre. Mereka menaruh merchandise tertentu dalam album secara acak, seperti kartu foto anggota grup atau tiket untuk bertemu idola. Para penggemar mau tak mau membeli album dalam jumlah banyak untuk mendapatkan barang yang diinginkan.
Saling berkorelasi
Kesuksesan penjualan album dan produk K-Pop berkorelasi pada keuntungan perusahaan. Penjualan merchandise tercatat berkontribusi besar terhadap pemasukan tiga perusahaan hiburan terbesar di Korsel, yaitu SM Entertainment, YG Entertainment, dan JYP Entertainment.
SM Entertainment mencatat penghasilan 516 juta dollar AS pada 2018, sekitar 25 persen berasal dari merchandise dan lainnya. Sementara penjualan produk dan lainnya mengambil jatah 14 persen dari penghasilan 241 juta dollar AS milik YG Entertainment dan 10-15 persen dari penghasilan 105 juta dollar AS milik JYP Entertainment pada 2018.
Tak hanya itu, penjualan album dan produk juga dapat meningkatkan peringkat artis dalam tangga lagu. Ketika peringkat artis bagus, popularitas pun akan meningkat sehingga mereka berpeluang besar menerima tawaran iklan atau sponsor.
Grup SuperM pernah debut pada peringkat satu dalam Billboard 200 di Amerika Serikat melalui album SuperM (2019). SuperM merupakan grup K-Pop pertama yang meraih pencapaian itu. Namun, Nielsen Music/MRC Data mencatat, rupanya dari 290.000 album fisik dan digital SuperM yang terjual per 4 Februari 2020, 102.000 album merupakan bagian dari delapan versi album itu.
”Saya kira ini seperti perdebatan mana yang lebih dulu, ayam atau telur? Apakah (merchandise) ini barang dagangan atau sebuah cara untuk menjual musik,” ujar Lee. (BILLBOARD)