Hari Film Nasional dapat diperingati dengan memperkaya pengetahuan tentang film di dalam rumah. Setelahnya, kontemplasi diperlukan untuk membawa industri film lebih baik.
Oleh
sekar gandhawangi
·4 menit baca
Industri film Indonesia sedang ”hibernasi” terimbas pandemi Covid-19. Penayangan perdana sejumlah film diundur, proses produksi film ditunda, bahkan sejumlah bioskop ditutup sementara. Kendati demikian, asa para sineas tidak kendor di Hari Film Nasional ini. Mereka menjadikan masa ini sebagai bahan refleksi untuk menjadi lebih baik.
Hari Film Nasional dimulai 70 tahun lalu, tepatnya 30 Maret 1950. Tanggal ini merujuk pada saat Usmar Ismail melakukan pengambilan gambar perdana untuk film Darah dan Doa. Ia dikenal sebagai Bapak Perfilman Indonesia.
Kendati masyarakat harus melakukan karantina mandiri di rumah, perayaan Hari Film Nasional tetap berlangsung. Sejumlah diskusi tentang film diadakan secara virtual. Salah satu diskusi digelar melalui fitur Instagram Live oleh Indonesian Film Directors Club (IFDC) selama dua jam.
Ada enam orang yang terlibat dalam diskusi: Lukman Sardi selaku host atau penyelenggara, sutradara Garin Nugroho, Joko Anwar, Upi Avianto, Riri Riza, Hanung Bramantyo, dan Nia Dinata.
Saat dihubungi secara terpisah, Nia Dinata mengatakan ada banyak cara untuk mengapresiasi film di tengah pandemi. Baik publik maupun insan film dapat memanfaatkan teknologi untuk belajar sejarah, menonton video pratayang (trailer), hingga membaca buku tentang film. Ini penting untuk memperkaya pengetahuan dan perspektif sineas.
”Untuk sementara, kami harus ’tiarap’ dulu. Lakukan segala sesuatu di rumah sambil tenang dan menjaga kesehatan. Ini untuk kebaikan bersama. Tetapi, harapan (untuk masa depan yang baik) tetap ada,” kata Nia saat dihubungi dari Jakarta, Senin (30/3/2020).
Masa pembatasan sosial dipandang Nia sebagai waktunya berefleksi. Jika pandemi usai, semua orang harus memikirkan kembali gaya hidup yang hendak dijalani agar wabah tidak terulang kembali.
Hal ini berlaku pula untuk para pelaku industri film. Kesadaran terhadap kesehatan dan kebersihan diri patut dipertahankan saat produksi film berlangsung nanti.
”Menyediakan cairan pembersih tangan, wastafel, sabun di lokasi shooting, serta menjaga jarak di bioskop alternatif yang saya asuh akan diterapkan. Saya sudah memikirkan skemanya dari sekarang,” kata Nia yang juga Ketua Komite Penjurian Festival Film Indonesia (FFI) 2018-2020 ini.
Wabah akibat virus SARS-CoV-2 turut membuat sejumlah bioskop tutup sementara. Terhitung pada 23 Maret-5 April 2020, Cinema XXI menonaktifkan sementara semua jaringan bioskop Cinema XXI di wilayah DKI Jakarta. Adapun pihak CGV Cinemas memutuskan menutup semua bioskopnya di Jakarta selama dua pekan sejak 23 Maret 2020 (Kompas, 21/3/2020).
Layanan over the top (OTT) dinilai sebagai layanan alternatif yang baik untuk menonton film selama pembatasan sosial berlaku. Country Head HOOQ Indonesia Guntur Siboro mengatakan, ada kenaikan traffic di HOOQ selama imbauan bekerja di rumah diterapkan.
”Ada kenaikan, tetapi tidak signifikan. Mungkin karena ini bukan musim liburan, tetapi bekerja dan belajar dari rumah. Walau begitu, traffic cenderung meningkat di akhir pekan saat orang punya waktu lebih untuk menonton,” kata Guntur.
Menurut dia, ada tiga genre film dan serial yang diminati pelanggan, yakni drama romantis, horor, dan komedi. Hingga kini tercatat ada lebih dari 50 juta orang di Indonesia yang terdaftar di HOOQ dengan durasi menonton 400-700 juta menit per bulan.
Wabah Covid-19 membuat sejumlah bioskop tutup sementara. Terhitung pada 23 Maret-5 April 2020, Cinema XXI menonaktifkan sementara semua jaringan bioskop Cinema XXI di wilayah DKI Jakarta. Adapun pihak CGV Cinemas memutuskan menutup semua bioskopnya di Jakarta selama dua pekan sejak 23 Maret 2020.
Adanya minat masyarakat untuk beralih ke platform menonton digital disambut baik. Ini merupakan momentum untuk memperkenalkan cara baru menonton film. Belum meratanya layar bioskop di Tanah Air dapat disiasati dengan layanan OTT.
Menurut data AOL State of The Video Industry Report 2017, ada 83 persen masyarakat Asia Tenggara yang menonton video daring setiap hari. Tren ini diprediksi akan meningkat.
Riset firma global di bidang telekomunikasi, televisi, dan bisnis media Dataxis pada 2018 menyatakan, pendapatan dari langganan video on demand diprediksi meningkat 6,5 kali. Pendapatan sebesar 60 juta dollar AS saat ini dapat meningkat menjadi 390 juta dollar AS pada 2022.
”Sayangnya, peralihan perilaku menonton film dalam konteks sekarang tidak terjadi secara alamiah, tetapi terjadi karena situasi yang memaksa (akibat pandemi). Semoga menonton film secara daring bisa jadi gaya hidup setelah wabah selesai,” kata Guntur.
Sementara itu, sutradara Garin Nugroho dalam siaran Instagram Live mengatakan, perkembangan teknologi membuat siapa pun bisa menjadi kreator film. Ia menekankan pentingnya menjadi generasi melek digital di masa kini. ”Tidak hanya melek digital. Kita juga harus jadi generasi melek digital yang fungsional dan kompetitif di dunia,” katanya.
Adapun Hanung Bramantyo mengatakan, kreator zaman sekarang punya kemerdekaan berkarya yang luas. Ini didukung oleh kemajuan teknologi yang menyediakan wadah tak terbatas untuk menyalurkan karya. Menurut dia, hal itu harus dimanfaatkan untuk mengasah kemampuan sebagai sineas.