Perusahaan ”Streaming” Musik Tetap Panen Keuntungan
Di masa pandemi Covid-19, perusahaan penyedia layanan ”streaming” musik, seperti Spotify dan Apple Music, mencatat keuntungan dan pertumbuhan pelanggan yang luar biasa.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
Bisnis sejumlah perusahaan layanan streaming tetap tumbuh awal tahun ini terlepas adanya pandemi Covid-19. Setelah Netflix di dunia film, perusahaan penyedia layanan streaming musik juga mencatat keuntungan dan pertumbuhan pelanggan yang luar biasa, seperti Spotify dan Apple Music.
Spotify melaporkan jumlah pendapatan 1,99 miliar dollar AS pada kuartal I-2020 atau tumbuh 22 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Sebagian besar pendapatan berasal dari pendapatan pelanggan berbayar yang tumbuh 23 persen secara tahunan menjadi 1,8 miliar dollar AS.
Secara keseluruhan, Spotify mencatat jumlah pelanggan berbayar telah mencapai 130 juta orang pada kuartal I-2020. Sedangkan jumlah pengguna aktif bulanan 286 juta orang. Spotify merupakan perusahaan streaming musik dengan pelanggan terbanyak di dunia saat ini.
Meskipun demikian, Spotify mencatat penurunan pendapatan dari iklan akibat Covid-19. Pada tiga minggu terakhir kuartal pertama, pendapatan iklan turun lebih dari 20 persen di luar ekspektasi sehingga perusahaan asal Swedia ini harus merevisi proyeksi akhir tahun.
”Sebelum Covid-19, Spotify berada dalam posisi yang kuat untuk melampaui target pendapatan iklannya untuk kuartal ini. Namun, pada Maret, kami melihat perlambatan di semua saluran penjualan karena bisnis yang dipesan dibatalkan atau ditunda dan ada penarikan dana,” bunyi pernyataan Spotify, beberapa waktu lalu.
Untuk proyeksi ke depan, Spotify memperkirakan prospek bisnis pada kuartal kedua dan seterusnya tidak akan berubah hingga akhir tahun. Namun, pendapatan bisa terpengaruh jika ada dampak besar dari perlambatan iklan dan nilai tukar mata uang.
Spotify memperkirakan total pendapatan akan sebesar 8,2 miliar-8,6 miliar dollar AS pada akhir tahun atau sedikit rendah daripada prediksi tahun lalu. Sedangkan jumlah pelanggan aktif bulanan diperkirakan mencapai 328 juta-348 juta orang dan jumlah pelanggan berbayar 143 juta-153 juta orang pada akhir 2020.
”Saya dapat mengatakan bahwa kami akan terus berada dalam posisi yang kuat dan itu karena model, skala, pengalaman pengguna, dan, tentu saja pipeline content kami. Ini adalah dasar yang telah menyegel kesuksesan kami dan akan terus melakukannya di masa depan,” ujar CEO dan pendiri Spotify, Daniel Ek.
Sementara itu, Apple Inc melaporkan pendapatan dari divisi layanan Apple, yakni Apple TV+, Apple Music, dan Apple Arcade, meraih rekor tertinggi dalam sejarah. Tiga divisi ini menghasilkan lebih dari 13,3 miliar dollar AS pada kuartal I-2020.
Secara keseluruhan, Apple memperoleh pendapatan 58,3 miliar dollar AS pada kuartal I-2020. Meskipun jumlah itu hanya tumbuh 1 persen dibandingkan dengan tahun lalu, pendapatan ini mengalahkan perkiraan para analis saham di Wall Street.
”Terlepas dari dampak global Covid-19, kami bangga melaporkan Apple tumbuh untuk kuartal itu, didorong oleh rekor dalam divisi layanan dan produk yang dapat dipakai (wearable devices). Dalam kondisi yang sulit ini, pengguna kami bergantung pada produk Apple dengan cara baru untuk tetap terhubung, informasi, kreatif, dan produktif,” kata CEO Apple Tim Cook dalam sebuah pernyataan.
Dari tiga divisi layanan Apple, Apple Music saat ini mencatat jumlah pelanggan berbayar mencapai lebih dari 60 juta orang. Ini menempatkan Apple Music berada di posisi kedua setelah Spotify sebagai layanan streaming musik terbanyak dengan pelanggan terbanyak di dunia.
CFO Apple Luca Maestri mengatakan, pendapatan dari pelanggan berbayar naik dua digit dibandingkan dengan tahun lalu sehingga menjadi rekor baru. ”Perusahaan sedang dalam perjalanan untuk mencapai tujuan kami menggandakan pendapatan layanan pada akhir tahun fiskal,” ujarnya.
Strategi perusahaan
Apple dan Spotify juga menerapkan berbagai strategi untuk memperluas pangsa pasar di dunia streaming musik. Apple sebelumnya telah mengumumkan rencana ekspansi layanan musiknya secara besar-besaran pada 21 April 2020.
Apple Music akan tersedia di 52 negara yang kebanyakan terletak di Afrika. Beberapa di antaranya adalah Libya, Madagaskar, Namibia, Kongo, Maroko, Mozambik, Rwanda, Senegal, Tanzia, Tunisia, dan Zambia. Dengan demikian, total layanan Apple Music telah mencakup 167 negara.
Selain Apple Music, Apple juga menambah layanan App Store, Podcasts, iCloud, dan Apple Arcade di 20 negara baru sehingga total cakupan menjadi 175 negara serta kawasan.
”Kami senang membawa banyak layanan Apple kepada pengguna di lebih banyak negara daripada sebelumnya. Kami berharap pelanggan kami dapat menemukan aplikasi, gim, musik, dan podcast favorit baru selama kami terus merayakan pencipta, artis, dan pengembang terbaik dunia,” kata VP Apple Music and International Content Apple Oliver Schusser.
Banyak negara baru yang termasuk dalam rencana ekspansi ini adalah negara-negara di mana ekonomi dari layanan streaming belum mapan. Oleh karena itu, monetisasi musik digital belum terlalu kuat. Apple akan memberikan opsi uji coba gratis selama enam bulan untuk menggaet pelanggan berbayar.
Pada saat bersamaan, dengan ekspansi Apple, Spotify merombak ulang tim ekspansi global. Kepala Pasar Global Spotify, Cecilia Qvist, bertransisi sebagai penasihat di perusahaan dan tidak lagi menjalankan operasi ekspansi. (BILLBOARD)