Lewat ”The Alien”, Dream Theater Meraih Grammy Pertama
Sebenarnya cukup mengherankan jika para suhu musik cadas itu baru kali ini mendapatkan penghargaan tertinggi di ajang musik meski mereka telah membuat 15 album musik.
Oleh
YUNIADHI AGUNG
·4 menit baca
Setelah 38 tahun mengisi ruang dengar dan pandang musik dengan suara ingar bingarnya, legenda musik heavy metal asal Amerika, Dream Theater, akhirnya mendapatkan piala emas berbentuk gramofon yang diidamkan semua musisi dunia, yaitu piala Grammy Awards.
Sebenarnya cukup mengherankan jika para suhu musik cadas itu baru kali ini mendapatkan penghargaan tertinggi di ajang musik meski mereka telah membuat 15 album musik yang menjadi ”buku pintar” bagi mereka yang perlu mengasah keterampilan di musik atau mereka yang menikmati musik.
Gitaris Dream Theater, John Petrucci, mewakili anggota band menerima piala Grammy untuk lagu mereka ”The Alien” (album A View from the Top of the World) di kategori Best Metal Performance di ajang Grammy Awards 2022 yang dilangsungkan di MGM Grand Garden Arena in Las Vegas, Amerika Serikat, Senin (4/4/2022) pagi WIB.
Kemenangan pertama Dream Theater di ajang Grammy ini tentunya disambut meriah warga metal dunia. Mereka turut merayakan keberhasilan lagu”The Alien”. Indra, salah seorang penggemar fanatik Dream Theater, langsung mengunggah tautan sebuah situs berita yang mewartakan kemenangan Dream Theater itu melalui akun media sosial Facebook miliknya. Lewat akun Twitter Dream Theater @dreamtheaternet mereka mencuit, ”Ini gila, lagu ’The Alien’ baru saja menang di Grammy Awards. Untuk para penggemar Dream Theater di seluruh dunia, you rock guys, kami mencintai kalian. Penghargaan ini untuk kalian.
”Dream Theater seperti hidangan utama pada sebuah makan malam yang mewah, kamu tidak akan pernah tahu rasanya hingga kamu mencicipinya,” begitu salah satu komentar di unggahan Youtube video resmi lagu ”The Alien” yang menjadi promosi album baru mereka, A View from the Top of the World, yang dirilis 22 Oktober 2021.
Bagi penikmat musik, wabil khusus anak rock dan metal, Dream Theater adalah alter ego yang sempurna. Mereka pasti punya satu grup idola, tetapi selalu merasa bahwa musik yang perlu disimak adalah Dream Theater. Mendengarkan Dream Theater ibarat datang ke konser klasik di gedung opera, namun boleh pakai kaus oblong dan sandal jepit. Musik Dream Theater, sama seperti musik klasik, adalah sebuah komposisi repot yang dibuat agar pendengar merasa bahwa mereka itu masih belum apa-apa dalam hal bermusik.
Lagu ”The Alien” merupakan salah satu singel yang dipromosikan untuk album baru tersebut. Lagu berdurasi 9,33 menit ini dirasa terlalu berat untuk disimak dalam keadaan dimana kita melakukan rutinitas harian. Memang, lagu ”The Alien”tidak sepanjang lagu ”Octavarium” (24 menit! sudah seperti satu episode serial Friends), tapi 9 menit itu bisa jadi waktu terlama dan terberat di hidup pendengar musik metal karena harus menderita dihajar irama musik yang bertubi-tubi.
Lagu ”The Alien” merupakan sebuah lagu yang menjadi ujian kenaikan tingkat bagi Dream Theater. Tidak perlu bicara tentang komposisi dan harmonisasi lagu karena komentar sebagian penggemar pasti sama, yaitu bagus atau istimewa. Lagu ”The Alien” merupakan cara Dream Theater memperlihatkan bahwa masih banyak kemungkinan yang bisa diciptakan dalam proses produksi lagu. ”The Alien” menjadi satu cara Dream Theater memberi karpet merah untuk dua anggota band yang bagi sebagian penggemar dijuluki ”unsung hero”, yaitu Mike Mangini dan John Myung.
Mike Mangini adalah anak kemarin sore yang sampai album terakhir Dream Theater, Distance Over Time (2019), selalu dibanding-bandingkan dengan Mike Portnoy, drumer yang menjadi salah seorang pendiri Dream Theater. Rata-rata, para die hard-nya Mike Portnoy belum bisa menerima kenyataan bahwa dia pergi.
Para personel Dream Theater secara cerdas melepasliarkan Mike Mangini di lagu ”The Alien” ini. Sepanjang lagu ”The Alien”, keahlian bermain drum Mike Mangini yang sebenarnya sudah didengar dalam album-album sebelumnya terasa istimewa karena dia bisa mengambil momentum di beberapa bagian lagu. Pukulan Mike Mangini tidak hanya menjadi penjaga irama, tetapi juga memberikan variasi suara yang pas, tapi cukup untuk membuat hati pendengarnya gembira. Jika kita melihat penataan drum Mike Manggini yang seperti setingan drumnya Terry Bozzio atau almarhum Neil Peart, sudah sepantasnya kita diberikan sajian gebukan drum yang istimewa.
Lewat lagu ”The Alien” pula kita bisa lebih jelas mendengarkan permainan bas John Myung. Sepanjang perjalanan karier Dream Theater, John lebih mencolok secara visual daripada audio. Permainan basnya nyaris tak terdengar, tetapi tetap saja disayang oleh penggemarnya. Dalam proses pasca-produksi lagu ”The Alien”, Dream Theater meracik irama basnya untuk lebih terdengar sehingga sepanjang sembilan menit kita bisa mendengar suara bas tanpa harus fokus mencarinya.
Seorang penggemar memberikan komentar di kolom komentar di video ”The Alien” yang diunggah di Youtube yang mengatakan bahwa Dream Theater telah berhasil menyewa seorang arkeolog untuk berhasil ”menggali” suara bas John Myung.
Inilah keunikan Dream Theater, seperti halnya musik klasik di gedung opera, lagu Dream Theater mempunyai narasi yang harus disimak dan diselesaikan. Banyak bunga nada yang menjadi pewangi lagu yang seperti novelnya Ernest Hemingway selalu menarik dibaca karena paragraf-paragrafnya membuai kita.
Pada akhirnya, Dream Theater adalah tentang bagaimana kita menikmati hidup melalui musik.