Film komedi horor ”Agak Laen” bercerita tentang empat sekawan yang mencoba perbaiki nasib. Drama mereka mengundang tawa.
Oleh
WISNU DEWABRATA
·4 menit baca
Horor dan komedi rupanya menjadi formula efektif dalam film Agak Laen. Tentu saja kematangan para aktor yang telah bertahun-tahun meniti karier sebagai komedian tunggal menjadi fondasi penting bagi bangunan cerita film ini.
Film ini berkisah tentang tiga sekawan pengelola rumah hantu, Bene (Bene Dion Rajagukguk), Boris (Boris Bokir), dan Jegel (Indra Jegel), yang kesulitan finansial lantaran sepi pengunjung. Mereka makin pusing karena terus ditagih Jongki (Arie Kriting), pengelola pasar malam, tempat wahana rumah hantu berada. Datanglah Oki (Oki Rengga) membantu dan mereka jadi empat sekawan untuk berjuang.
Drama dimulai ketika seorang pengunjung tewas dalam wahana rumah hantu itu. Di sana kekonyolan, kelucuan, konflik, hingga dialog-dialog lucu bermunculan menjadi daging film.
Kesetiakawanan
Terlepas dari beragam kelucuan yang dimunculkan dan diorkestrasi sang sutradara secara berkesinambungan, film komedi horor ini menyiratkan nilai-nilai penting, seperti kesetiakawanan, keberanian mengambil risiko, serta sikap untuk selalu optimistis dapat mengatasi masalah apa saja sepanjang berani menghadapinya.
Walau keempatnya sama-sama punya kapasitas dan cara berpikir yang serba terbatas, sederhana, lagi pragmatis, mereka ternyata mampu menunjukkan bahwa semua itu justru menjadikan mereka selalu optimistis.
Dari masalah yang sepelik apa pun, mereka mampu mencontohkan untuk bisa selalu mencari peluang sekecil apa pun. Jalan keluar akan selalu ada, tinggal bagaimana mencari dan memanfaatkannya. Walau kerap solusi yang diambil terkesan terlalu ”tembak langsung urusan belakangan”, sikap semacam itu setidaknya menjadikan mereka selalu berorientasi pada solusi sekaligus berani mengambilnya.
Boleh jadi juga sang sutradara coba menggambarkan hal itu sebagai sesuatu yang identik dengan tipikal karakter dan nilai-nilai positif masyarakat berkultur Batak, yang diwakili keempat sekawan ini.
Meski demikian, secara eksplisit, sutradara Muhadkly Acho berpesan kepada penonton untuk tidak sibuk mencari pesan moral dalam film ini. Sebab, yang dia utamakan adalah menghibur penonton. ”Jadi, nikmati saja,” katanya.
Ide soal ada orang mati lalu gentayangan di rumah hantu lumayan menggelitik. Kebetulan juga ide cerita itu nyerempet ke horor. Tapi enggak lantas by design harus jadi horor komedi.
Sebenarnya, dengan hanya menonton cuplikan trailer-nya, orang bisa langsung menyimpulkan film ini akan kental bernuansa genre film horor. Genre satu itu memang masih jadi genre terfavorit film-film Tanah Air, terutama setelah kesuksesan film KKN di Desa Penari (2022), yang mampu menarik 10 juta penonton seperti dilansir laman filmindonesia.or.id.
”Padahal, horor di sini sebetulnya bukan sajian utama, tapi lebih karena muncul ketika kami brainstorming. Ide soal ada orang mati lalu gentayangan di rumah hantu lumayan menggelitik. Kebetulan juga ide cerita itu nyerempet ke horor. Tapi enggak lantas by design harus jadi horor komedi,” ujar produser Ernest Prakasa seusai press screening filmnya, Selasa (23/1/2024).
Dalam kesempatan itu saat ditanya akankah Agak Laen disekuelkan, Ernest menyebut kemungkinan akan selalu terbuka. Namun, kalaupun hal itu dilakukan, ceritanya nanti tidak akan melanjutkan cerita di film pertama.
Dia mencontohkan film-film grup lawak legendaris Trio Warkop Dono, Kasino, dan Indro, yang tenar di dekade 1980-an dan 1990-an. Film-film mereka, menurut Ernest, bisa berplot dan beralur cerita apa saja, yang diperankan oleh karakter-karakter yang sama.
Belakangan godaan untuk membuat sekuel bisa jadi terbilang menggiurkan. Apalagi mengingat tingginya sambutan penonton terhadap penayangan Agak Laen, yang sudah ada di bioskop-bioskop sejak 1 Februari 2024.
Seperti diwartakan sebelumnya, produser eksekutif Dipa Andika, Kamis (8/2/2024), menyatakan per telepon, pihaknya berharap hingga akhir pekan kedua Februari ini filmnya bisa ditonton sampai tiga juta orang. Film Agak Laen tercatat mencapai angka satu juta penonton pada hari keempat sejak tayang perdana di bioskop.
”Hari keempat kemarin sejuta (penonton), nah sekarang hari ke-8, belum sampai jam dua (siang) sudah sampai dua juta (penonton). Bener juga kayaknya ini ada rezeki dari Imlek juga, ya. Mudah-mudahan, ya. Ha-ha-ha...,” ujar Dipa lewat telepon tentang jumlah penonton yang mencapai 2,3 juta penonton dalam delapan hari itu.
Berawal dari podcast
Baik Ernest, sutradara, maupun para pemain sama-sama mengakui kelancaran pembuatan film ini sangat terbantu faktor chemistry, yang telah terbangun di antara para pemain. Kisah-kisah dan penggambaran karakter yang diangkat dalam film kebanyakan berasal dari tema dan perbincangan yang diangkat dalam program podcast keempat pemeran utamanya.
Baik Boris, Jegel, Bene, maupun Oki juga memproduksi program podcast bernama sama, Agak Laen. Dari cerita-cerita dan kelucuan yang muncul dalam program podcast itu pulalah penggambaran tentang setiap karakter pemain diambil, semisal cerita Boris yang sejak dulu ingin berkarier di kemiliteran.
Buat Ernest, film Agak Laen memang menjadi film perdananya yang berangkat dan diangkat dari program siniar (podcast) dari para karakter pemain di filmnya itu. Berangkat dari kesuksesan film Agak Laen, Ernest tak menutup kemungkinan akan ada film lain, yang bisa diangkat dari siniar-siniar lainnya.