Kemasan bekas ”skincare” dapat diolah menjadi instalasi seni. Seni diharapkan dapat mengajak publik mengurangi sampah.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
Kesadaran masyarakat untuk memilah dan mendaur ulang sampah tumbuh bak benih-benih kecil yang tumbuh secara sporadis. Upaya untuk menumbuhkan kesadaran itu secara masif terus dilakukan. Seni jadi salah satu media untuk menarik minat publik agar peduli sampah.
Ada dua instalasi besar yang menyita perhatian sebagian pengunjung Mal Senayan City di Jakarta pada Kamis (22/2/2024). Instalasi pertama berbentuk pesawat dengan dominasi warna biru dongker karya duo seniman Recycle Experience (Re_Exp). Instalasi kedua serupa diorama taman warna-warni karya perupa Diela Maharanie. Karya mereka adalah hasil kerja sama dengan merek kecantikan sekaligus produsen skincare Kiehl’s.
Tantangannya adalah membersihkan botol karena botolnya ada banyak banget. Menyusun botolnya agar sesuai ilustrasi juga menantang, tapi menyenangkan. (Diela)
Re_Exp dan Diela diminta untuk membuat karya seni dari kemasan-kemasan bekas Kiehl’s yang telah dikumpulkan oleh para konsumen. Keduanya langsung berkarya. Re_Exp memilih botol plastik berwarna gelap, sedangkan Diela memilih botol warna-warni, seperti merah, kuning, biru, dan jingga.
Re_Exp yang dimotori Evan Driyananda dan Attina Nuraini ini butuh waktu 1,5 bulan untuk membuat instalasi seni berbentuk pesawat. Pertama-tama, mereka membuat rangka besi sebagai tempat menempelkan botol-botol bekas. Rangka dan kawat besi yang mereka gunakan diperoleh dari material bekas pembuatan pagar.
Ukuran rangka besi itu disesuaikan dengan ukuran botol-botol yang akan digunakan. Menurut Attina, ini adalah bagian yang cukup menantang karena mereka harus teliti menghitung. ”Makanya, siapa bilang seniman enggak butuh belajar matematika? Ha-ha-ha,” katanya.
Attina dan Evan sempat salah menghitung dan beberapa kali mesti membongkar dan memasang lagi instalasinya. Walau pusing, proses pengerjaan karya ini menyenangkan bagi mereka berdua. Saat menjalani proses ini pun mereka menemukan teknik baru untuk membuat instalasi yang konstruksinya kuat.
”Selama ini kami pakai teknik konstruksi potong-sambung. Selama mengerjakan ini jadi ada teknik baru. Botol-botolnya kami bolongin dan diikat (dengan kawat ke rangka besi),” tutur Attina.
Evan menambahkan, mereka menggunakan hampir 1.600 botol bekas untuk instalasi ini. Sebelum disusun menjadi instalasi, mereka lebih dulu membersihkan botol-botol bekas hingga bersih selama sembilan hari.
Adapun Diela Maharanie membuat instalasi seni yang diberi nama ”Blooming Garden”. Instalasi itu dibuatnya dari papan kayu bekas yang diratakan, lalu dilukis dengan cat akrilik menjadi bunga-bunga besar. Bunga itu lantas ditempeli botol-botol bekas warna-warni.
”Tantangannya adalah membersihkan botol karena botolnya ada banyak banget. Menyusun botolnya agar sesuai ilustrasi juga menantang, tapi menyenangkan” tutur Diela, yang mengerjakan karya ini selama tiga minggu.
”Karya ini menunjukkan bahwa barang sisa bisa menjadi sesuatu dengan estetika yang berbeda,” tambahnya lagi.
Kurangi sampah
Menurut Director of Corporate Responsibilities L’Oreal Indonesia Mohamad Fikri, mengubah sampah menjadi seni merupakan salah satu cara untuk mengurangi sampah. Ini juga upaya untuk mempromosikan keberlanjutan lingkungan ke publik.
Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) mencatat bahwa Indonesia menjadi negara penghasil negara penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah China. Setidaknya ada 3,2 juta ton sampah plastik yang tidak terkelola. Ada 1,29 juta ton sampah tak terkelola yang pada akhirnya berakhir di laut.
Ada dua hal untuk mengubah kebiasaan. Pertama urgensi. Kedua, untuk berubah dengan cepat, sayangnya, kita harus didorong dengan insentif.
Berbagai pihak berupaya mengatasi isu ini dengan mengurangi produksi kemasan dari plastik virgin. Sejumlah produsen pun mencoba menghimpun kemasan produk yang mereka distribusikan di pos pengumpulan sampah. Kemasan bekas itu lalu dibersihkan dan didaur ulang menjadi kemasan baru.
”Kami mendaur ulang sudah sejak 2019. Per 2023 ada lebih dari 25.000 botol yang berhasil kami kumpulkan. Tahun ini kamu ingin mengumpulkan 60.000 botol yang tak hanya dari merek kami, tapi juga merek lain,” ucap Fikri.
Perusahaan pengolah sampah, Rekosistem, juga membuat beberapa pos pengumpulan sampah anorganik di ruang publik. Mereka juga menjemput sampah organik ataupun anorganik yang didaftarkan pengguna aplikasi mereka. Orang yang mengumpulkan sampah akan mendapat poin yang bisa ditukar menjadi saldo dompet digital atau voucer belanja.
Menurut SVP of Business Growth and Partnership Rekosistem Angga Adhitya Fritz Ardhana, sebagian masyarakat Indonesia belum terbiasa memilah sampah. Di sisi lain, mengubah kebiasaan publik itu tidak mudah.
”Menurut saya ada dua hal untuk mengubah kebiasaan. Pertama urgensi. Kedua, untuk berubah dengan cepat, sayangnya, kita harus didorong dengan insentif. Apakah itu ideal? Harusnya tidak karena konsumen juga bertanggung jawab terhadap apa yang dikonsumsi,” ucapnya.
”Tapi, karena menurut kami insentif dibutuhkan, kami menggunakan teknologi untuk itu (memberi insentif),” tambahnya.