Bagi Singapura, konser Taylor Swift menjadi hajatan nasional. Sejumlah negara tetangga di ASEAN pun menggerutu.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
SINGAPURA, KOMPAS — Konser penyanyi asal Amerika Serikat, Taylor Swift, yang bertema Eras Tour di Singapura tidak hanya diolah menjadi sebatas pertunjukan musik. Negara tetangga di utara Indonesia ini benar-benar mengeruk segala potensi untuk menggunakan peristiwa ini sebagai pendapatan ekonomi besar serta mengukuhkan Singapura sebagai pusat hiburan di kawasan Asia Pasifik.
Swift, dilaporkan oleh media Channel News Asia, Kamis (29/2/2024), baru mendarat di Singapura. Konsernya dijadwalkan pada Sabtu (2/3/2024), tetapi Singapura telah menyiapkan berbagai acara hiburan untuk mengisi kekosongan waktu sebelum dan sesudah konser.
Bahkan, ada taman hiburan bertema Taylor Swift dibangun guna mengakomodasi Swifties, para penggemar berat Swift, mengisi kegiatan.
Marina Bay Sands, titik wisata paling terkenal di Singapura sudah menyiapkannya. Mereka mendirikan taman napak tilas Swift, lengkap dengan atraksi lampu dan air mancur yang koreografinya disesuaikan dengan lagu-lagu Swift.
Di sejumlah titik jalur napak tilas, ada kios-kios yang menjual pernak-pernik terkait Swift dan Singapura. Obyek wisata ini gratis. Akan tetapi, mengantisipasi ledakan pengunjung, semua orang diminta untuk mendaftar terlebih dulu di laman resmi Marina Bay Sands.
Bagi para Swifties yang datang dari negara lain, begitu tiba di Bandara Changi, mereka sudah disambut dengan segala atraksi terkait Swift. Jewel of Changi, taman hutan kota di tengah bandara, tidak mau ketinggalan. Mereka menyiapkan acara konser menyanyi bersama lagu-lagu Swift.
Ini bukan karaoke biasa. Acaranya dipandu oleh bintang-bintang terkenal Singapura. Penyanyi Joie Tan dan kelompok musik 53A adalah dua dari sejumlah artis yang akan menyanyikan lagu Swift. Kegiatan ini dilaksanakan hingga 15 Maret.
Sentosa Waterpark bekerja sama dengan komunitas Swifties Malaysia mengadakan pesta kolam renang dari pagi hingga sore menjelang konser. Setelah itu, para tamu pesta akan diangkut dengan bus menuju Stadion Internasional Singapura untuk menonton Neng Taylor bernyanyi.
Selain titik-titik wisata itu, berbagai usaha kecil dan menengah juga ingin mereguk cuan dari keberadaan Swift. Mulai dari pasar malam sampai kelas senam aerobik mengadakan kegiatan khusus bertema Swift. Salah satu sanggar senam mengadakan kelas khusus yang pesertanya jingkrak-jingkrak mengikuti entakan irama lagu Swift, lengkap dengan kostum seperti di video-video klipnya.
Kekesalan ASEAN
Kedatangan Swift yang menjadi hajatan nasional Singapura ini tidak sepenuhnya disambut secara positif. Negara-negara tetangga, antara lain Malaysia, Filipina, dan Thailand,mengeluhkan Singapura cenderung curang dan menikung mereka dari kesempatan memperoleh kenaikan pergerakan ekonomi dari konser Swift. Agak sedikit ke utara, Hong Kong juga menggerutu karena alasan serupa.
Singapura adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara tempat Swift mengadakan konser. Tidak tanggung-tanggung, ia menggelar enam pertunjukan selama 2-9 Maret dengan total karcis pertunjukan terjual sebanyak 300.000 eksemplar.
Sebelumnya, pada 7-10 Februari, Swift konser di Tokyo, Jepang. Penyanyi Sabrina Carpenter didapuk sebagai penampil pembuka.
”Singapura memonopoli Taylor Swift karena manajemen Swift dibayar 2-3 juta dollar AS untuk setiap pertunjukan apabila Swift hanya secara eksklusif konser di sana,” kata Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin, dikutip oleh Sky News edisi 16 Februari 2024.
Srettha yang juga seorang pengusaha menilai langkah Singapura ini strategi bisnis yang cerdas. Akan tetapi, ia menyayangkan kue ekonomi itu tidak dibagi-bagi ke negara-negara di Asia Tenggara. Padahal, jika berkonser di Thailand, biayanya jauh lebih murah dibandingkan dengan Singapura. Artinya, potensi wisatawan yang datang jauh lebih besar dan ini akan menggerakkan perekonomian.
Besarnya biaya yang ditawarkan oleh penyelenggara konser Swift itu tidak lepas dari subsidi yang dikucurkan oleh Pemerintah Singapura. Dari Filipina, protes diutarakan oleh anggota DPR, Joey Salceda.
Straight Times edisi 28 Februari 2024 melaporkan bahwa Salceda bahkan mengajukan permintaan formal kepada Kementerian Luar Negeri Filipina agar menyelidiki apabila monopoli konser Swift itu sesuai dengan aturan kerja sama ekonomi Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
”Perbuatan Singapura tidak mencerminkan tetangga ataupun anggota ASEAN yang baik. Jika ini terjadi pada satu konser, tidak menutup kemungkinan akan ada monopoli artis-artis lain agar tidak mau menggelar ajang di negara-negara ASEAN selain Singapura,” tutur Salceda.