Segera Temukan Auktor Intelektualis Penyerangan Novel
Novel Baswedan meraih penghargaan internasional di Kuala Lumpur, Malaysia. Penghargaan itu diharapkan memacu percepatan penanganan kasus penyiraman air keras yang dialaminya hampir tiga tahun lalu.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan, memperoleh penghargaan antikorupsi internasional di Malaysia pada Selasa (11/2/2020) malam. Penghargaan ini dapat menjadi dorongan agar kasus penyerangan terhadap Novel dapat segera tuntas dengan ditemukan auktor intelektualisnya.
Pelaksana Tugas Juru Bicara KPK Ali Fikri di Jakarta, Rabu (12/2/2020), menyampaikan, Novel menerima langsung penghargaan tersebut dari Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad dalam acara makan malam di Putrajaya Marriott Hotel, Putrajaya, Malaysia.
”Novel menerima penghargaan ini atas kerja keras, keberanian, dedikasi, dan komitmen dalam memberantas korupsi,” kata Ali.
Novel menerima penghargaan ini atas kerja keras, keberanian, dedikasi, dan komitmen dalam memberantas korupsi.
Novel dianggap sebagai sosok yang tepat dalam menerima penghargaan tersebut karena pada 11 April 2017 mendapatkan serangan berupa penyiraman air keras oleh orang yang tak dikenal. Kepolisian baru bisa menangkap dua pelaku di lapangan. Namun, auktor intelektualis penyerangan tersebut belum juga diketahui.
Sejak disiram air keras, kondisi mata Novel terus memburuk. Ia masih terus menjalani serangkaian perawatan di Singapura.
Mata kiri Novel yang selama ini menjadi tumpuannya hanya bisa melihat cahaya. Alhasil, Novel terpaksa bertumpu dengan mata kanan yang kemampuan melihatnya tinggal 60 persen dan harus menggunakan lensa khusus.
”KPK berterima kasih atas perhatian yang terus mendukung dan ikut mengawasi penuntasan kasus penyerangan Novel. KPK berharap pelaku penyerangan Novel mendapat hukuman seadil-adilnya,” kata Ali.
KPK berharap kasus penyerangan terhadap Novel bisa tuntas sampai ditemukan auktor intelektualisnya. Hal ini harus dilakukan supaya tidak ada lagi penyerangan terhadap penegak hukum yang sedang menjalankan tugas.
Anggota Tim Advokasi Novel Baswedan, Saor Siagian, mengatakan, penghargaan yang diterima Novel menjadi bukti besarnya peran masyarakat dalam menghargai kinerja Novel. Menurut Saor, masyarakat telah memberikan empati yang besar kepada Novel yang telah mendapatkan serangan.
Meskipun demikian, penghargaan ini seharusnya menjadi pemicu agar polisi segera menuntaskan kasus yang terjadi pada Novel sampai pada auktor intelektualisnya. Menurut Saor, seharusnya kasus yang menimpa Novel dapat segera diselesaikan dengan cepat apabila polisi mau segera menuntaskan.
Ia melihat, sejak awal kasus ini seperti ditutup-tutupi, salah satunya terkait motif dari tersangka RB dan RM yang mengaku menyerang Novel karena merasa dongkol. Menurut pengakuan Novel, ia tidak mengenal kedua orang tersebut, apalagi mempunyai masalah dengan mereka.
”Jika kasus ini hanya berhenti pada penangkapan dua tersangka tersebut dan tidak ditemukan auktor intelektualisnya, ini berbahaya,” ujar Saor.
Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia Asfinawati mengakui, belum tuntasnya pengusutan kasus Novel menunjukkan lemahnya penegakan hukum di Indonesia.
”Kalau kita lihat dari pelakunya (RB dan RM adalah anggota polisi), pasti auktor intelektualisnya lebih besar lagi dan terkait dengan kasus korupsi,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Polri Jenderal (Pol) Idham Aziz hanya menyebut motif RB dan RM karena alasan dongkol dan tak disebut auktor intelektualisnya.