Tarian Tradisional yang Dibawakan Bule Membuka MIWF 2018
Oleh
Videlis Jemali
·2 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS – Makassar International Writers Festival 2018 resmi dibuka di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (2/5/2018) malam. Festival literasi terbesar di kawasan timur Indonesia itu dibuka dengan tarian tradisional Makassar yang dibawakan sejumlah warga mancanegara atau bule.
Para penari berlenggak-lenggok di atas panggung yang remang-remang di Fort Rotterdam, Makassar. Penari perempuan tampil lebih dahulu. Begitu tabuhan genderang semakin cepat dan bunyi suling kian melengking, penari laki-laki memasuki pentas. Mereka mengentakkan kaki mengelilingi panggung.
Para bule itu membawakan tari Gandrang Bulo dan Paduppa, dua tarian tradisional Makassar. Mereka adalah peserta program Kelompok Beasiswa Seni Budaya Makassar. Anggotanya penari dari 15 negara, antara lain Jerman, Selandia Baru, Afrika Selatan, dan Malaysia.
Mereka mengikuti program itu selama tiga bulan. Program diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri, Pemerintah Kota Makassar, dan Rumata Artspace, penyelenggara Makassar International Writers Festival (MIWF).
Tarian tersebut diiringi tabuhan gendang dan lengkingan suling. Kadang dimulai dengan pelan, lalu kemudian mengentak keras. Adapun alat musik dimainkan oleh seniman lokal. Para penari berpakaian dominan hijau itu beraksi di panggung selama enam menit. Penonton pun bertepuk tangan meriah atas penampilan tersebut.
MIWF tahun ini diselenggarakan untuk ke-8 kali. Ajang yang kali ini berlangsung pada 2-5 Mei 2018 itu mempertemukan penulis, penggiat literasi, dan masyarakat umum untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman. Tak hanya penulis lokal dan nasional, ajang juga turut dihadiri penulis dari mancanegara.
Berbagai kegiatan literasi yang digelar antara lain diskusi, pembacaan karya, lokakarya, pelatihan, peluncuran buku, hingga pentas seni dan pertunjukan. Semua acara itu terbuka untuk umum tanpa dipungut biaya.
Tahun ini, MIWF mengambil tema “Voice/Noise”. Tema itu dipilih terkait peringatan 20 tahun reformasi dan menyongsong pemilihan kepala daerah 2018, pemilu dan pilpres 2019. MIWF diinisiasi oleh Rumata Artspace yang dikoordinasi oleh Lily Yulianti Farid dan sineas Riri Riza.
Dalam sambutannya, Lily mengatakan, festival tersebut merupakan platform intelektual dan kultural untuk semua orang. Dengan ajang ini, orang-orang berbagi pikiran kritis. “Di sini ada peleburan budaya antara bangsa. Di sini orang-orang terhubung untuk menimba energi kritis,” katanya.
Bagi Lily, festival tersebut merupakan bagian dari kekuatan masyarakat (people power) secara intelektual dan kultural. Sastra merupakan penggeraknya. Sastra merupakan sukma sebuah bangsa karena sastra mengangkat masalah dalam masyarakat bangsa-negara.
Lily pun mengapresiasi 1.000 relawan yang bekerja menyukseskan acara tersebut. Tak hanya berasal dari dalam negeri, relawan juga datang dari luar negeri, antara lain Amerika Serikat dan Australia.