Indonesia Inisiasi Pedoman Bantuan Internasional untuk Kebencanaan
Oleh
Ayu Sulistyowati
·4 menit baca
DENPASAR, KOMPAS - Indonesia menginisasi dan mendorong adanya koordinasi bantuan internasional negara-negara non Asean terutama negara maju pada masa tanggap darurat kebencanaan. Hal ini dirasa penting guna mendukung ketangguhan menghadapi bencana negara-negara Asean terutama dalam hal sebagai penerima dan pengirim bantuan ke negara di luar non Asean.
Karenanya, mekanisme dan peraturan penerimaan serta pengiriman bantuan antarnegara Asean-non Asean tetap diperlukan pedoman. Hal ini melengkapi pedoman yang pernah dibuat sebelumnya oleh 18 negara yang tergabung di dalam East Asia Summit (EAS) di tahun 2015. Pedoman yang telah ada, selanjutnya dilatihkan pada lokakarya International Disaster Assisstance 2018 di Perth, Australia pada tanggal 8 – 11 Mei 2018.
Deputi I Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) B Wisnu Widjaja yang juga Co-Host dalam lokakarya tersebut menjelaskan latihan ini penting bagi 18 negara anggota yang tergabung dalam EAS ini karena pedoman yang ada sifatnya tidak mengikat.
Lokakarya dihadiri 70 orang dari 18 negara peserta EAS. Australia menjadi tuan rumahnya dipimpin Plt Direktur Jenderal Emergency Management Australia (EMA), Robert Cameron OAM dan Indonesia yang diwakili BNPB menjadi wakil tuan rumah B Wisnu Widjaja.
“Latihan-latihan seperti pada lokakarya ini menjadi penting dalam program menangani kebencanaan. Semua negara maju maupun berkembang menjadi saling belajar memahami bagaiman cara mengirim dan menerima bantuan saat kebencanaan terjadi. Prosedur menjadi jelas dan masing-masing negara dapat mempersiapkan sesuai birokrasinya,” jelas Wisnu, ketika dihubungi usai menutup lokakarya, di Perth, Kamis (10/5) petang.
Ia menambahkan dalam latihan muncul berbagai persoalan penting dan perlu pembahasan lebih lanjut antarnegara maupun internal negara masing-masing. Alasannya, pedoman dari EAS memuat proses permohonan ataupun pengajuan bantuan internasional dan sebagai dokumen panduan untuk para pengambil keputusan menerima atau mengirimkan bantuan saja. Sifatnya tidak mengikat.
Isi pedoman tersebut terdapat tiga bagian buku. Yaitu, buku pedoman pertama memuat kontak dan alamat institusi/lembaga/ departemen yang memiliki kewenangan suatu negara terkait penyaluran maupun penerima bantuan dari atau ke negara lain. Buku pedoman kedua berisi tata cara pengiriman dan penerimaan bantuan. Selanjutnya buku pedoman ketiga berisi kapasitas dan kemampuan masing-masing negara terkait bantuan kebencanaan.
Lokakarya di buka oleh Menteri Penegakan Hukum dan Keamanan Siber Australia Angus Taylor MP. Dalam pidato pembukaannya ia menyambut baik kegiatan ini. Ia menegaskan pentingnya peran Australia, Indonesia dan negara-negara EAS lainnya untuk dapat bekerja sama dalam penanggulangan bencana khususnya situasi tanggap darurat.
“Indonesia adalah mitra dekat negara Australia sejak tahun 2011 dalam penanggulangan bencana untuk situasi tanggap darurat yang lebih baik kedepannya. Lokakarya ini diharapkan memberi manfaat dan ilmu bagi seluruh negara peserta yang hadir,” kata Angus.
East Asia Summit (EAS) adalah forum regional terbuka yang muncul di kawasan Asia Timur sejak tahun 2005 guna membahas penangganan bencana secara bersama. Di awal pembentukannya, terdapat 16 negara peserta EAS, yaitu 10 negara ASEAN, Australia, China, India, Jepang, Republik Korea dan Selandia Baru. Amerika Serikat dan Federasi Rusia resmi bergabung menjadi peserta EAS pada KTT ke-6 EAS di Bali, November 2011. Saat ini, jumlah negara peserta EAS menjadi 18negara.
Pada bulan November 2016 lalu, Indonesia yang bermitra dengan Australia, melakukan latihan penanggulangan bencana di Ambon (Ambon DiREx). Tujuan penyelenggaraan di Ambon tersebut untuk membangkitkan kesadaran serta melatih penerapan buku-buku pedoman penanganan kebencanaan yang selesai disusun tahun 2015. Hal ini juga sebagai protokol regional dalam memperkuat kolaborasi yang efektif dalam penanggulangan bencana dan ketangguhan di kawasan ASEAN.
“Kerjasama ini diharapkan memperkuat kesiapsiagaan untuk tanggap darurat yang efisien dan efektif di semua tingkatan. Maka perlu memperkuat pendekatan regional yang terkoordinasi serta mekanisme operasional yang efektif guna dapat membantu negara ASEAN dan non-ASEAN anggota EAS yang terkena dampak. Melalui lokakarya ini juga diharapkan adanya perwujudan komitmen berkelanjutan dan tekad yang teguh untuk meningkatkan ketangguhan kawasan,” tegas Wisnu.
Ia berterimakasih atas kerjasama dan kolaborasi yang terjalin dengan Australia dan seluruh negara peserta. Hal senada juga dikatakan Robert Cameron OAM dalam sambutan penutupnya, kata Wisnu. Rencananya, pertemuan dan latihan ini berlanjut bulan November 2018 di Cilegon.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.