J. J. Rizal: Peter Kasenda Gigih Melawan Desukarnoisasi
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Pendiri penerbit buku Komunitas Bambu J. J. Rizal mengenang mendiang Peter Kasenda sebagai sejarawan Indonesia yang gigih melawan desukarnoisasi. Kegigihan Peter menulis tentang presiden pertama Republik Indonesia Soekarno menjadi titik temunya dengan Komunitas Bambu.
Dihubungi Selasa (11/9/2018), Rizal mengatakan, salah satu masalah terbesar dalam historiografi Indonesia adalah desukarnosasi yang dimulai oleh pemerintah Orde Baru. Namun, mendiang Peter muncul sebagai sosok yang tidak puas menekuni sejarah Sukarno hanya untuk menyusun skripsi.
“Desukarnoisasi adalah proyek Orde Baru untuk membunuh karakter Sukarno, bahkan menghilangkan peran sejarahnya. Selama sejarah Sukarno gelap, akan gelap juga sejarah proses, alasan, dan cita-cita kita menjadi Indonesia. Fokus Peter pada studi Sukarno tidak hanya berhenti setelah skripsinya tentang masa muda Sukarno. Ia terus menekuni Sukarno sampai keluar paling tidak lima buku biografinya,” kata Rizal.
Menurut Rizal, studi tentang Sukarno mayoritas dilakukan oleh sejarawan asing. Meskipun ada sejarawan Indonesia yang melakukan studi tentan Sukarno, tidak ada orang yang segigih Peter.
Beberapa buku Peter tentang Sukarno antara lain Sukarno Muda: Biografi Pemikiran 1926-1933 (2010), Hari-hari Terakhir Sukarno (2012), Bung Karno Pahlawan Revolusi (2014), Sukarno, Marxisme & Leninisme: akar pemikiran kiri & revolusi Indonesia (2014), dan Soekarno di Bawah Bendera Jepang, 1942-1945 (2015).
Rizal menambahkan, buku yang paling berkesan untuknya adalah Hari-hari Terakhir Sukarno. “Kemampuan dan kesabaran Peter merajut banyak data serta informasi dapat mengantarkan kita masa paling gelap dan tragis Sukarno. Namun, buku itu sekaligus menggambarkan kebesaran jiwa seorang Sukarno,” kata dia.
Sebagai seorang pribadi, Rizal mengenal peter sebagai sosok yang pekerja keras dan sederhana. Mahkota Peter adalah buku dan pengetahuan, bukan baju ataupun penampilan lahiriah.
“Saya sempat membuat video ketika ia sengaja datang ke Komunitas Bambu hanya untuk pamer telah membeli baju baru dari obralan Rp 100.000. Tetapi, kemudian ia masuk toko buku Komunitas Bambu belanja buku sampai Rp 1 juta tanpa bertanya apa ada diskon, apalagi obral,” kata Rizal.
Peter Kasenda meninggal di usia yang ke-61 pada Jumat (7/9/2018). Jenazahnya disemayamkan di Rumah Duka RS. Elisabeth, Narogong, Kota Bekasi. Misa pelepasan jenazah akan diadakan pada Rabu (12/9/2018) pukul 10.00 WIB. Jenazah Peter akan dikebumikan di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur, pada pukul 12.00 WIB. (KRISTIAN OKA PRASETYADI)