Menelusuri Keragaman budaya dan Hayati di Wallacea
Oleh
Ayu Pratiwi
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Wallacea Week 2018 digelar di Perpustakaan Nasional, Jakarta, pada 11-17 Oktober 2018. Keanekaragaman wilayah Wallacea yang terletak di kepulauan Indonesia bagian timur ditampilkan melalui berbagai kegiatan, seperti pameran, seminar umum, pemutaran dan diskusi film dokumenter, bedah buku, serta pertunjukan seni.
Acara yang digelar oleh British Council, British Embassy Jakarta, dan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) itu merupakan bagian dari kampanye mengenai Wallace dan Wallacea yang akan dilakukan hingga 2019, sekaligus dalam rangka memperingati 150 tahun terbitnya buku The Malay Archipelago oleh penjelajah dan naturalis Inggris, Alfred Russel Wallace. Buku itu mendokumentasikan perjalanan Wallace di daerah Wallacea pada 1854-1862.
"Mengingat dan mengkaji peninggalan Wallace serta daerah Wallacea merupakan sebuah upaya berkesinambungan untuk secara maksimal menggali potensi yang ada," ujar Ketua AIPI Satryo Soemantri Brodjonegoro saat pembukaan Wallacea Week 2018, Kamis (11/10/2018).
Pada Wallacea 2017, kisah hidup Wallace, gagasannya tentang evolusi,
jalur Wallacea, serta flora dan fauna yang hidup di sana telah dipamerkan. Pada Wallacea 2018, warisan Wallace itu digali lebih dalam dengan mengangkat beragam tema keragaman budaya dan hayati di Wallacea, seperti makanan, serta konservasi flora dan fauna.
"Daerah Wallacea menjadikan Indonesia pemegang peran penting dalam isu keberagaman. Indonesia perlu terus melanjutkan peran ini agar dapat menginspirasi tidak hanya masyarakat Indonesia sendiri, namun juga seluruh dunia, untuk menggali potensi daerah Wallacea," tutur Paul Smith, Direktur British Council Indonesia.
Moazzam Malik, Duta Besar Inggris untuk Indonesia menambahkan, "Wilayah Wallacea dan karya Wallace menunjukkan keunikan keanekaragaman hayati dan budaya sosial Indonesia. Wallacea Week 2018 merupakan kesempatan untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan partisipasi publik dalam melindungi dan mempromosikan keanekaragaman Indonesia".