JAKARTA, KOMPAS — Menjaga keamanan makanan dari pencemaran merupakan faktor penting agar terhindar dari penyakit ringan dan berat. Selain itu, ada pula faktor pemahaman tentang kandungan dalam makanan dan preservasi makanan. Namun, hal-hal tersebut masih cenderung diabaikan oleh masyarakat.
Head of Regulatory Affairs Nestle Indonesia Rochratri Wandansari mengatakan, selama ini masyarakat kerap kurang menyadari terkait kandungan makanan yang mereka konsumsi. Bukan hanya tentang kandungan gizinya, melainkan juga kandungan zat yang berbahaya.
”Masyarakat baru menyadari saat sudah menderita sakit. Oleh karena itu, penting kiranya masyarakat mulai memahami kandungan dalam makanan yang dikonsumsi,” ujar Rochratri saat ditemui pada diskusi Don’t Let Good Food Go Bad oleh Nestle Indonesia di Jakarta, Rabu (19/12/2018).
Direktur Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology Nuri Andarwulan mengatakan, sangat kecil kemungkinan makanan bisa terbebas dari bahaya pencemaran. Tiga hal yang memengaruhi pencemaran tersebut adalah mikrobiologi, zat kimia, dan benda fisik.
”Bahaya tersebut harus sebisa mungkin direduksi oleh industri pengolah pangan atau rumah tangga,” ujar Nuri.
Nuri menambahkan, ketiganya dapat berdampak pada beberapa penyakit jika terkandung dalam makanan. Penyakit tersebut tak hanya penyakit ringan, seperti mual, muntah, dan diare, tetapi juga penyakit serius, seperti kanker.
”Efek dari mikroba biasanya langsung terjadi, bahkan hingga kronis. Beberapa kanker, seperti kanker hati, juga diperkirakan karena efek dari jamur berbahaya,” kata Nuri.
Upaya untuk menjaga makanan dari pencemaran bisa dilakukan dengan beberapa hal, antara lain menjaga makanan beku tetap beku dan makanan dingin tetap dingin. Dengan begitu, umur simpan dari makanan tersebut bisa terjaga.
”Kita harus upayakan makanan beku yang dibeli dari pusat perbelanjaan hingga rumah tetap beku. Jika tidak, mutunya akan berkurang,” ujarnya. Nuri menambahkan, upaya lainnya adalah dengan menjaga makanan kemasan tetap tertutup serta menjaga makanan panas tetap pada suhu tinggi.
Suhu ”freezer”
Suhu pada lemari pendingin juga berpengaruh terhadap keamanan makanan. Nuri mengatakan, idealnya suhu freezer pada lemari pendingin rumah tangga adalah minus 12 derajat celsius. Adapun bagian selain freezer idealnya harus bersuhu 4 derajat celsius pada malam hari dan 10 derajat celsius pada siang hari.
”Kalau malam, lemari pendingin cenderung jarang dibuka dan ditutup. Berbeda dengan siang yang lebih sering dibuka,” katanya.
Nuri menekankan, tidak semua makanan harus diawetkan dalam lemari pendingin, seperti buah-buahan. Tidak semua buah tahan terhadap suhu dingin. Makanan kaleng yang belum dibuka juga akan percuma jika disimpan dalam lemari pendingin.
”Kentang dan bawang juga memiliki respirasi yang tinggi sehingga dapat mempercepat makanan lain matang atau busuk,” ujar Nuri.
Menjaga kemanan pangan juga menjadi tanggung jawab produsen pangan. Head of Quality Management Nestle Indonesia Iwan Utama mengatakan, salah satu upaya yang dilakukan untuk menjaga keamanan pangan yakni dengan memetakan lahan pertanian.
Hal itu terutama berkaitan dengan kandungan logam. ”Misalnya, kakao yang rawan terhadap logam berat. Kami memilih kakao dari lahan yang bebas dari kandungan logam tersebut,” ujarnya.
Nuri menambahkan, salah satu teknologi pangan yang dapat menekan terjadinya pencemaran pada makanan bisa dilakukan dengan pengeringan cepat pada kacang. Pengeringan langsung setelah panen tersebut mampu mengurangi senyawa aflatoksin yang dapat mengakibatkan kanker. (FAJAR RAMADHAN)