JAKARTA, KOMPAS— Kesiapsiagaan menghadapi bencana harus terus dilakukan dalam berbagai aspek. Itu mencakup penguatan manajemen mitigasi bencana, tata ruang berwawasan bencana, dan pembiayaan berkelanjutan.
”Kita negara yang berada di cincin api. Ini kita pahami. Kita juga mengetahui, ada banyak potensi gempa. Kita tahu, cuma kapan terjadinya tidak ada yang bisa tahu. Seahli apa pun, hanya bisa memprediksi,” kata Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, Senin (11/2/2019).
Untuk itu, hal terpenting adalah terus melaksanakan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana. Itu mensyaratkan semua pihak terlibat. ”Paling penting adalah bersiap dan mitigasi, mengajak dan melatih masyarakat. Kita hanya bisa memprediksi,” kata Kalla.
Kalla menyatakan hal itu menanggapi prediksi ilmuwan bahwa segmen gempa (megathrust) Mentawai mendekati siklusnya. Indonesia juga memiliki 7 segmen gempa lain menyimpan energi dan berpotensi memicu gempa tektonik.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo, beberapa waktu lalu, mengatakan, BNPB bersama lembaga terkait menyiapkan program mitigasi tentang segmen gempa bumi di Indonesia. Lembaga yang dimaksud antara lain Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
”Dari hasil kajian oleh sejumlah pakar kebencanaan, ada sejumlah potensi megathrust di beberapa wilayah. Ini harus kita sampaikan ke publik dengan cara tepat agar semua kawasan rawan bencana menyiapkan diri,” kata Doni.
Untuk memperkuat manajemen mitigasi dan penanggulangan bencana, awal tahun ini pemerintah telah merevisi Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang BNPB. Salah satu substansinya ialah penguatan koordinasi antarpemangku kepentingan, seperti kementerian dan lembaga negara, pemda, TNI, dan polisi.
Pemerintah juga mengevaluasi rencana tata ruang wilayah di area rawan bencana. Menurut Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan A Djalil, penyusunan RTRW mempertimbangkan mitigasi bencana tetapi penegakan hukumnya lemah.
Sementara itu, gempa kembali dirasakan di Bandung, Jawa Barat, kemarin, pukul 13.08.50 WIB. Episenter gempa berkekuatan M 4,1 ini terletak di darat, sekitar 17 kilometer tenggara Kabupaten Bandung dengan kedalaman 10 km.
”Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa ini jenis dangkal akibat aktivitas Sesar Garsela (Garut Selatan),” kata Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah II Tangerang Selatan Joko Siswanto.
Guncangan gempa itu dirasakan di Bojongsoang dan Banjaran, Kabupaten Bandung, skala II Modified Mercalli Intensity. Belum ada laporan kerusakan akibat gempa. Menurut Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan BMKG Daryono, pada pukul 13.25, ada gempa susulan M 2,3. Sesar Garsela belakangan lebih kerap memicu gempa.
Menurut riset oleh Andri Dian Nugraha dari Global Geophysics Research Group ITB, sesar Garsela dibagi dua segmen, yakni Rakutai sepanjang 19 km dan Kencana sepanjang 17 km. Untuk itu, perlu pemetaan skala rinci. (LAS/AIK)