Copa de Flores Gandeng Tekfin Kembangkan Tenun Ikat
Copa de Flores, usaha rintisan tenun ikat, bekerja sama dengan perusahaan teknologi finansial jenis pinjaman antarpihak, Modal Rakyat, untuk mengembangkan tenun ikat Nusa Tenggara Timur. Tenun ikat yang menjadi kekhasan provinsi tersebut, selama ini sulit berkembang karena berbagai sebab sekalipun potensinya besar.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
JAKARTA,KOMPAS — Copa de Flores, usaha rintisan tenun ikat, bekerja sama dengan perusahaan teknologi finansial jenis pinjaman antarpihak, Modal Rakyat, untuk mengembangkan tenun ikat Nusa Tenggara Timur. Tenun ikat yang menjadi kekhasan provinsi tersebut, selama ini sulit berkembang karena berbagai sebab sekalipun potensinya besar.
Pendiri Copa de Flores Maria Gabriella Isabella saat peluncuran program "Mera Bura", di Jakarta, Selasa (13/8/2019), menyebutkan, salah satu yang membuat kain tenun ikat tak berkembang karena sebagian besar penenun masih berpikir tradisional, tidak mengikuti tren di masyarakat.
Mera Bura merupakan gerakan pelestarian budaya Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui busana yang dilakukan Copa de Flores. Busana yang dilestarikan khususnya, kain tenun Flores, khas NTT. Mera Bura berasal dari bahasa Maumere, Flores yang berarti Merah-Putih.
“Mereka menenun sesuai dengan perasaan hati mereka dan tidak mempelajari tren yang berkembang di masyarakat,” kata Isabella.
Alhasil, kain tenun ikat yang mereka buat sulit dipasarkan. Apalagi, mereka tidak memiliki pengetahuan untuk memasarkan produk mereka.
Melihat kondisi tersebut, pada 2015, Isabella bersama 7 perempuan yang masih berusia muda mendirikan Copa de Flores. Mereka lantas bekerja sama dengan komunitas penenun di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk memberdayakan perempuan melalui kegiatan menenun.
Kali ini, untuk lebih mengembangkan tenun ikat, Copa de Flores bekerja sama dengan perusahaan teknologi finansial jenis pinjaman antarpihak, Modal Rakyat. Modal Rakyat memberikan dana tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR sebesar Rp 74 juta untuk program Mera Bura.
Dana tersebut rencananya akan disalurkan oleh Copa de Flores kepada komunitas penenun. “Mereka akan diberikan modal untuk membeli bahan dan hasil tenunnya kita beli. Beberapa dana juga dialokasikan untuk mengembangkan desa tenun,” kata Isabella.
Tenun yang dibeli oleh Copa de Flores tersebut akan dipasarkan melalui media sosial dan pameran busana. Mereka juga memasarkan melalui gerai yang mereka miliki di pusat perbelanjaan.
Ia menargetkan, dalam enam bulan pertama dapat melatih 8 desa di Kabupaten Sikka dengan total penenun sebanyak 45 orang. Isabella berharap, program Mera Bura dapat berkembang dan terus meningkat.
CEO Modal Rakyat Stanislaus MC Tandelilin mengatakan perusahaan memilih memberikan dana CSR untuk Mera Bura karena perusahaan ingin mengembangkan bisnisnya di wilayah timur Indonesia.
Ketua Harian Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia Kuseryansyah mengatakan, tenun adalah budaya lokal asli Indonesia. Inisiatif yang dibuat Copa de Flores akan bisa berkembang apabila memiliki pembeli. Tantangan dari program ini ada pada cara berjualan sehingga memiliki pasar yang jelas.
“Kehadiran P2P (teknologi finansial jenis pinjaman antarpihak) untuk UMKM terutama di wilayah terpencil sangat dibutuhkan untuk pengembangan usahanya sebab tidak semua bank atau perusahan peminjaman uang lainnya mau memberikan pinjaman,” kata Kuseryansyah.
Kepala Sub Direktorat Metodologi Analisis Riset Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Dian Permanasari mengatakan, program seperti Mera Bura sangat baik untuk mengembangkan produk lokal. Apalagi program coba mengaplikasikan perkembangan teknologi informasi.
Ia pun optimis program ini dapat berkembang karena busana merupakan salah satu produk kreatif unggulan di Indonesia. Busana berada di urutan nomor dua dan hanya kalah dari produk kuliner.
Menurut Dian, metode yang digunakan Copa de Flores dapat mengembangkan UMKM di NTT sebab sebagian besar UMKM di Indonesia masih belum memiliki manajemen yang bagus. Mereka juga belum dapat memanfaatkan internet dengan baik sehingga perlu mendapatkan pendampingan.