Perusahaan Bisa Optimal Transfer Ilmu ke Mahasiswa Magang yang 3 Semester
Kampus Merdeka diharapkan kian mempertemukan dunia usaha dan dunia pendidikan. Masa magang yang lama diyakini akan memudahkan dunia usaha transfer ilmu ke mahasiswa.
Oleh
FAJAR RAMADHAN dan INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dunia usaha menyambut terbuka kebijakan Kampus Merdeka yang dicetuskan pemerintah. Langkah ini diharapkan kian mengeratkan kebutuhan dunia usaha dengan calon tenaga kerja yang dididik di kampus.
Kampus Merdeka intinya membuat proses perkuliahan tidak hanya dihitung dari jumlah pertemuan di ruang kelas. Kegiatan mahasiswa di laboratorium, mengerjakan proyek, magang, dan berbagai aktivitas di luar kampus yang menunjang peningkatan kompetensinya turut dilihat sebagai bagian dari kuliah.
Human Resource Manager PT Benesse Indonesia—perusahaan layanan kursus matematika Shinkenjuku—Kurnia Prasanti Rahardjo antusias menyambut kebijakan Kemendikbud tersebut. Menurut dia, dengan durasi magang yang lama, mahasiswa dapat memberikan kontribusi yang kentara bagi perusahaan.
Di sisi lain, mahasiswa juga bisa mendapatkan pengalaman yang lebih kaya. Selama ini, perusahaan cenderung enggan menerima mahasiswa magang dalam waktu singkat. ”Kalau kami memang mencari anak magang dengan durasi 4-6 bulan, karena jika tidak, umumnya pekerjaan yang dibebankan hanya hal-hal sepele,” katanya, Senin (10/2/2020).
Menurut Nia, waktu yang singkat hanya cukup bagi perusahaan untuk memberikan pelatihan dasar. Padahal, perusahaan berharap para mahasiswa magang tersebut bisa mempraktikkan ilmu yang diberikan di perkuliahan di tempat mereka.
Terlebih, selama ini PT Benesse Indonesia selalu memprioritaskan mahasiswa magang untuk menjadi karyawan setelah lulus kuliah. Dengan syarat, penilaian mereka selama proses magang memenuhi kriteria perusahaan. ”Nah, kalau diberikan kesempatan selama 3 semester, misalnya, akan sangat baik sekali,” ujarnya.
Komitmen sampai tuntas
Senior Brand Communications and PR Bhinneka.com Dragono Halim menjelaskan, penerimaan mahasiswa magang di tempatnya berangkat dari kebutuhan masing-masing divisi. Beberapa bulan lalu, misalnya, ada sejumlah mahasiswa magang di divisi yang membidangi media sosial.
Mahasiswa magang di Bhinneka.com sekitar tiga bulan. Yang magang di bagian strategis akan didampingi pekerja tetap. Sementara yang magang di bagian administrasi dan surat-menyurat akan dilepas bekerja sendiri. Tentu saja hal itu dilakukan setelah perusahaan membekali mahasiswa magang dengan aturan yang berlaku di perusahaan.
Perusahaannya membuka ruang untuk waktu magang lebih lama. Terkait hal ini, harus ada pedoman dari perguruan tinggi asal mahasiswa tersebut. Mahasiswa magang juga diminta berkomitmen menyelesaikan masa magang sampai tuntas.
Bhinneka.com juga membuka peluang bagi mahasiswa yang magang berdasarkan minat meski tidak linier dengan jurusan. Tim Bhinneka terlebih dahulu akan melakukan asesmen terkait layak atau tidaknya mahasiswa itu magang di divisi yang diinginkan.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial Antonius J Supit mendorong para pengusaha agar membuka diri untuk menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi. Sebab, banyak lulusan perguruan tinggi yang nantinya akan berkiprah di sektor tersebut.
”Ini adalah momentum yang tepat bagi kedua sektor untuk saling menjalin kerja sama demi peningkatan mutu SDM,” katanya.
Anton menilai kebutuhan tenaga kerja setiap perusahaan berbeda-beda. Tidak semua perusahaan mencari lulusan yang menguasai banyak bidang ilmu. Tidak sedikit perusahaan membutuhkan kemampuan lulusan yang kompeten sesuai bidang studinya.
”Karena itu, industri harus memberikan informasi tentang kompetensi apa saja yang mereka butuhkan kepada pihak kampus. Baru setelah itu mereka menyiapkan apa yang pasar kerja butuhkan,” katanya.