Gerakan Pramuka Berharap Tambahan Anggaran Rp 96 Miliar
Untuk tahun ini, Gerakan Pramuka telah mendapat alokasi dana sebesar Rp 6 miliar. Tambahan Rp 96 miliar dibutuhkan dengan dalih banyak kegiatan yang harus dilaksanakan Gerakan Pramuka.
Oleh
NINA SUSILO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gerakan Pramuka berharap memperoleh anggaran tambahan tahun 2020 dengan dalih banyak kegiatan yang harus dilaksanakan. Tak tanggung-tanggung, anggaran yang diminta mencapai Rp 96 miliar. Untuk tahun ini, Gerakan Pramuka telah mendapat alokasi dana sebesar Rp 6 miliar dari Kementerian Pemuda dan Olahraga.
”Bisa dilihat, besok ini ada kegiatan rakernas. (Kemudian) 2021 ada jambore nasional. Banyaklah (kegiatannya),” kata Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Indonesia Budi Waseso seusai bertemu Wakil Presiden Ma’ruf Amin di Kantor Wapres, Jakarta, Selasa (18/2/2020) sore.
Serangkaian kegiatan itu perlu dilaksanakan salah satunya untuk mendorong semakin banyak orang tertarik ikut pramuka.
Upaya lain untuk mendorong minat itu, menurut Budi, dengan menggencarkan sosialisasi melalui media sosial dan situs resmi pramuka. Cara itu sengaja ditempuh untuk menjangkau generasi muda yang saat ini banyak menggunakan internet dan media sosial.
Saat ini, kata Budi, tercatat 25 juta anggota pramuka di seluruh Indonesia yang menjadi bagian dari 55 juta anggota pramuka dunia.
Pengamat pendidikan Darmaningtyas menilai, semestinya seluruh program telah direncanakan Gerakan Pramuka sejak tahun lalu sehingga jelas kegiatan dan program yang akan dikerjakan sepanjang 2020. ”Paling penting, programnya rinci dan terencana betul,” katanya.
Gerakan Pramuka, dia melanjutkan, sesungguhnya juga menghadapi tantangan memudarnya minat siswa untuk mengikuti kegiatan itu. Pramuka menjadi sekadar seragam yang harus dikenakan pada hari-hari tertentu tanpa memahami manfaat dan makna menjadi pramuka.
Menghadapi persoalan itu, Darmaningtyas mendorong adanya reorientasi gerakan pramuka. ”Tidak sekadar tepuk-tepuk tangan. Namun, kalau melihat Indonesia sebagai wilayah rawan bencana, mungkin membangun kepanduan untuk menolong sesama jauh lebih relevan. Pelajaran tali-temali mungkin relevan karena kemahiran ini relevan dalam kondisi darurat,” tuturnya.
Selain itu, pramuka masih relevan untuk membangun nasionalisme. Oleh karena itu, pendidikan kebangsaan sangat penting untuk dikuatkan kembali dalam Gerakan Pramuka. Pendidikan kebangsaan bisa sekaligus menjadi perekat sosial dan bangsa. Adapun pendidikan kebencanaan dapat membantu memberi pertolongan di daerah yang mengalami bencana.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Budi melanjutkan, juga menginginkan agar Gerakan Pramuka berkontribusi dalam pencegahan radikalisme. Dengan demikian, perlu ada pembinaan bela negara bagi pramuka.
Dalam peringatan Hari Pramuka 2019, Presiden Joko Widodo mengingatkan agar pramuka menekankan pendidikan dan pembentukan karakter. Hal ini sangat penting dalam menghadapi berbagai masalah saat ini, seperti penyalahgunaan narkoba, tawuran, sikap intoleransi, dan media sosial yang penuh kabar bohong (hoaks), pornografi, dan ujaran kebencian. Pramuka juga membentuk generasi muda yang rela menolong, tabah, cinta tanah air, berani dan siap mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.