Niat beribadah umrah di Tanah Suci sudah disiapkan calon jemaah jauh sebelumnya. Namun, saat impian itu di depan mata, terpaksa batal karena wabah virus korona merebak ke sejumlah negara.
Oleh
Fransiskus Wisnu Wardhana Dany, Aditya Diveranta
·3 menit baca
Bayang-bayang Masjidil Haram sudah melekat di benak Indah Fitriati (52) sebulan terakhir. Pekan depan, persisnya 5 Maret 2020, untuk pertama kalinya dia akan menjejakkan kaki di Arab Saudi guna menjalankan ibadah umrah.
Hanya tersisa satu tahapan lagi yang harus dilaluinya sebelum impian itu terwujud. Kamis (27/2/2020), ibu rumah tangga ini berencana suntik vaksin meningitis di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta wilayah kerja Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Di tengah macetnya perjalanan, dia mendapatkan pesan dari anaknya yang bekerja di salah satu media massa nasional. Pemerintah Arab Saudi untuk sementara menghentikan layanan umrah karena penyebaran virus korona tipe baru atau Covid-19. Demikianlah kira-kira isi pesan tersebut.
Indah terkejut, lantas segera menghubungi agen perjalanan umrah yang digunakannya. Berkali-kali nomor yang dihubunginya sibuk. Ternyata pihak agen perjalanan tengah sibuk menjawab satu per satu pertanyaan jemaah umrah. ”Seminggu lagi (berangkat), tinggal suntik meningitis. Kelengkapan lain sudah beres, tetapi enggak tahu bisa berangkat atau tidak,” ujar Indah.
Indah tadinya berencana untuk menjalankan umrah bersama ibu-ibu pengajiannya pada awal Ramadhan. Niat itu urung terlaksana karena saran salah satu kenalannya. Saat lailatulkadar, jumlah jemaah lebih banyak dari hari biasanya sehingga akan menyulitkannya. ”Saya ada gangguan di kaki dan punggung. Cepet capek kalau berdiri terlalu lama. Kalau ditunda, kapan lagi bisa berangkat?” ujarnya.
Semua keperluan perjalanan, mulai dari akomodasi hingga seragam, sudah disiapkan. Namun, mau tidak mau, dia harus mengikuti keputusan penyedia layanan umrah. Indah bertawakal, kalau tidak diizinkan berangkat, jangan memaksa. Tetapi, kalau rezekinya berangkat, akan ada jalan. ”Enggak bisa memaksa, ikutin saja,” ujarnya.
Kamis sore, Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta wilayah kerja Halim Perdanakusuma lengang. Ada dua petugas keamanan berjaga di gerbang dan delapan mobil yang terparkir di halaman kantor.
Pelayanan telah usai. Saban harinya layanan dimulai pukul 07.00 hingga pukul 14.30. ”Tadi pagi puluhan orang datang, termasuk jemaah umrah,” kata Nur Hidayat, salah satu petugas keamanan.
Dia belum mendengar informasi adanya penutupan layanan umrah untuk sementara. Bahkan, dia menyarankan untuk datang lebih awal antara pukul 07.00 dan pukul 10.00 untuk suntik vaksin meningitis.
Sebaiknya membawa fotokopi kartu tanda penduduk dan paspor dari rumah. Kemudian, mengisi formulir dan antre untuk suntik. Sebab, tempat fotokopi di sekitar situ baru buka pukul 10.00. Demikian saran dari Nur. Tidak lupa dia mengingatkan, biaya suntik vaksin meningitis per orang sebesar Rp 305.000.
Rasa cemas
Bagi calon jemaah, situasi ini sangat mengkhawatirkan. Penghentian sementara umrah dan kunjungan ke Masjid Nabawi juga memberi rasa waswas bagi calon pengguna jasa. Rita Sukarti (65), warga Jakarta Selatan, berharap penundaan tidak terjadi hingga momen Ramadhan.
”Saya memang berencana untuk umrah saat Ramadhan. Saat saya dengar info ini, saya pikir respons Pemerintah Arab Saudi agak berlebihan. Saya harap ini enggak berlangsung lama karena dapat mengurangi nilai afdal saat Ramadhan,” tutur Rita.
Lantaran kompleksnya masalah ini, penyedia jasa layanan perjalanan umrah meminta pendampingan pemerintah. Mereka perlu mengambil langkah-langkah dalam waktu dekat menyangkut nasib calon jemaah dan jemaah yang telanjur berangkat.