Calon Jemaah Ikhlaskan Penundaan Umrah di Tanah Suci
Ratusan anggota jemaah umrah asal Indonesia mengikhlaskan penundaan keberangkatan mereka ke Arab Saudi setelah pemerintah setempat menangguhkan kedatangan jemaah umrah dari negara yang berpotensi terdampak virus korona.
Sore, pukul 15.30 WIB, Ninin (47) terduduk lemas di dudukan tiang dekat pintu keluar Terminal 3 Keberangkatan Internasional Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Bersama kerabat perempuannya yang memakai pakaian syar’i warna senada, ia mengambil jeda sejenak sebelum pulang ke rumah.
Warga Kabupaten Tangerang itu baru saja tiba di bandara internasional itu sekitar pukul 13.30 WIB. Bersama rombongan yang berjumlah 32 orang, ia hendak berangkat ke Arab Saudi dengan maskapai Garuda Indonesia untuk menunaikan ibadah haji kecil atau umrah.
Namun, hal itu tidak jadi terlaksana sebab Pemerintah Arab Saudi tiba-tiba menahan keberangkatan jemaah umrah, Kamis (27/2/2020) sekitar pukul 05.00 waktu Indonesia barat (WIB). Keputusan itu dikeluarkan untuk mencegah penyebaran virus korona jenis baru (Covid-19), yang saat ini sudah terkonfirmasi di lebih dari 40 negara.
Air muka Ninin suram. Selain tidak menyangka perjalanan yang sudah disiapkan jauh-jauh hari dibatalkan, ia juga khawatir pemberangkatannya ke Tanah Suci yang dibatalkan tiba-tiba menjadi bahan omongan tetangga. ”Saya takut di-rumpiin,” ujarnya.
Baca juga : Keinginan Beribadah Terempas karena Wabah
Berusaha menenangkan Ninin, Ana, koordinator rombongan calon jemaah tersebut, berkata, ”Jangan pikirin tetangga, tetangga akan mengerti karena di TV dikabarkan semua (keberangkatan umrah) diberhentikan. Kalau Pemerintah Arab Saudi udah ngomong, siapa yang berani? Orang dia yang punya tempat,” tuturnya.
Sebagai koordinator perjalanan umrah tersebut, Ana mencoba mendapat kepastian agar tiket pesawat jemaahnya tidak hangus. Ia juga berusaha menghubungi pihak penyedia akomodasi di Arab Saudi, yang sudah dibayarkan uang mukanya, agar mendapatkan solusi akibat pembatalan sementara waktu keberangkatan.
Ratusan calon jemaah yang hendak terbang hari ini juga tidak lagi melihat kesempatan untuk berangkat dalam waktu dekat. Abdul (37), calon jemaah asal Yogyakarta, pun memutuskan untuk pulang ke tempat asalnya setelah boarding pass yang telah ia terima ditolak.
Bersama rombongan yang berjumlah 14 orang, ia seharusnya berangkat ke Madinah sekitar pukul 13.30 WIB dengan maskapai Saudia Airlines. Namun, setelah check-in dan menerima boarding pass, sekitar pukul 12.00 WIB, mereka mendapat informasi bahwa mereka tidak bisa diterbangkan dengan pesawat yang ada.
”Yang jelas, kita menunggu keputusan atau pengumuman selanjutnya dari Pemerintah Arab Saudi,” ujarnya, yang beruntung mendapat tanggungan tiket pulang dari agen perjalanannya.
Ikhlas
Di tempat lain, Indah Fitriati (52), ibu rumah tangga, yang telah mempersiapkan 75 persen keperluan keberangkatan umrah pertamanya itu, sudah mengikhlaskan keputusan tersebut. Perjalanan yang telah ia niatkan jauh-jauh hari itu sudah dijadwalkan mulai pada 5 Maret 2020.
”Mau enggak mau, harus terima karena enggak ada pilihan. Saya justru bertanya-tanya kemarin, kok, Arab Saudi masih mau menerima orang dari seluruh dunia. Jadi, enggak bisa memaksakan, enggak boleh bernafsu. Kalau rezeki, ya, berangkat. Kalau enggak bisa berangkat, jangan memaksa,” tutur ibu rumah tangga itu, di Jakarta.
Wiraswasta seperti Umi (52) juga harus merelakan niat untuk mengawali bulan Ramadhan di Mekkah dan Madinah. Ia bersama suami baru saja memesan perjalanan umrah pada 26 Februari 2020 untuk keberangkatan 22 April 2020. Kepada salah satu agen perjalanan di Jakarta, ia telah membayar uang muka sepertiga biaya umrah yang mencapai hampir Rp 30 juta.
Umi menyebutkan, dirinya dan suami tidak terpikir bahwa akan ada upaya pencegahan dari Pemerintah Arab Saudi yang akan berdampak kepada mereka. Meski bukan pengalaman pertamanya beribadah di Tanah Suci, ia mengaku ikhlas dengan keputusan itu demi mencegah penularan epidemi.
”Ikhlas saja karena bukan kehendak kita. Yang kecewa itu kalau enggak ada apa-apa, tapi ada travel warning. Virus (Covid-19) ini, kan, sudah jadi epidemi di seluruh dunia. Kita enggak bisa memaksakan juga,” ucapnya.
Cari solusi
Salah satu agen perjalanan penyelenggara umrah, Dwidayatour, mengatakan masih berkoordinasi dengan pihak terkait pelayanan jemaah umrah mereka.
”Tentunya keselamatan dan kenyamanan pelanggan kami tetap merupakan prioritas tertinggi kami sehingga tentunya kami akan mengambil langkah terbaik sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah,” kata Chief Operations Officer Dwidayatour Hendriyapto.
Ketua Umum Sarikat Penyelenggara Umrah Haji Indonesia (Sapuhi) Syam Resfiadi, yang dihubungi terpisah, mengatakan telah menyarankan semua agen perjalanan umrah di bawah perkumpulannya untuk melakukan upaya penjadwalan ulang terhadap vendor-vendor, seperti penerbangan, visa, dan hotel.
”Yang paling penting, koordinasi ke hotel dan penerbangan untuk tiket karena itu komponen terbesar (pembiayaan umrah). Kami akan coba dekati mereka agar jemaah sepaham, itu bukan kesalahan kita, tapi karena kasus virus ini,” tuturnya.
Ia pun mengimbau calon jemaah yang telah memegang visa tetap tenang dan mau menunggu perkembangan kebijakan dari Pemerintah Arab Saudi. Ia memperkirakan, ada 50.000-60.000 calon jemaah yang akan terdampak, dengan nilai kerugian sampai Rp 1 triliun, dihitung berdasarkan rata-rata biaya perjalanan Rp 20 juta per orang.
Ia, mewakili Sapuhi, juga meminta bantuan Presiden Joko Widodo untuk dapat mencarikan solusi terhadap dampak yang dialami penyelenggara perjalanan haji dan umrah, baik kepada jemaah Indonesia maupun vendor-vendor terkait.
Baca juga : RI Hormati Keputusan Arab Saudi Terkait Penghentian Layanan Umrah
Ketua Umum Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umroh Republik Indonesia (Amphuri) Joko Asmoro, dalam keterangan tertulis, juga menyatakan akan tetap berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait agar tidak ada pihak yang dirugikan.
Koordinasi antara lain akan dilakukan dengan Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta, Kementerian Agama, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kesehatan, dan Direktorat Jenderal Imigrasi.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi melalui kantor berita Arab Saudi, SPA, pada Kamis pagi menyatakan menghentikan sementara layanan ibadah umrah dan kunjungan ke Masjid Nabawi di Riyadh. Penghentian kunjungan sementara juga diterapkan bagi turis asal negara-negara yang dikonfirmasi terjangkit wabah tersebut.
”Arab Saudi kembali menyatakan dukungan terhadap langkah-langkah internasional untuk membatasi penyebaran virus ini dan mengimbau warganya untuk melakukan langkah-langkah kewaspadaan sebelum bepergian ke negara-negara yang terjangkit wabah virus korona,” demikian Kementerian Luar Negeri Arab Saudi.
Meski keputusan bersifat sementara, Riyadh tidak menjelaskan sampai kapan penghentian sementara tersebut diberlakukan. Juga belum diketahui, apakah keputusan ini akan berdampak pada penyelenggaraan ibadah haji yang bakal jatuh pada akhir Juli mendatang.
Arab Saudi, selaku pengelola dua tempat paling suci bagi umat Islam, yakni Mekkah dan Madinah, menerima jutaan pengunjung umat Islam dari sejumlah negara sepanjang tahun. Kunjungan ibadah itu berpuncak pada musim haji. Mulai Oktober 2019, Pemerintah Arab Saudi mengeluarkan visa turis bagi 49 negara.
Sementara itu, virus Covid-19 yang berasal dari kota Wuhan, China, akhir tahun lalu, telah menyebar di lebih dari 40 negara. Negara yang telah mengonfirmasi keberadaan kasus infeksi Covid-19 antara lain bertetangga dengan Arab Saudi, seperti Kuwait, Bahrain, Oman, Lebanon, Irak, dan Uni Emirat Arab.
Iran, yang berada di kawasan Timur Tengah, juga menjadi pusat utama penyebaran wabah Covid-19. Peningkatan kasus baru di sana berlangsung secara cepat. Di seluruh dunia, wabah tersebut telah menyebabkan sekitar 80.000 orang terinfeksi dan lebih dari 2.700 orang meninggal.