Banyak orang mengkhawatirkan sebaran virus korona jenis baru dengan mengurangi aktivitas di luar rumah. Sementara ada warga lain tetap bekerja di luar rumah karena terdesak kebutuhan. Di sinilah solidaritas muncul.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
Pandemi karena serangan virus korona jenis baru mencemaskan warga. Meski sebagian warga memilih bekerja dari rumah, sebagian yang lain tidak punya pilihan dengan tetap bekerja di luar rumah. Solidaritas muncul secara spontan, mereka menuai empati dari warga yang bisa bekerja di rumah.
Dengan perantaraan aplikasi digital, warga membagikan makanan dan bahan kebutuhan kepada warga yang masih bekerja di luar rumah. Sarah Ramadhania (28), karyawan swasta di Jakarta, menyadari isolasi diri di rumah berimbas pada orang-orang kecil, khususnya mereka yang mengandalkan penghasilan harian.
Dia berinisiatif memesan makanan secara acak melalui layanan aplikasi. Makanan yang dipesan tidak gampang basi jika dibungkus untuk waktu lama. Makanan ini diberikannya secara cuma-cuma kepada si penerima pesanan. ”Saya terlibat dalam kegiatan sosial. Biasanya suka ikut belanja di garage sale untuk donasi atau menyumbang di crowdfunding,” ucap Sarah di Jakarta, Kamis (19/3/2020).
Sarah kemudian menggemakan langkah itu melalui Twitter dan Instagram. ”Isolasi diri membuat warung sepi pengunjung dan abang ojol sepi pesanan. Yuk bantu dengan cara order makanan untuk abangnya! Warungnya laku dan abang ojol dapat makan. Order saja lewat aplikasi lalu kabari si abang kalau pesanan itu untuk dia. Pesankan makanan yang mudah dimakan on the go atau untuk dimakan nanti. Jangan lupa sebarkan cara ini ya. Together we can!”
Tak dinyana, banyak respons positif dari warganet. Mereka berbondong-bondong melakukan hal serupa, lalu membagikannya ke media sosial. Pesan kebaikan itu terus menyebar dari satu orang ke orang lain. ”Kondisi sekarang tidak mungkin untuk berpartisipasi menyumbang waktu dan tenaga dalam gerakan sosial di lapangan. Jadi manfaatkan media sosial,” ujar Sarah. Cuitannya pada Selasa (17/3/2019) telah dicuitkan lagi sebanyak 1.900 kali.
Selain makanan, ada juga yang berbagi kebutuhan pokok. Caranya serupa dengan memesan kebutuhan pokok melalui layanan aplikasi dan memberikannya kepada si penerima pesanan.
”Hal baik yang bisa kita lakukan saat social distancing ini, selain pesenin makanan buat ojol, bisa juga order go-shop atau go-mart bahan makanan mentah (beras, minyak goreng, mi instan, sarden, dan bahan makanan lain). Lalu enggak usah dikirim ke kita, tetapi kasih buat ojol-nya. Yuk berbagi kebaikan yuk,” seru pengguna Twitter dengan nama akun @berhijabmerah, Rabu (18/3/2020).
Bahkan, melalui laman penggalangan dana Kitabisa telah dimulai donasi untuk mencegah penyebaran virus korona baru sekaligus melindungi masyarakat. Kampanye yang berlangsung sejak 12 Maret itu menargetkan Rp 3 miliar dalam waktu satu bulan. Sampai hari Kamis (19/3/2020) telah terkumpul Rp 2,20 miliar dari 28.286 donatur. Donasi akan disalurkan sepenuhnya untuk pengadaan alat pelindung diri, disinfektan, bantuan untuk tenaga medis, dan kebutuhan harian bagi keluarga tidak mampu.
”Semangat buat tim medis yang terus mendampingi pasien korona. Doa rakyat Indonesia mengiringi langkah kalian,” kata donor tanpa nama, Kamis (19/3/2020) pukul 19.01.
Dorongan semangat juga datang dari donor lain di hari yang sama. ”Terima kasih bagi yang sudah membuka donasi ini. Semoga bisa membantu bagi yang membutuhkan,” kata Diah Sulistyowati, salah satu donatur.
Donatur anonim lain mengatakan, ”Tuhan berkati kita semua #kitapastimenang.” Harapan juga diutarakan pendonasi lain, ”Semoga kita semua sehat selalu, semoga bumi cepat sembuh, dan semoga membantu.”
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat meningkatkan status wabah virus korona baru dari epidemi menjadi pandemi pada 11 Maret 2020 sudah mengingatkan perlunya solidaritas.
Dalam artikel UN News berjudul UN News Five things you should know now about the COVID-19 pandemic, WHO dan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa lainnya menggarisbawahi pentingnya solidaritas dan menghindari stigma di anggota masyarakat dalam menghadapi pandemi. ”Kita bersama-sama melakukan hal yang tepat dengan tenang dan melindungi warga dunia. Itu bisa dilakukan,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Lantas, dalam situasi pandemi, apa yang harus dilakukan negara? WHO mengulangi seruannya kepada negara-negara untuk mendeteksi, menguji, merawat, mengisolasi, melacak, dan memobilisasi warga guna memastikan bahwa hanya terjadi sedikit kasus dan mencegah penyebaran lebih luas.
Ada kekhawatiran besar bahwa banyak negara tidak bertindak cukup cepat maupun mengambil tindakan mendesak dan agresif yang diperlukan. Jauh sebelum pengumuman pandemi, WHO menganjurkan untuk menangani krisis melibatkan multisektor karena bukan hanya sektor kesehatan yang terpengaruh.
Sementara itu dapat dimengerti kecemasan warga terhadap virus korona baru. Lalu, apa yang harus dilakukan setiap orang? WHO mengingatkan setiap orang bertanggung jawab melindungi diri sendiri dan orang lain. Untuk itu, harus sering mencuci tangan secara menyeluruh dengan sabun, menjaga jarak setidaknya 1 meter dari siapa pun yang batuk atau bersin, dan hindari kontak fisik saat menyapa.
Kemudian, hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut, tutup mulut dan hidung dengan siku tertekuk atau tisu sekali pakai ketika batuk atau bersin, dan tinggal di rumah serta mencari pertolongan medis dari layanan kesehatan setempat jika merasa tidak sehat.