Bangkitnya solidaritas publik memberi harapan di tengah ancaman Covid-19. Pemerintah bisa memfasilitasi hal itu lewat penyediaan data dan kebijakan komprehensif.
Oleh
·4 menit baca
Bangkitnya solidaritas publik memberi harapan di tengah ancaman Covid-19. Pemerintah bisa memfasilitasi hal itu lewat penyediaan data dan kebijakan komprehensif.
JAKARTA, KOMPAS —Penyebaran Covid-19 yang mengancam keselamatan publik mulai memantik solidaritas dari berbagai elemen masyarakat untuk memberi bantuan. Hal ini menimbulkan harapan bahwa warga bangkit untuk bergotong royong, mengubah keterancaman komunal menjadi rasa tanggung jawab bersama untuk mengatasi Covid-19.
Pada Jumat (20/3/2020), kasus positif Covid-19 naik menjadi 369 dari sehari sebelumnya 309 kasus. Jumlah pasien yang meninggal juga naik dari 25 orang menjadi 32 orang. Sementara pasien sembuh 17 orang.
Di tengah terus membesarnya penyebaran Covid-19, inisiatif solidaritas kewargaan semakin dibutuhkan agar upaya pencegahan virus korona baru bisa lebih cepat dan optimal. Sejauh ini, gerakan solidaritas muncul dari organisasi kemasyarakatan, filantropis, serta individu-individu lewat gerakan urun dana dan urun daya. Pemerintah bisa memfasilitasi solidaritas ini lewat penyediaan informasi memadai terkait kondisi penanganan Covid-19 dan kekurangan kebutuhan penanganan yang bisa diisi inisiatif masyarakat.
Di platform digital Kitabisa.com, dalam sepekan terakhir muncul setidaknya 219 kampanye penggalangan dana dengan akumulasi sumbangan lebih dari Rp 6 miliar. Jumlah sumbangan bervariasi, mulai dari Rp 10.000.
CEO Kitabisa.com Muhammad Alfatih Timur menyampaikan, sebagian hasil penggalangan dana ini telah disalurkan untuk tenaga kesehatan berupa alat pelindung diri (APD) dan makanan untuk masyarakat kurang mampu yang anggota keluarganya terinfeksi Covid-19.
”Beberapa hari ini tim Kitabisa.com menjadi saksi bahwa masyarakat kita tidak tinggal diam. Ini dianggap masalah bersama sehingga semua ingin turun tangan dan berkontribusi,” tutur Alfatih.
Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Yayasan Buddha Tzu Chi, dan beberapa pengusaha juga menggalang dana dengan target Rp 500 miliar untuk membeli peralatan kesehatan dan APD bagi petugas kesehatan.
Perusahaan yang sudah dikonfirmasi memberi donasi antara lain Sinar Mas Group, PT Adaro Energy, Yayasan Artha Graha Peduli Foundation, PT Djarum, Agung Sedayu Group, PT Indofood Sukses Makmur, PT Puradelta Lestari, dan Triputra Group.
Hal yang sama dilakukan Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK). Ketua Yayasan DKK Rusdi Amral menjelaskan, pihaknya akan membuat gerakan bersama untuk membantu masyarakat dalam pencegahan penyebaran pandemi tersebut. Bantuan yang mendesak diberikan, menurut Rusdi, adalah perlindungan terhadap tenaga medis yang sedang menyelamatkan nyawa para pasien yang terpapar.
Palang Merah Indonesia (PMI) mendukung penanggulangan Covid-19 melalui gerakan penggalangan dana pengadaan 1 juta masker untuk tenaga kesehatan dan masyarakat yang membutuhkan.
Ketua Umum PMI Jusuf Kalla mengatakan, berbagai bantuan diupayakan agar penanggulangan Covid-19 bisa cepat dilakukan. Dia menambahkan, semua pihak, baik pemerintah maupun swasta, harus bergandeng tangan untuk menyikapi krisis akibat Covid-19.
Saatnya bersatu
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir berharap penyebaran virus korona baru yang semakin masif menjadi momentum bagi bangsa Indonesia untuk membangkitkan semangat persatuan dan gotong royong. Semua elemen bangsa, tanpa kecuali, diharapkan ambil bagian dalam penanganan dan penanggulangan Covid-19.
”Kembangkan saling pengertian dan kebersamaan untuk menghadapi musibah besar ini. Jiwa gotong royong dan persatuan diuji saat krisis seperti ini,” kata Haedar.
Dalam kondisi seperti ini, semua pihak diharapkan bergerak sesuai perannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemerintah, misalnya, harus memiliki kebijakan komprehensif mengendalikan situasi. Pemerintah daerah juga perlu mengesampingkan ego dengan tetap mengikuti semua protokol yang disusun pemerintah pusat.
Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia Pendeta Gomar Gultom mengatakan, saat ini yang paling dibutuhkan ialah semangat berbagi dan gotong royong. Mereka yang memiliki harta, pengetahuan, dan keterampilan perlu melihat orang-orang di sekitarnya yang tidak seberuntung itu karena sistem dan struktur masyarakat yang tidak berpihak kepada mereka. ”Inilah saatnya kita berbagi,” katanya.
Rohaniwan Katolik Franz Magnis-Suseno menuturkan, masyarakat sudah memiliki banyak ide untuk melaksanakan solidaritas sosial. Namun, perlu mencari cara terbaik untuk melaksanakan solidaritas sosial di tengah pembatasan sosial. ”Saya tidak merasa bisa memberikan nasihat. Mungkin, taatlah kepada pemerintah,” katanya.
Ketua NU Care-LAZISNU Achmat Sudrajat mengatakan, sejak awal pemerintah mengumumkan ada pasien positif Covid-19, NU mulai membentuk gugus tugas yang mencakup tenaga ahli dan sukarelawan. Kini, sudah ada sekitar 1.000 sukarelawan Covid-19 yang berasal dari seluruh cabang NU yang bertugas menyosialisasikan kepada warga tentang pembatasan sosial atau karantina mandiri.