Pandemi Covid-19 atau penyakit yang disebabkan virus korona tipe baru tak hanya berisi kisah sedih. Kondisi itu menjadi momentum untuk bangkit mewujudkan kemandirian bangsa di bidang riset dan inovasi.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 atau penyakit yang disebabkan virus korona tipe baru menjadi momentum untuk bangkit mewujudkan kemandirian bangsa di bidang riset dan inovasi. Dengan kolaborasi yang kuat, para peneliti di Indonesia mampu menghasilkan inovasi unggul dan bermutu.
Wakil Kepala Bidang Translasional Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Kementerian Riset dan Teknologi David Handojo Muljono menyampaikan, riset memiliki peran penting untuk melawan Covid-19. Hal ini sesuai dengan arahan yang dicanangkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 29 Mei 2020.
”Riset menjadi jawaban untuk melawan Covid-19. Ini karena masih banyak misteri yang belum terungkap di dalamnya,” ujar David dalam webinar yang diadakan Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) dengan tema ”Penelitian dan Potensi Terapi Covid-19” di Jakarta, akhir pekan lalu.
Melihat pentingnya riset di tengah pandemi saat ini, David mengatakan, dukungan dari semua pihak terkait sangat dibutuhkan. Setidaknya ada sejumlah elemen yang harus diperhatikan, antara lain kepercayaan publik, dukungan pemerintah dan penyandang dana, transparansi, serta mekanisme pemberian lisensi yang dipermudah pada hasil inovasi yang berpotensi untuk digunakan.
Riset juga menjadi cara tepat untuk membangun protokol penanganan Covid-19. Arena penelitian yang bisa dilakukan pun sangat luas, meliputi aspek genetik, epidemiologi, pencegahan, diagnosis, masalah penyakit, serta pengobatan. Untuk itu, kesempatan ini harus bisa dimanfaatkan oleh para peneliti Indonesia untuk membuktikan kemampuan dan kapasitasnya dalam menghasilkan inovasi yang dibutuhkan.
Riset menjadi jawaban untuk melawan Covid-19. Ini karena masih banyak misteri yang belum terungkap di dalamnya.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta, Sofia Mubarika Haryana menambahkan, pandemi global juga menunjukkan kemandirian bangsa terkait kebutuhan inovasi, terutama di bidang kesehatan, mutlak dibutuhkan. Ketersediaan dana yang besar pun tak akan membantu memenuhi kebutuhan sarana kesehatan karena tingginya permintaan dari semua negara.
”Covid-19 memang menjadi masalah yang berat. Di sisi lain, pandemi ini membangkitkan semangat kolaborasi nasional yang terwujud dalam kebangkitan penelitian nasional. Semangat ini tentu harus dipertahankan, bahkan setelah pandemi berakhir,” katanya.
Ia menilai, translasi riset pada masa pandemi ini terbukti mampu diselesaikan dalam waktu singkat melalui kerja sama penta heliks. Meski begitu, birokrasi administrasi yang menghambat masih ditemukan sehingga perlu ada perbaikan terus-menerus untuk mempermudah proses penelitian. Sinergi antarkementerian dan lembaga terkait juga dinilai menjadi kunci sukses untuk mendukung keberhasilan penelitian yang translasional.
Hasil riset
Sebelumnya, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro pada Rabu (24/6/2020) mengatakan, sejumlah inovasi untuk penanganan Covid-19 telah dihasilkan dan dimanfaatkan masyarakat. Inovasi tersebut merupakan hasil pengembangan yang dilakukan oleh lintas kementerian dan lembaga yang tergabung dalam tim konsorsium riset dan inovasi untuk penanganan Covid-19.
Terdapat empat aspek yang menjadi fokus dalam pengembangan riset, yakni aspek pencegahan, penapisan dan deteksi, pengobatan, serta alat kesehatan pendukung.
Dari pengembangan itu, ada 55 produk yang telah diluncurkan Presiden Joko Widodo pada 19 Juni 2020. Produk itu meliputi, antara lain, alat pemeriksaan dengan metode reaksi rantai polimerasi (polymerase chain reaction/PCR), alat tes dignostik cepat, ventilator atau alat bantu pernapasan, terapi plasma konvalesen, laboratorium bergerak biosafety level 2, dan teknologi kecerdasan buatan untuk deteksi Covid-19.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Ari Fahrial Syam menuturkan, sejumlah riset yang telah dikembangkan di FKUI antara lain pemanfaatan sel punca atau stem cell sebagai terapi pasien Covid-19 dengan pneumonia, terapi plasma konvalesen, pengembangan vaksin SARS-CoV-2, suplementasi jambu biji untuk pasien Covid-19, dan ventilator.
Untuk produk ventilator, salah satu yang telah dihasilkan diberi nama Convent-20. Sebanyak 300 ventilator diserahkan melalui Gugus Tugas untuk didistribusikan ke 180 rumah sakit rujukan. Inovasi ini merupakan pengembangan yang dilakukan lintas rumpun ilmu, yaknu dari Fakultas Kedokteran dan Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
”Dengan komitmen yang kuat dan kerja bersama dari semua pemangku kepentingan, riset dalam negeri terbukti dapat berkembang pesat. Proses riset ini juga mampu sampai tahap hilirisasi sehingga langsung bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas,” kata Ari.