Mayoritas warga Kota Surabaya mulai tertib menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah. Penggunaan masker masih diperlukan karena pandemi Covid-19 belum berakhir.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Mayoritas warga Kota Surabaya, Jawa Timur, mulai tertib menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah. Penggunaan masker sebagai salah satu bentuk penerapan protokol kesehatan di era adaptasi kebiasaan baru masih diperlukan karena pandemi Covid-19 belum berakhir.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya Irvan Widyanto, Kamis (23/7/2020), di Surabaya, mengatakan, tim gabungan rutin melakukan operasi patuh masker kepada masyarakat. Mereka berkeliling ke kawasan-kawasan yang menjadi lokasi berkumpul warga, seperti pasar tradisional, restoran, dan jalan-jalan protokol, untuk memastikan warga menggunakan masker.
”Jika ada yang tidak menggunakan masker akan diberi sanksi, antara lain penyitaan KTP dan sanksi sosial,” katanya.
Di tempat-tempat seperti pasar dan pusat perbelanjaan, Pemerintah Kota Surabaya mewajibkan semua pedagang dan pembeli mengenakan masker sebagai bagian dari penerapan protokol kesehatan di tempat umum. Pedagang ataupun konsumen yang tidak patuh tidak diizinkan berdagang atau tidak diizinkan masuk.
”Kami memanfaatkan kamera pengawas yang tersebar di sejumlah lokasi untuk ikut mengawasi warga yang tidak menggunakan masker,” kata Irvan.
Dari hasil pemantauan, Irvan mengklaim, tingkat kepatuhan warga dalam menggunakan masker mencapai 80 persen. Saat melakukan patroli, hanya sebagian kecil warga yang tidak mengenakan masker. Bahkan, di beberapa lokasi, seperti tempat berkumpul anak muda, pasar, dan pusat perbelanjaan, semua telah menggunakan masker.
Kami akan tingkatkan pemahaman warga bahwa Covid-19 ini berbahaya dan mudah menular sehingga jangan ada warga yang meremehkan virus ini.
Pedagang di pasar ataupun warga di Kota Surabaya umumnya sudah menggunakan masker ketika berada di luar rumah. Bahkan, di setiap pertemuan pun, semua yang hadir, meski dalam jumlah terbatas, sudah memakai masker.
Kewajiban
Sekarang, banyak warga Surabaya, termasuk anak muda, cenderung menghadiri pertemuan ataupun belanja ke toko swalayan atau pasar tidak hanya menggunakan masker, tetapi juga dilengkapi penutup wajah (face shield). ”Kalau tidak pakai masker, tak boleh jualan. Itu (petugas) satpam keliling terus memantau,” kata Rohana (45), pedagang jajan pasar di Pasar Atom.
Bahkan, hasil survei persepsi risiko Covid-19 Surabaya yang diselenggarakan Social Resilience Lab Nanyang Technological University (NTU) bekerja sama dengan Laporcovid19.org pada 19 Juni hingga 10 Juli 2020 menunjukkan, 83 persen responden menyatakan selalu memakai masker dan 15 persen sering memakai masker saat keluar rumah. Terkait protokol kesehatan jaga jarak di luar rumah, 60 persen responden menyatakan selalu jaga jarak dan 31 persen sering jaga jarak.
Namun, 59 persen responden menilai, kemungkinan terkena Covid-19 sangat kecil (36 persen) dan kecil (23 persen). Bahkan, 83 persen responden yakin akan sembuh jika terpapar Covid-19, dengan rincian 47 persen sangat yakin dan 36 persen yakin.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menuturkan, warga tidak boleh menganggap remeh Covid-19. Warga harus selalu waspada dan tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan. ”Kami akan tingkatkan pemahaman warga bahwa Covid-19 ini berbahaya dan mudah menular sehingga jangan ada warga yang meremehkan virus ini. Dengan cara begini, warga Surabaya akan memiliki kebiasaan baru wajib pakai masker,” ujarnya.
Risma pun hampir setiap hari menyempatkan waktu untuk mengajak warga Surabaya selalu memakai masker jika berada di luar rumah. Sosialisasi dilakukan ke permukiman, pasar, serta lokasi keramaian, seperti pinggir jalan atau trotoar.
Kedisiplinan tersebut diharapkan mampu menjaga tren angka reproduksi efektif (Rt) yang terus menurun selama 14 hari terakhir. Pada 3 Juli 2020, angka Rt 1,05 dan terus menurun hingga pada 16 Juli 2020 menjadi 0,6. Bahkan, Rt selalu di bawah 1 pada 10 hari terakhir.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Surabaya Eddy Christijanto menambahkan, selain operasi patuh masker, pihaknya juga menggelar operasi jam malam. Petugas akan berkeliling ke tempat-tempat yang ramai aktivitas, seperti tempat makan dan jalan-jalan yang kini biasa digunakan warga untuk bersepeda. Razia juga menyasar tempat usaha yang masih buka setelah jam malam diberlakukan.
”Kami harap setelah pukul 22.00 warga tidak beraktivitas di luar rumah jika tidak ada kegiatan mendesak,” katanya.