Memasuki musim hujan, Pemerintah Kota Surabaya mengecek kesiapan sejumlah infrastruktur pencegah banjir, seperti pengerukan saluran air, pembersihan sampah, penambahan pompa air, dan penguatan tanggul sungai.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Memasuki musim hujan, Pemerintah Kota Surabaya mengecek kesiapan sejumlah infrastruktur pencegah banjir. Pengerukan saluran air, pembersihan sampah, penambahan pompa air, dan penguatan tanggul sungai dilakukan agar banjir yang terjadi pada tahun lalu tidak kembali terulang.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, di Surabaya, Selasa (29/9/2020), mengatakan, menjelang musim hujan kali ini, pihaknya telah melakukan berbagai persiapan untuk mencegah banjir. Sejak beberapa pekan terakhir, dia memantau kesiapan sejumlah rumah pompa, pintu air, dan pengerukan saluran air tersier di sungai-sungai yang berada di perkampungan warga.
”Kalau dikatakan siap, ya, belum siap karena kalau sekarang dikeruk, sebulan pun sudah muncul sedimentasi sehingga persiapan harus dilakukan semaksimal mungkin sepanjang tahun,” katanya.
Selama pandemi Covid-19, dia berkeliling membagikan masker sambil memantau saluran air yang ada di perkampungan. Dari hasil evaluasi di lapangan, tim dari Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya melakukan pengerukan saluran bersama warga sekitar.
Selain itu, pihaknya juga telah menambah pompa air di lokasi yang tahun lalu sempat tergenang banjir. Penambahan pompa air dilakukan di sejumlah lokasi, antara lain di Gunung Sari, Mayjen Sungkono, Semolowaru, Greges, dan Petekan. Selain itu, saluran air di kawasan rawan banjir juga sudah ditingkatkan menjadi berukuran sekitar 4 meter persegi.
Kalau dikatakan siap, ya, belum siap karena kalau sekarang dikeruk, sebulan pun sudah muncul sedimentasi sehingga persiapan harus dilakukan semaksimal mungkin sepanjang tahun. (Tri Rismaharini)
Pada pertengahan Januari 2020, banjir sempat menggenangi 32 lokasi di ”Kota Pahlawan” dengan ketinggian rata-rata 10 sentimeter hingga 100 sentimeter. Lokasi yang terendam di antaranya di Jalan Mayjen Sungkono, Jalan Sikatan, Jalan Ketintang, Jalan Vila Bukit Mas, dan Jalan Raya Sememi. Banjir itu surut sekitar dua jam setelah hujan reda.
Awal November
Kepala Bidang Pematusan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya Eko Yuli Prasetya mengatakan, berdasarkan informasi dari BMKG Juanda, musim hujan diprediksi mulai awal November 2020. Pihaknya telah mengantisipasi agar air bisa mengalir lancar tanpa menimbulkan genangan.
Ia mencontohkan di kawasan Surabaya Barat dan sebagian wilayah utara fokus melakukan peninggian tanggul Kali Lamong untuk mencegah luapan air saat hujan deras dari kawasan hulu. Tanggul setinggi 2 meter ditambah menjadi 5 meter.
”Satgas yang berjumlah sekitar 1.400 orang rutin melakukan pengerukan saluran air dan bozem agar bisa menampung air secara maksimal saat musim hujan. Sejak awal tahun hingga akhir Agustus 2020, sedimentasi tanah yang kami keruk mencapai 49.042 truk,” ujarnya.
Risma menambahkan, ia telah mengeluarkan surat edaran (SE) tentang peningkatan kewaspadaan menghadapi musim hujan. Dalam SE tersebut semua kelompok masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaannya serta melakukan berbagai upaya persiapan menjelang musim hujan.
Buat biopori
”Ketua LPMK, RW, dan RT dimohon untuk melaksanakan kerja bakti membersihkan saluran air, gorong-gorong, dan perantingan pohon di wilayah masing-masing,” katanya.
Pengamatan Kompas, menjelang musim hujan, aksi membersihkan saluran air yang dilakukan secara swadaya warga semakin banyak. Pengurus rukun tetangga (RT) terus mengajak warganya agar mulai siap-siap untuk mengantisipasi musim hujan membersihkan saluran air serta membuat biopori di lahan sempit.
Pembersihan saluran, terutama yang di depan rumah warga, rutin dilakukan setiap tahun ketika musim hujan agar permukiman bebas dari genangan air. Bahkan, warga pun mulai berlomba membuat biopori di rumah masing-masing. Kendala membersihkan saluran air di depan rumah warga karena banyak pemilik rumah menutup saluran air secara permanen.
Saat ini penataan lingkungan sekaligus untuk antisipasi datangnya musim hujan dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya Surabaya Smart City yang berlangsung hingga November mendatang. Lomba tersebut mendorong warga bertani di lahan sempit, budidaya ikan, atau usaha lain dengan memanfaatkan bahan baku dari sekitar rumah.